Niat hati ingin merayakan ulangtahun bersama kekasihnya yang baru kembali dari luar negeri, Alice malah memergokinya sedang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Alice yang kecewa memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan berniat balas dendam pada kekasihnya itu.
Tanpa sengaja, Alice dipertemukan dengan Arthur CEO di tempat kerjanya yang baru yang ternyata adalah sepupu jauhnya.
Alice terpaksa meminta bantuan Arthur dengan satu syarat, Alice harus mau menjadi wanitanya.
Akankah Alice menyetujui permintaan gila Arthur demi membalas dendam pada mantan kekasihnya? Ataukah malah terjerat dengan pesona Arthur?
Usahakan jangan nabung bab ya... terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 31
“Dimana rumah kamu?” tanya Kaisar yang masih fokus ke depan, mengendarai mobilnya.
Ya, Sean sengaja menghindari wanita itu dan menjadikan Kenan sasaran empuk karena dia tahu, wanita itu sedang mengajaknya berkencan dengan tiba-tiba.
Jadi, Kaisar memilih mengantar Kayla daripada harus pergi bersama si ondel-ondel.
“Bapak tahu nggak? Apa yang Bapak lakukan ini malah semakin membuat wali kelas saya semakin membenci saya!” Kayla mendengus kesal dan melihat keluar jendela tanpa mau menatap Kaisar.
Pantas saja selama ini guru bahasa inggrisnya itu selalu sinis saat menatapnya, jadi karena ini alasannya. Perhatian Kaisar padanya membuat wanita itu salah paham.
“Memangnya saya peduli? Lagipula diantara kita berdua memang tidak ada hubungan apapun ‘kan?” sahut Kaisar, lagi-lagi dengan raut wajah datar dan dinginnya.
“Iya saya tahu, Pak. Tapi seharusnya Bapak nggak usah seret paksa saya supaya masuk ke mobil. Dia jadi mikir—” belum selesai Kayla Bicara, bibirnya sudah di bungkam terlebih dulu oleh Kaisar.
Kedua bola matanya menatap dalam pria tampan yang berada di begitu dekat dengannya saat ini.
Rahang kokoh yang tegas, bibir seksi yang menggoda juga suara baritonnya ketika marah. Entah kenapa membuat jantung Kayla berdebar-debar tak karuan.
“Kamu ini berisik sekali ternyata. Saya tanya dimana alamat rumah kamu. Kenapa malah membahas wanita tidak penting itu? Kalau kamu tidak mau saya antar ya sudah turun saja disini!”
Setelah mengatakan itu, Kaisar menjauhkan tangannya dari bibir Kayla.
“I-iya Pak, maaf. Saya tinggal di panti asuhan bukan di rumah!” jawab Kayla kembali memalingkan wajahnya.
Hanya berada dekat seperti ini dengan Kayla sudah membuat wajahnya memerah bak kepiting rebus.
“Panti asuhan apa?” tanya Kaisar.
“Kasih Bunda.” jawab Kayla singkat.
Tanpa menunggu lama, Sean langsung melajukan mobilnya menuju ke alamat panti asuhan yang baru saja Kayla katakan. Kebetulan perusahaannya memang sering memberi donatur ke panti asuhan itu.
“Saya sering datang ke tempat ini, tapi kenapa tidak pernah liat kamu?” tanya Kaisar memarkirkan mobilnya tak jauh dari gerbang panti asuhan.
“Karena sudah lama saya nggak kesini. Saya tinggal bersama kakak perempuan saya di rumah kost. Tapi, beberapa hari ini kakak saya menghilang jadi terpaksa saya balik lagi ke panti.” Kaisar kembali murung jika mengingat keberadaan Alice yang seakan-akan seperti hilang di telan bumi.
Mendengar jawaban dari Kayla, Kaisar hanya menganggukkan kepala. Lalu meminta Kayla untuk turun karena ia harus segera pergi.
“Cepat turun, kenapa masih duduk disini?”
“Pak, apa boleh saya mengatakan sesuatu?”
“Ya, katakan saja!” jawab Kaisar sedikit ketus. Dari gelagat Kayla, pria itu sudah menebak apa yang akan dikatakan olehnya.
