"Bu, aku tak ingin di jodohkan!" ucap Tania.
Namun sayang waktu pertunangan mereka hanya tinggal menghitung jam saja. Rasanya Tania ingin kabur dari sana. Namun Tania tak tahu kemana.
"Sudahlah sayang, kau harus menurut! Pria itu sudah mapan. Kau tidak perlu bekerja lagi. Cukup mengurusnya saja!" sahut bu Rosa.
Tania terdiam. Selama ini dia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya semenjak ayah nya meninggal.
"Tapi bu, bagaimana dengan sekolah Rania jika aku menikah nanti?" ucap Tania.
Bu Rosa menarik nafasnya pelan. "Kau tidak perlu khawatir ibu sudah mengaturnya! Kau cukup turuti ibu saja!" sahut Bu Rosa.
Sebenarnya Bu Rosa hanya ingin melihat putrinya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesetiaan Andika dan kedatangan David
Kini Tania sudah di bawa ke rumah nya. Rosa dan bik Ijah serta Intan menyambut kedatangannya itu. Mereka menyiapkan beberapa perayaan untuk nya agar membuat Tania kembali ceria. Walau ia tak melihat mereka tetap menghiasi rumah itu dengan balon dan pernak pernik segala bunga yang di beli Andika.
"Selamat datang sayang" ucap Rosa.
Tania langsung memeluk ibunya. Di susul oleh bik Ijah dan Intan. mereka secara bergantian memeluk Tania.
"Selamat datang kembali nona Tania" ucap Intan.
Tania menjadi tersenyum. Lalu Andika memberikan sebuket mawar untuk istrinya itu. Tania menjadi terhibur. Dari kejauhan David menatap mereka. Ada rasa menyesal melihat Tania.
"Tania, maafkan aku!" gumam David.
Setelah itu David langsung pergi meninggalkan tempat itu, namun Rania sempat melihat mobil David yang terparkir di sana sebelum dia pergi.
"Bukankah itu mobil pak David?" batin Rania.
Rania tak menaruh curiga sama sekali. Ia langsung masuk ke rumah. Hatinya sangat senang melihat kakaknya sudah kembali.
"Kakak" ucap Rania.
Rania langsung memeluk kakaknya itu. Sementara Rosa memberikan isyarat pada Rania agar tak menyinggung persoalan yang menimpa kakaknya. Rania pun mengangguk mengerti.
***
Sudah 2 bulan sejak kejadian itu. Kini rumah tangga mereka sudah kembali normal. Namun pagi ini kembali Tania mengalami pusing dan di sertai muntah-muntah. Sudah hampir 1 minggu ini ia mengalami seperti ini.
Hoek hoek hoek
Sudah lebih dari 1 kali Tania bolak balik ke kamar mandi hingga ia tak bisa menahan tubuhnya dan akhirnya tak sadarkan diri. Intan kebetulan akan membawakan sarapannya itu pun terkejut melihat Tania sudah tergeletak.
"Nona Tania" teriak Intan.
Intan memanggil bik Ijah dan Pak Dadang untuk mengangkat Tania ke ranjang. Lalu ia menghubungi Andika. Andika yang mendengar Tania pingsan itu pun bergegas kembali ke rumahnya.
"Di mana istriku bik?" tanya Andika.
"Di kamar tuan" sahut bik Ijah.
Andika segera menghubungi dokter. Ia merasa khawatir pada istrinya. Sudah hampir 1 bulan ini Tania mengalami pusing dan muntah -muntah. Tania yang tak ingin merepotkan suaminya itu pun selalu menolak jika di ajak berobat. Hingga akhirnya kejadian seperti ini.
"Bagaimana istri saya dokter?" tanya Adrian cemas.
"Selamat tuan, nona Tania hamil dan kemungkinan sudah 8 minggu" jelas dokter.
Andika terhenyak. Ia menjadi dilema. Ia berpikir keras dan menduga-duga bayi siapa yang dikandung nya. Sementara sebelum ia di perkosa Tania tak kunjung hamil walau ia sering melakukan nya.
Entah senang atau sedih. Andika tidak tahu harus bersikap seperti apa. Namun ia masih sangat mencintai Tania.
Perlahan Tania membuka matanya namun jelas ia masih tidak bisa melihat apa-apa. Tania mencoba membenarkan posisi duduknya.
"Kau sudah bangun?" tanya Andika.
"Kau di sini?" sahut Tania.
Kini mereka hanya tinggal bersama bik Ijah. Setelah Tania membaik Rosa dan Rania kembali ke rumah mereka. Rania tidak melanjutkan kuliahnya karena Rosa takut terjadi sesuatu pada putrinya itu.
"Apa kau lapar?" tanya Andika.
Tania hanya menggeleng. Ia tak lapar sama sekali. Namun Andika tak tinggal diam , Andika sudah mengambil semangkuk sup untuk Tania.
"Aku sudah membawakan sup untuk mu! Kau harus memakannya!" titah Andika.
Mencium aroma amis membuat Tania kembali ingin muntah. Hingga ia meminta Andika untuk menuntun nya ke kamar mandi.
