Asistenku Bukan Laki-laki

Hari-hari berlalu. Usaha Virza dan Ciara menjodohkan Hassel dengan beberapa perempuan nampaknya belum mendapatkan hasil akhir. Sudah beberapa perempuan Ciara pertemukan dengan Hassel sesuai instruksi dari Virza namun, tak ada satupun yang berhasil membuat sakit jantung Hassel hilang.

Hari ini sudah perempuan kelima yang Hassel tolak mentah-mentah. Bahkan laki-laki itu dengan sengaja mengusir perempuan itu dengan amarahnya.

"Pergi! Saya tidak mau diganggu dengan siapapun termasuk kamu!" Bentak Hassel membuat perempuan berdress kuning itu langsung terbangun dari duduknya dan berjalan pergi dengan ketakutan.

Hassel memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Ia benar-benar merasa curiga dengan perempuan-perempuan yang setiap hari selalu berusaha mendekatinya. Hampir setiap hari perempuan yang berbeda menghampirinya dan mengajaknya berkenalan lalu ujung-ujungnya dengan sengaja mereka menyentuh kulit tangannya hingga membuatnya merasa kesakitan. Hassel benar-benar sudah muak dengan semua ini!

Hassel beranjak dari duduknya dengan perasaan marah. Ia keluar cafe dengan langkah gontai dan dengan sengaja meninggalkan asistennya yang konon katanya sedang membayar makanan namun, sangat-sangat lama itu.

Sudah biasa Hassel dibohongi seperti ini. Kadang izin ke toilet, izin menemui kenalannya, izin sakit, sekarang izin membayar makanan.

Dengan kesal Hassel melajukan mobilnya. Ia sangat-sangat yakin ini semua kerjaan asistennya itu. Para perempuan-perempuan yang datang pasti sudah di komandoi oleh laki-laki itu.

"Apa si yang lo mau Tara?!" Hassel mencengkram stir dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Disisi lain Ciara nampak meringis saat tau dirinya di tinggalkan oleh sang Bos. Setidaknya walaupun kesal tapi jangan meninggalkannya seperti ini, sudah tau tidak punya ongkos!

"Ngeselin banget si. Masa gue di tinggalin di sini!" Ciara melipat kedua tangannya dengan ekspresi kesal.

Cekret...

Satu jepretan foto berhasil di ambil oleh seorang laki-laki berkemeja biru formal. Senyuman licik pun tercetak dari bibir tebalnya.

"Perempuan di pesta dan asistennya adalah satu orang yang sama. Gue janji, gue bakalan buktiin itu dan gue bakalan jatuhin lo Hassel!"

****

"Maafin saya ya Pak tadi saya gagal." Ciara menunduk merasa bersalah kepada Virza karena usahanya selama ini tidak ada yang membuahkan hasil.

Keduanya bertemu di teras kantor Virza. Setelah di tinggal Hassel tadi sore Ciara pun menghubungi Virza yang akhirnya Virza memerintahkan sopirnya untuk menjemput Ciara dan membawanya ke kantor milik pria itu terlebih dahulu.

Virza menepuk-nepuk pundak Ciara dan mengangguk tak mempermasalahkan.

"Untuk percobaan selanjutnya biar saya yang bertindak. Hari ini perempuan pilihan saya akan datang ke rumah dan saya akan mencoba kembali, semoga kali ini tidak ada reaksi." Ciara mengangguk-angguk memahami ucapan Virza.

"Bisa dibilang perempuan ini teman SMA nya Hassel. Saya akan mencoba mengakrabkan mereka walaupun semasa sekolah mereka hanya sebatas saling mengenal saja. Karena seperti yang kamu tau Hassel memang sangat tertutup kepada perempuan."

"Semoga sukses ya Pak." Harapan Ciara.

"Yasudah Pak karena ini sudah sore saya pamit pulang dulu."

"Iya hati-hati. Besok kamu ke rumah saya, kan?"

"Iya Pak seperti biasa saya akan menjemput Pak Hassel terlebih dahulu." Virza mengangguk-angguk.

*****

Hassel tersenyum miring setelah mendapatkan kiriman pesan video dari bawahannya. Hassel melemparkan handphonenya asal seraya terbangun dari posisi tidurannya.

"Udah gue duga ini emang rencana mereka berdua."

"Hassel bakal buktiin ke Ayah bahwa Hassel bisa hidup tanpa perempuan!" Tekadnya dengan tangan terkepal erat.