Gadis Berkacamata ( Ternyata Seorang Mafia)

"Boleh aku pulang sekarang? ini sudah hari ketujuh aku ada disini"

Sendok dalam genggaman pria itu sontak terlepas bunyinya berdenting begitu memekak kan telinga sampai Ariella memejamkan mata dibuatnya

Suara dingin pria itu terdengar

"Tidak bisa kau untuk tidak terus membahas hal yang sama? aku muak mendengarnya"

Ariella merasa emosi bagaimanapun dia merasa seperti Burung Dalam Sangkar Emas tidak bisa kemanapun, memang benar Ariela tidak pernah merasa kekurangan di dalam rumah besar itu

Jika biasanya di dalam rumah kontrakan Dia hanya bisa makan satu kali satu hari, di sini sampai perutnya meletus pun dia akan mendapatkan makanan yang cukup tapi bukan berarti dia harus terus berada di sini

"Memangnya kenapa? Apakah selamanya Kau akan terus mengurungku?" tatapan tajam pria itu menghunus ariella, bahkan membuat Gadis itu bergetar ketakutan tapi dia tetap menampilkan wajah menantang

"kau tidak tahu apapun, tetaplah di sini sampai wanita itu berhenti"

bagai ada yang lepas tanpa sadar pria itu mengalihkan pandangan Ariella yang mengernyit

"selesai?"

"wanita, maksudmu Itu siapa?" kata riela tapi pria itu menggeser kursi. Dia bangkit berdiri dan pergi begitu saja

Ariella semakin bingung. Sebenarnya ada apa?

kenapa hal-hal aneh terus terjadi semenjak dirinya berkuliah di Universitas Polonia

Setelah sarapan Ariella pergi ke dapur. Dia sudah terbiasa membantu para pekerja di rumah besar ini, meskipun sudah dilarang berkali-kali, tapi Ariela Si Gadis keras kepala itu tetap kekeh ingin membantu

"Sudah non duduk saja"

"nggak apa bi, saya juga bosan. Sudah seperti babi gemuk saja, jika makan tanpa bergerak sedikitpun"

Bibi pekerja rumah tertawa, sampai menular pada Ariella

Gadis itu tidak tahu ada sepasang mata yang sedang berbinar bahagia menyaksikan tawa yang tercipta dari bibir Gadis itu hanya karena hal sederhana

"Tetaplah bahagia "

Di sisi lain Alana Vanita Benedict

Putri pengusaha terkaya dan terbesar di Eropa memilih pindah Universitas usai kejadian yang menimpa sahabatnya, bukan tidak peduli tapi Alana telah menitipkan sanggup sahabat pada orang yang tepat

Dia yakin sahabatnya itu akan baik-baik, Alana yang tengah menyirami tanaman di depan rumah besar bersama dengan paman Eri.

Saat sore tiba ayahnya yang baru saja pulang dari perusahaan menghampiri putrinya,segera meminta anak bungsunya itu untuk menemui di ruang kerja.

sepasang manusia itu duduk berhadapan

Alana bertanya lebih dulu "Ada apa Dad? tidak biasanya memanggilku di waktu seperti ini?"

Aslan bertanya dengan suara dingin "Bisakah kamu jujur pada Daddy, kali ini saja Nak"

"Tentu saja. Apakah selama ini aku--"

"Tidak, maksudku kali ini benar-benar serius. Ada yang ingin Daddy pertanyakan"

"silakan, aku akan menjawab sejujurnya Daddy" kata Alana dengan bernada centil membuat sang ayah tanpa sadar tersenyum padahal beberapa saat tadi wajahnya begitu masam

"Sebenarnya ariella sekarang bersama siapa?" wajah Alana langsung berubah serius ketika mendengar pertanyaan dari ayahnya

suara Alana nampak terbata-bata "itu aku itu menitipkan pada seorang pria"

"Ah tidak maksudku sahabat kami yang lain"

"Memangnya ada apa Dad?"

Aslan tidak menjawab

beberapa saat berlalu suara dingin sarat akan ingin kebenaran terdengar

"Jujur atau Daddy cari tahu sendiri?!"

Jantung Alana berdetak kencang bagaimanapun ayahnya bukanlah orang sembarangan, dalam waktu sekejap pasti bisa terungkap fakta yang ada

"Daddy sudah tahu masalah yang terjadi pada kampus kalian"

Alana mengangkat pandangan mata, dalam riak mata anak bungsu nya bisa Aslan lihat jika sang putri menyembunyikan banyak hal

"Jujurlah!"

"Sebenarnya Ariella di tuduh sebagai pembunuh salah satu mahasiswi yang pernah melakukan perundungan pada Ariella"

"Lalu?"

Alana menceritakan bagaimana kronologi dua minggu lalu, Aslan mengangguk secara perlahan.

"Lalu dimana gadis itu sekarang?"

"Bersama dengan--"