Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dayanti
"Siapa, Kamu?" tanya Mahardika dengan nada penuh selidik. Akan tetapi kedua matanya tak lepas memandangi wajah cantik yang berdiri dihadapannya meskipun dengan wajah yang sangat pucat.
Duuuaar...
Suara petir menyambar dengan tiba-tiba dan hujan turun dengan deras seiring bersama pertanyaan yang muncul dari mulut pria tampan tersebut.
Hujan yang sangat deras membuat tampias dan tubuh sang wanita terkena guyuran hujan yang semakin membuatnya semakin pucat.
"Aku adalah bayanganmu sendiri. Dan aku ingin menumpang tinggal dirumah ini, sekedar untuk mengenyangkan perutku yang lapar. Apakah kamu tidak mengijinkanku masuk? Aku sangat begitu kedinginan," ucap sang wanita dengan bibirnya yang semakin terlihat memucat.
"Apa maksudmu dengan bayanganku sendiri?" pria itu merasa penasaran dengan ucapan sang wanita misterius.
"Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku, ijinkan aku masuk, sebelum tubuhku membeku kedinginan," wanita itu terus saja mendesak sang pria untuk memberinya jalan masuk kerumah.
Mahardika tak dapat menolak. Ia akhirnya mengalah karena tidak tega melihat wanita itu menggigil kedinginan dan melupakan apa yang dikatakan oleh sang wanita.
"Oh, masuklah, kamar tamu masih kosong. Keringkan pakaianmu, disana ada banyak pakaian untuk ganti." tunjuk pria itu pada sebuah pintu kamar yang menghadap ke ruang tengah. Ia memberi jalan pada sang wanita untuk masuk kerumah.
Saat wanita itu melangkah masuk, aroma kembang mawar menguar dari tubuhnya dan ia merasakan hawa dingin yang menusuk ke tulang saat mereka berpapasan.
Mahardika kembali mengunci pintu dan ia melihat langkah kaki sang wanita yang basah oleh tetesan air hujan yang mengguyur tubuhnya.
Wanita itu mengedarkan pandangannya pada ruang rumah mewah yang memiliki tiga lantai dan semua perabotan yang ada terkesan sangat mahal dan mewah.
Bahkan disudut ruangan, ada sebuah guci yang lebih tinggi dari manusia dan harganya cukup sangat mahal.
Wanita itu memasuki kamar, dan menutup pintunya dengan suara yang sedikit keras dan menimbulkan gema diruangan.
"Hah, kok pintunya bisa dibuka? Bukankah aku belum memberinya kunci? Atau aku yang lupa menguncinya?" segala pertanyaan muncul dibenak Mahardika, pria bertubuh kekar dengan wajah tampan yang membuatnya banyak digandrungi oleh kaum hawa.
Pria itu menggelengkan kepalanya dan melangkah menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
Suara guntur dan kilatan halilintar yang saling bersahutan membuat malam ini semakin terasa mencekam.
Mahardika menaiki ranjangnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terasa dingin.
Tiba-tiba saja jendela kamarnya terbuka dan saling bertabrakan seolah seperti seorang anak kecil yang sedang bermain tepuk ame-ame.
Suara derit dari jendela yang dipermainkan oleh angin yang bertiup kencang, membuat malam ini menghadirkan suasana yang sedikit ngeri.
Gorden jendela terus berkibar dan menghasilkan suara yang sangat berisik.
Mahardika mengurungkan niatnya untuk kembali tidur. Ia terpaksa turun dari ranjang untuk menutup jendela yang terbuka agar tidak menimbulkan suara yang terus mengganggunya.
Langkah sedikit terhuyung karena tiupan angin yang sangat kencang, dan tanpa diduga, gorden jendela terlepas dan menghantam tubuhnya hingga menutupinya.
"Sial!"makinya dengan kasar, lalu dengan cepat menyingkirkan benda sialan itu.
Ia melemparkan gorden tersebut dengan asal dilantai. Lalu bergegas menuju jendela kamar dan menguncinya.
Saat bersamaan, halilintar memancar dan membuat suasana terang sesaat, lalu disusul oleh suara guntur yang yang sangat memekakkan telinga dan seolah ingin membakar apa saja yang ia temukan.