“Apa saya pernah buat salah sama Bapak? Kenapa Bapak selalu bicara ketus pada saya. Apa Bapak tahu kalau sebenarnya saya—”
“Cukup Kayla! Seharusnya kamu tahu posisi kita berdua sekarang. Jangan sampai kamu berharap lebih dari itu!” potong Kaisar. Ia sudah sering mendapatkan perlakuan seperti ini dari murid-muridnya dan sekarang, Kayla adalah salah satunya.
“Status kita adalah guru dan murid. Sampai kapanpun akan tetap seperti itu!” imbuh Kaisar.
“Tapi Pak, saya—”
“Bukankah kamu pacar adik saya, Kenan? Jadi tetaplah berada di dalam batasanmu. Kenan anak yang baik. Jaga perasaanya dan jangan sampai membuatnya kecewa!”
Kaisar mengatakan itu bukan tanpa alasan. Ia sudah beberapa kali memergoki Kenan senyum-senyum sendiri saat melihat foto Kayla dari ponselnya.
Dan yang lebih mengejutkan, Kaisar pernah melihat mereka berciuman saat di rumah dan di sekolah beberapa saat lalu.
Sebagai abang yang baik, tentu saja Kaisar tidak mau membuat adiknya kecewa jika menerima perasaan Kayla yang tak lain adalah muridnya sendiri.
Setelah mengatakan itu, Kaisar menutup pintu mobil cukup kuat lalu meninggalkan Kayla, yang masih terpaku melihat mobil Kaisar menjauh dari sana.
Kayla yang tersentak kaget, menyentuh dadanya dan mengusap nya berulang kali. “Jadi begini ya, rasa sakit saat di tolak sebelum mengungkapkan?”
Sedangkan di dalam mobil, Kaisar masih memikirkan pertemuannya dengan Alice beberapa saat lalu di kantor milik Arthur. “Aku bahkan belum bisa melupakan dia sepenuhnya…”
Suara getaran ponsel, membuyarkan lamunan Kaisar. Dengan cepat pria itu mengangkatnya.
“Erick, tumben sekali dia menghubungiku. Apa yang mau dia katakan?” gumamnya lirih.
Kaisar menggeser ke atas layar ponselnya. “Mau bicara apa? Jika kamu menghubungiku hanya untuk mengajakku bermain dengan para wanita menjijikan itu, aku menolaknya!” ucap Kaisar dengan ketus. Nama baiknya jadi tercoreng gara-gara sering bergaul dengan Erick.
“Ha ha ha, santai Kai. Aku sudah tobat karena sebentar lagi aku akan menikah.”
Kaisar langsung tersedak air liurnya sendiri mendengar ucapan Erick yang mengatakan akan segera menikah. Tidak mungkin sang casanova dengan begitu mudahnya meninggalkan jabatan spesialnya yang sudah melekat begitu lama.
“Jangan bercanda!”
“Ck! Aku serius. Jadi sebagai perpisahan sebelum aku melepas masa lajang, datanglah ke tempat biasa malam ini.”
“Aku sedang sibuk!”
“Kalau begitu anak buah ku akan datang, menyeret mu sampai ke depan mansion utama dan mengatakan pada kedua orangtuamu kalau selama ini kamu—”
“Shit! Berhentilah mengancam ku brengsek! Kenapa kamu tidak mengajak Arthur saja, hah?!”
Terdengar kembali suara tawa terbahak Erick dan teman-temannya dari seberang sana. Yang membuat Sean mau tidak mau menuruti kemauan Erick.
“Arthur sedang mode bucin. Tentu saja kamu tahu bukan, pria yang sedang jatuh cinta tidak akan pernah mau di ajak bersenang-senang di luar dan lebih memilih bersama wanitanya?”
Kaisar terdiam cukup lama, jadi selama ini hanya dirinya saja yang baru tahu kalau Arthur dan berkencan dengan Alice? Miris sekali.
“Kamu akan menyesal jika tidak datang Kai.” Sambungan terputus begitu saja.
