Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebulan berlalu
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah menginjak satu bulan pernikahan. Perkembangan hubungan pengantin masih begitu-begitu saja, semuanya masih meyakini pikiran mereka sendiri tentang tak adanya cinta sejati.
Bisnis Intan dan Reihan semakin maju hingga keduanya semakin sibuk dan fokus pada karier mereka masing-masing. Bahkan mereka hanya bertemu di pagi hari dan malam hari.
Intan sering menuju ke perusahaan cabang sehingga sering tak bisa menemani Reihan makan siang. Reihan pun sama sibuknya dan sering makan siang di luar sekaligus meeting dengan rekan bisnisnya.
Hanya Weekend dan holiday mereka bisa pergi bersama dan sering berjumpa seperti hari ini misalnya ketika weekend sudah tiba, Intan akan lebih sibuk di dapur dan memasak makanan kesukaan Reihan.
Pagi ini Intan sudah sibuk di dapur setelah subuh, sementara Reihan masih berselimut di ranjangnya setelah subuh tadi. Reihan merasa tidurnya tidak cukup, sehingga mengulang kembali tidurnya, karena semalam dirinya meminta haknya pada Intan setelah satu minggu bergelut kerjaan.
Intan sudah selesai membuat sarapan dan saat ini sedang membuat kue bolu untuk di bawa berkunjung ke rumah Bundanya. Setelah satu bulan baru hari ini dirinya bisa menyempatkan berkunjung kembali ke rumah bunda Mutia.
Reihan turun dengan wajah bantalnya, dengan rambut acak-acakan dan setengah malas duduk di kursi dapur dengan wajah Cemberutnya. Meski sudah mandi sebelum subuh tadi Reihan nampak bermuka bantal karena sudah kembali tidur setelah subuh.
"Kenapa sih?? pagi-pagi cemberut gitu??? " Intan bertanya sembari memotong kue bolunya.
"Mau mandi lagi..." Jawab Reihan menaruh wajahnya di meja.
"Ya udah sih... mandi... " Intan berkata sambil membawa kue-kue ke kardus yang dia siapkan.
Reihan menggeleng di tempatnya, lalu mengambil kue yang ada di piring yang ada di meja, kemudian memakannya. Intan geleng-geleng kepala lalu beranjak meninggal Reihan menuju ke lantai atas.
Reihan mengikuti Intan dari belakang, Intan masuk ke kamar dan di ikuti Reihan. Intan masuk ke kamar mandi karena sudah masak dan bau berbagai macam aroma.
Setelah cukup lama Intan lalu keluar dengan wajah cantik dan segarnya, tubuh Intan semakin berisi, Intan duduk di meja rias kemudian menyisir rambutnya. Apa yang dilakukan Intan tak lepas dari pandangan Reihan.
"Bee... mau kemana?? " Tanya Reihan.
"Ke Rumah Bunda... " Jawab Intan sambil mengikat rambutnya, lalu mengenakan jilbabnya.
"Ckkk Di rumah aja kenapa sih... " Kata Reihan cemberut.
"Maaf... Aku udah lama gak ke sana, Kata Ayah Bunda sakit... " Jawab Intan.
"Ya udah Aku ikut... siapin air... " Kata Reihan masih malas-malasan.
Tanpa protes Intan berdiri lalu masuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat, kemudian keluar lagi dan menyiapkan baju ganti untuk Reihan.
"Nih handuknya... Air udah siap... " Kata Intan sembari menyerahkan handuk pada Intan.
"Makasih... " Reihan bangun dan mengambil handuk itu, kemudian masuk ke kamar mandi.
Intan kembali bersiap, namun tiba-tiba dering ponsel Reihan berbunyi berkali-kali, Intan memanggil Reihan agar segera menyelesaikan mandinya.
"Mas... Telfon tuh...!!! buruan... " Kata Intan.
"Biarin aja... " Jawab Reihan dari dalam.
Namun karena telfon itu tak kunjung berhenti, Intan penasaran dan meraih handphone Reihan lalu melihat siapa yang menghubungi sepagi ini serta berkali-kali pula.
Ternyata telfon dari Syantika, Intan ingin mengacuhkan namu dering itu kembali terdengar. Akhirnya Intan pun penasaran dan mengangkat telfon dari Syantika itu kemudian mengeraskan speakernya.