Hoek hoek hoek
Tania merasa aneh. Setelah kejadian itu Tania tak pernah mau disentuh oleh Andika. Kini perasaan bercampur aduk. Lalu ia meminta pada Andika untuk memberitahunya tanggal berapa ini. Sudah 2 bulan ini ia tidak datang bulan.
"Dika, katakan padaku tanggal berapa ini?" tanya Tania.
Andika terdiam. Ia yakin Tania sudah mulai sadar. Tania mencoba memanggil suaminya yang masih mematung itu.
"Dika, apa kau tidak dengar? Katakan padaku apa ini tanggal 22 ?" pekik Tania.
Andika terhenyak. "Iya!"
Tania merosot ke lantai. Antara sedih dan senang ia menyadari jika firasatnya mengatakan jika saat ini dia hamil. Tubuhnya bergetar di bawah sana.
"Tidak mungkin! Aku tidak mungkin hamil?" racau Tania.
Andika mencoba menenangkannya. Namun Tania menghempas tangan Andika.
"Pergilah aku ingin sendiri!" usir Tania.
Andika tak ingin meninggalkannya. Walau bagaimana pun ia akan menerima siapa pun bayi yang di kandung Tania. Karena ia tulus mencintai Tania.
"Tidak! Kau tak berhak memintaku pergi!" sahut Andika.
Tania merasa kesal. "Pergilah! Aku mohon padamu, aku tak pantas untukmu!".
Andika sangat sedih mendengar hal itu lau ia memeluk Tania.
" Jangan katakan itu hem! Aku mencintai mu! Kau jangan berpikiran hal buruk! Aku yakin itu bayi kita!"bujuk Andika.
Tania terdiam sejenak, ia berpikir bagaimana Andika tahu dia hamil bahkan Tania belum menyebutkan hal itu.
"Apakah aku benar-benar hamil? Bagaimana kau yakin akan hal itu?" sahut Tania.
Andika membawa tubuh Tania duduk di sisi ranjang. Ia menangkup wajah sendu Tania.
"Dengarkan aku, itu anak kita! Buah cinta kita! Aku yakin akan hal itu ! Percaya lah padaku Tania, aku sangat mencintai mu" ucap Andika.
Tania menjadi tenang. Namun kenyataan yang belum tahu kebenaran nya itu membuat Tania merasa bersalah pada suaminya.
"Tania, aku mencintai mu dan Aku merindukan mu!" ucap Andika lagi.
Andika langsung mengecup kening Tania lembut. Lalu menariknya dalam pelukannya. Di tempat lain, David masih memikirkan Tania. Ia ingin menemuinya sekali saja sebelum ia pergi meninggalkan negara itu.
"David, kau harus segera berangkat, atau ayah akan mendepak mu dan kau akan gelandangan di luar sana!" ucap Malvin.
Malvin sengaja mengirim David kuliah lagi di luar negeri demi meneruskan bisnis ayahnya. Ia tak ingin David menjadi seorang dosen. David harus meneruskan kepemimpinannya di perusahaan kakek buyutnya.
"Oke oke aku akan pergi! Tapi aku ingin menemui teman-teman ku, apakah ayah bisa mengizinkan ku sebentar saja?" sahut David.
Malvin pun menyetujuinya. Kini David sudah berada di sebrang jalan dekat rumah Tania. Setelah Andika keluar David pun masuk ke sana.
"Ada apa tuan?" ucap Edo.
"Apakah Tania ada? Katakan padanya David ingin bertemu!" sahut David.
Edo pun segera menemui Tania. Tanpa curiga sama sekali Tania pun mempersilahkan David masuk ke sana.
"Tania, apa kabar mu?" ucap David begitu ia melihat Tania berdiri di depan pintu.
"Aku baik!" sahutnya.
Ada rasa bersalah di hati David melihat Tania. Wajah nya semakin pucat dan nampak kurus.
"Kau sakit?" tanya David.
Ada getaran tak biasa melihat Tania. David ingin menyentuhnya. Namun ia berusaha menahan semua gejolak yang ada di hatinya.
"Sudah lama kita tidak bertemu? Apa terjadi sesuatu?" tanya David.
David sengaja mengatakan itu agar Tania tak mencurigai nya.
"Tidak ada! Adikku sudah tak kuliah lagi. Sehingga aku tak perlu repot-repot mengantar jemput nya!" sahut Tania.
David terdiam. Lalu David mencoba mendekati Tania. Tania yang sadar dengan aroma parfum yang di pakai David itu pun terhenyak hingga ia mengingat kejadian 2 bulan lalu dan membuat tubuhnya gemetar.
"Tania, ada apa?" tanya David.
"Ti tidak, Aku tidak apa-apa" sahut Tania gugup.
David menyentuh lengan Tania, hingga membuat bulu kuduk Tania meremang.
"Ja jangan sentuh aku!" ucap Tania terbata-bata.
David terdiam melihat Tania seperti ketakutan.David yang tak ingin membuat masalah langsung pamit dan meninggalkan Tania yang masih mematung dengan tubuh bergetar.