Pria itu menutup.kedua telinganya. Lalu kembali meraih jendela kamarnya, dan menguncinya. Kini jendela itu tanpa gorden yang dapat mengakses pemandangan dari arah luar.
Kilatan halilintar kembali tercipta. Cahayanya menerangi apa saja malam ini. Sesaat Mahardika melihat sesuatu diluar sana. Sesosok wanita berambut panjang yang menundukkan kepalanya melihat ke tanah, dan kulitnya memucat.
Pria itu mengusap kedua matanya untuk memperjelas apa yang sedang dilihatnya.
Akan tetapi, ketika ia mencoba melihatnya kembali, sosok itu sudah tidak ada ditempatnya, dan ia menghela nafasnya dengan berat. "Mungkin halusinasiku saja," gumamnya dengan lirih. Lalu ia kembali ke ranjangnya untuk kembali tidur.
Ia mencoba memejamkan kedua matanya, tetapi tak juga dapat lena. Bayangan wanita yang tadi baru saja menumpang dirumahnya, membuatnya terus memikirkan siapa gerangan sang wanita itu sebenarnya.
"Mengapa aku jadi memikirkannya?" gumam Mahardika. Ia mengacak rambutnya. Lalu beranjak bangkit dan duduk bersandar disandaran ranjang.
Ia melirik istrinya yang tertidur pulas, bahkan seolah mati karena tidak mendengar suara guntur yang menggelar dengan sangat kerasnya.
Ayu Sutini, wanita yang sudah lama ia nikahi, akan tetapi belum juga memberikan keturunan, membuat ia merasa sedikit dilema.
Sesaat ia membandingkan wanita yang baru saja tiba dirumahnya barusan dengan kecantikan sang istri.
Ia merasa jika wanita yang lupa menanyakan siapa namanya itu lebih cantik dibanding dengan sang istri.
Mahardika mencoba berinisiatif untuk menanyakan siapa nama wanita itu.
Untuk mengobati rasa penasarannya, ia bergegas turun ke lantai satu.
Setelah tiba didepan pintu kamar sang wanita. Ia mengetuknya dengan sangat lembut.
Terdengar suara langkah menuju pintu. Entah mengapa debaran didadanya terasa memburu, dan ini sangat tak biasa.
Pintu terbuka. Seorang wanita dengan rambut panjang sepinggang yang terbiar tergerai begitu saja hampir menutupi sebagian wajahnya. Hawa dingin menyeruak saat keduanya berhadapan.
Mahardika mengusap tengkuknya yang terasa meremang dan punggungnya menebal seketika.
"A-apakah kamu sudah tidur dan aku mengganggumu?" tanyanya dengan nada gugup. Bagaimana mungkin ia harus merasa takut dengan orang asing yang menumpang dirumahnya? Ini sungguh tak wajar.
"Aku tak.bisa tidur. Apakah ada yang bisa ku bantu?" tanya wanita itu dengan nada dingin.
Ia menatap pria dihadapannya dengan tatapan yang tak biasa membuat Mahardika seolah terkunci dan tidak dapat melakukan apapun, tubuhnya seolah membeku.
Ia merasa dejavu, dan seolah mengenal wanita didepannya, namun siapa dan dimana.
"Em, siapa namamu?" pria itu mencoba memberanikan diri bertanya pada tamu yang tak diundangnya.
"Apakah perlu bagimu?" tanyanya dengan nada yang begitu dingin.
Mahardika tercengang. Bagaimana mungkin seorang tamu yang tak diinginkan dan menumpang dirumahnya bersikap tidak sopan dan terkesan lancang.
Akan tetapi, pria itu seolah tak memiliki keberanian untuk mengusirnya.
"Aku adalah bayanganmu sendiri. Aku bernama Dayanti!" wanita itu menajamkan tatapannya yang seolah sebilah pedang dan dapat menghujam jantung dari lawan bicaranya.
"Hah!" Mahardika tersentak kaget. Ia bahkan mundur selangkah karena menahan rasa keterkejutannya.
"D-Dayanti....," pria itu tergugup saat mendengar nama tersebut, dan ia menelisik wajah wanita dihadapannya, namun tidak ada yang mencurigakannya saat ini. "Oh, mungkin aku hanya salah orang saja," jawabnya. Lalu mencoba menetralkan degub jantungnya yang memburu.
"Tidurlah, aku akan kembali ke kamarku," Mahardika berpamitan.