"Halo... Rei... "
"Hiks hiks... Tolong... "
"Allea sakit... Demamnya tinggi sekali..."
"Tolong kemari... bawa kami ke rumah sakit... Please..."
Suara Syantika berbicara tanpa henti, Lalu terdengar suara Allea menangis histeris memanggil-manggil Papanya. Intan ingin menjawab namun ponsel itu sudah berpindah tangan di tangan Reihan, sembari menatap tajam ke arah Intan.
"Ya... Aku kesana sekarang... " Jawab Reihan kemudian mematikan panggilan, lalu memakai bajunya yang di siapkan Intan di depan Intan, masih dengan wajah dingin penuh amarah.
"Kamu bisu??? Apa tuli?? Kamu kenapa diam aja gak menjawab??? " Reihan berbicara dengan kesal.
"Maaf, aku baru mau menjawab tadi tapi kamu udah langsung ambil saja... " Jawab Intan tak kalah dingin dan kesal, kenapa Reihan bisa semarah itu.
"Alasan... bilang saja kamu cemburu!!! tapi kamu jangan konyol, Syantika butuh bantuan, keluarganya tidak ada yang peduli padanya... Allea sakit harus segera di bawa periksa... Kamu gak tau rasanya, karena kamu gak punya anak makanya gak peka!!! " Ucap Raihan lebih tajam lagi.
"Astagaa... Aku juga wanita, aku tadi menunggu dia selesai bicara, kenapa sih kamu lebay... heran segitunya!!! " Intan tak terima.
Reihan tak mau peduli lalu meraih sepatu dan dompetnya lalu melangkah keluar, " Lamban... banyak alasan... "Umpat Reihan saat di pintu.
"Ingat jangan ulangi lagi pegang handphoneku sembarangan, biasakan hargai privasi orang lain!!! " Kata Reihan sambil menoleh.
"Hah.. Apa??? Ok Fine... ini yang pertama dan yang terakhir... Aku memang orang lain... kita memang hanya orang lain diantara satu sama lain...!!! " Intan Emosi.
"Dan Syantika itu bukan orang lain bagimu... iya, orang dekat... teman kecil yang berharga... sedangkan aku apa mu??? Orang lain... pembantu... pelayan... pem*as ranj*ng..., boneka mainan... pemain drama figuran... apa lagi yang pas untuk aku??? adakah yang lebih buruk lagi??? hah!!! " Intan berteriak emosi sambil menahan air mata yang ingin keluar.
Reihan menoleh dengan wajah yang memerah karena emosi, tangannya mengepal lalu berbalik dan membanting pintu dengan kerasnya. Untung Rumah sepi karena Eyang dan bibi sedang keluar untuk berjalan-jalan ke taman.
Intan terkejut lalu mengusap air matanya kasar karena sesak dan emosi di hatinya, Intan keluar kamar melihat dari jauh Reihan keluar dari rumah, Reihan keluar tanpa sarapan padahal dia sudah menyiapkan semua makanan kesukaannya.
Intan berbalik ke kamar dan mengambil Koper mengambil beberapa berkas, laptop dan beberapa pakaian kerja untuk di bawanya. Mungkin dirinya butuh waktu bersama keluarga dulu agar hatinya membaik.
Intan menarik koper lalu memasukan ke mobil, kemudian kembali masuk untuk mengambil kue bolu buatannya tadi dan membawanya ke mobil.
Intan berpapasan dengan Supir Eyang, dirinya pun berpesan jika akan tidur di rumah Bunda, karena Bunda sedang sakit, Intan berpesan untuk di sampaikan kepada Eyang Hana dan Eyang Hadi.
Intan pun masuk ke mobil, menyalakan mesin dan melaju menuju rumah Bunda Mutia, namun Air mata di matanya masih saja mengalir, sesekali Intan mengusap kasar air matanya.
"Ckkk Bodoh!!! Kenapa harus sakit hati!!! dari awal Aku memang bukan siapa-siapa..., Pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan... kenapa harus sesakit ini!!! " Kata Intan lalu meraih tisu dan mengeringkan air matanya.
****
Mau gak sesek tapi rasanya kok ya ikut sesek... 🥺
Maaf ya gak up kemarin... ada gangguan di hp author...
Besok senin ya... semoga banyak yang vote... 🤲