Kaisar tersenyum kecut. Penantiannya bertahun-tahun menunggu Alice harus sirna begitu saja dan mengalah pada sepupunya sendiri.
“Sepertinya malam ini aku memang harus datang kesana untuk menghilangkan rasa stress dan penat di kepalaku! Juga melupakan perasaan sialan ini pada calon sepupuku sendiri.”
Kaisar tersenyum tipis lalu mempercepat laju kendaraannya ke tempat yang sudah dikatakan oleh Erick. Tempat dimana dia bisa berteriak dan tertawa puas tanpa ada yang melarangnya.
Namun sebelum itu, Kaisar menyuruh sekretarisnya untuk menghandle pekerjaannya di kantor.
******
******
“Arthur ini…” Alice terlihat sangat terkejut saat mobil Arthur berhenti di depan sebuah mansion mewah nan megah dengan ukiran gaya eropa klasik.
Mansion yang pernah ia datangi beberapa tahun silam bersama kedua orang tuanya sebelum mereka meninggal.
“Mulai besok kita akan tinggal di sini,” ucap Arthur, menarik tangan Alice dan membawanya masuk ke dalam.
“Selamat datang Tuan Muda,” sapa seorang pelayan dengan membungkukkan badanya sekilas, menyambut kedatangan Arthur dan juga Alice.
“Apa Mom dan Dad ada di dalam?”
Pria itu menganggukkan kepala. “Mereka sedang berada di kolam renang, Tuan.”
“Kolam renang? Tumben sekali mereka berduaan di kolam?” Arthur mengernyit bingung lalu membawa Alice untuk menemui mereka berdua.
Ya, ia berniat meminta ijin pada kedua orangtuanya untuk menikahi Alice.
“Tapi Tuan, sebaiknya anda jangan masuk dulu.”
“Kenapa? Sejak kapan kamu berhak melarang ku masuk ke mansion ini?” tatapan tajam membunuh Arthur layangkan pada pelayan itu.
“Mereka sedang em anu, itu Tuan…”
“Em anu, itu apa bodoh! Sejak kapan kamu gagap?!” sentak Arthur tanpa mempedulikan larangan pelayang dan memilih pergi meninggalkannya.
“Mampus! Nyonya dan tuan besar ‘kan lagi enak-enak di dalam kolam. Makanya menyuruh semua penghuni mansion memakai penutup telinga dan menjauh dari sana.” gumamnya lirih. “Ah sudahlah, aku tidak mau ikut campur.”
Pelayan itu langsung kabur dari sana sebelum majikannya murka padanya.
“Ahh Daddy pelan, jangan di gigit!” pekik Vanessa saat pucuk miliknya di gigit oleh sang suami.
“Iya Mommy iya, ini juga udah pelan kok,” sahut Grey yang masih asik me nyu su seperti seorang bayi kehausan.
Setelah sekian lama, akhirnya Grey kembali bermanja-manja pada istrinya. Karena selama ini Vanessa terlalu fokus pada Arthur sampai melupakan dirinya.
“Daddy itu udah gede, kenapa masih mirip bayi sih! Malu-maluin tau nggak!”
“Mommy sendiri ‘kan yang bilang, kalau Arthur berhenti bergantung pada Mommy, giliran Daddy yang manja. Kenapa malah marah-marah?” protes Grey pada sang istri.
“Iya Mom tau. Tapi nggak di kolam juga Dad. Kayak nggak punya kamar aja!” kesal Vanessa. Sejak menikah, Grey memang suka bercinta di tempat yang terbuka seperti ini. “Gimana kalau ada yang melihatnya?”
“Daddy colok matanya terus—”
“Mom, Dad aku pulang!” teriak Arthur lalu menutup rapat bibirnya dan menarik Alice ke dalam pelukannya agar tidak melihat sesuatu yang bisa menodai kesucian matanya.
Byurrr!
Kedua insan yang berada di pinggir kolam dengan keadaan hampir polos tanpa sehelai benang itupun langsung tercebur saat mendengar teriakan Arthur.
"Bocah sialan!" geram Grey.
Mak kenapa ada babang Sean disini 🙄🙄😩