NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Gangster / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.A

Percintaan antara gadis konglomerat dari ibu kota dengan pria miskin pinggir desa. Hidup di daerah yang memandang kasta dan mengelompokkan orang sesuai kekayaan yang mereka punya, bagaimana kah mereka berdua akan bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02.Peraturan Ibu Kota

Ibu kota Costagon, Relimonic 10.30

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di kawasan pasar pinggiran kota Relimonic, Lily dan Mamanya— Rose Diana Ferdanham kembali ke ibu kota. Saat ini mobil yang mereka tumpangi terlihat sudah memasuki sebuah kawasan rumah mewah bernuansa kerajaan kuno.

Saking mewahnya rumah tersebut, halaman depannya saja berukuran sangat luas. Bahkan jarak antara gerbang masuk dan bangunan rumah bak istana itu, terbilang cukup jauh. Belum lagi di pelataran tempat parkir mobil mereka, terdapat sebuah air mancur.

"Carlos, tolong minta para pengawal mengeluarkan semua belanjaan Saya dan langsung memasukkannya ke dalam rumah." Rose yang baru keluar dari dalam mobil langsung memberikan perintah kepada Carlos, salah satu pengawal yang bertugas mengemudikan mobilnya tadi.

Rose sengaja hanya membawa satu pengawal saja untuk menemani dia ke pasar. Alasannya, dia paling benci dibuntuti oleh banyak sekali orang saat berbelanja. Terlebih lagi di pasar besar desa Raytgon. Jika dia ketahuan membawa banyak pengawal ke tempat yang sudah sangat terjamin keamanannya itu, dia bisa-bisa akan dijadikan bahan lelucon oleh semua pengunjung di sana.

"Lily, ayo, Sayang. Papa dan seluruh anggota keluarga kita katanya sudah menunggu lama di dalam." Wanita yang kisaran usianya berada di angka 50 itu langsung merangkul lengan anak gadis satu-satunya. Tidak lupa Rose juga memberikan sebuah senyum lembut untuk sang anak.

Lily yang mendengar ajakan itu menganggukkan kepalanya. Nyonya Rose yang mendapati anggukan itu langsung mengayunkan langkah anggunnya menaiki anak tangga demi anak tangga menuju ke teras rumahnya.

Sesampainya di teras rumahnya, dua orang itu kembali melanjutkan langkah menuju ke pintu rumahnya yang tidak berjarak terlalu jauh. Dari kejauhan, mereka bisa melihat dua orang pengawal yang mengenakan baju serba hitam bergerak membukakan mereka pintu.

"Selamat datang kembali, Nyonya, Nona," sapa dua pengawal itu dan mendapatkan sebuah senyum ramah dari Nyonya Rose dan juga Nona Lily.

Mendapati jawaban dengan senyum dari sapaan yang mereka lakukan itu, entah kenapa dua pengawal berbadan tegap itu sedikit terlihat kegirangan. Masalahnya, orang-orang kaya di ibu kota ini terkenal dengan sifat mereka yang angkuh dan selalu menganggap rendah orang yang ada di bawah mereka. Jadi, bisa dibilang sapaan Nyonya Rose dan Lily tadi itu termasuk langka di sana.

Begitulah hukum di Relimonic. Mereka yang punya uang akan berkuasa di daerah yang di mana, di seluruh sudut kota ini disinggahi oleh orang-orang kaya di negeri ini. Tidak ada rakyat jelata yang tinggal di kota itu, karena mereka semua tidak diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.

Namun, ada pengecualian untuk rakyat jelata yang pergi ke ibu kota untuk bekerja. Mereka semua diterima di sana, tapi pekerjaan mereka tidak jauh-jauh dari yang namanya sesuai kasta. Karena mereka datang dari rakyat jelata, mereka akan diperbolehkan bekerja di ibu kota hanya menjadi pelayan jika itu wanita, pengawal jika itu pria.

Semua sudah diatur di kota yang dipenuhi oleh bangunan gedung-gedung besar tersebut. Tidak ada yang bisa melawan, karena pemerintah mereka pun mendukung peraturan seperti itu. Bahkan pemimpin negara itu pun tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena dia juga merasa harus begitu.

***

"Selamat datang, semua. Maaf karena membuat kalian menunggu. Soalnya ada banyak sekali barang yang perlu aku beli tadi," Nyonya Rose berucap girang saat sudah mendapati ruang keluarganya dipenuhi oleh sanak saudara.

Wanita 56 tahun itu bahkan langsung berlari kecil mendekat ke tempat itu. Tentu saja dia masih setia mengandeng tangan sang anak gadisnya.

Sementara di sisi Lily, entah kenapa raut wajah gadis itu langsung terlihat masam. Belum saja dia sampai di ruang keluarga itu, dia sudah terlihat risih oleh keberadaan paman dan bibinya yang tadi terlihat menoleh ke arah mereka.

"Tuh, lihat. Istri dan Anak gadis kesayanganku sudah pulang. Lily, kemari, Sayang," dia— Tuan Restofer Gerald Ferdanham langsung berseru senang. Laki-laki paruh baya yang masih terlihat bugar di usianya yang sudah tidak terlalu muda itu, langsung memanggil Lily, putri kesayangannya.

Sedangkan Lily. Dia yang baru saja sampai di ruang keluarga itu terlihat langsung berjalan mendekat ke arah single sofa yang diduduki ayahnya itu. Lily tersenyum dan langsung memberikan sebuah pelukan untuk laki-laki itu.

"Bagaimana di pasar? Apa kamu merasa senang, Nak?" tanya Tuan Restofer dengan tersenyum bahagia.

Lily tersenyum. Dia terlihat menggerakkan tangannya untuk membuat sebuah isyarat yang berbunyi, "Sangat bahagia, Papa,"

Tuan Restofer yang mendapati hal itu mengangguk senang, "Bagus kalau kamu senang, Nak. Sekarang sapalah paman dan bibimu. Dia ke sini katanya ingin mengunjungimu," perintahnya sembari menunjuk ke arah sepasang suami istri yang duduk di sofa lebar yang ada di seberang sana.

"Benar, Lily. Dia datang ke sini jauh-jauh hanya untuk mengetahui kabarmu. Mereka katanya menyesal karena tidak bisa mendatangimu ke rumah sakit waktu itu," timpal Nyonya Rose yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa lebar yang ada di posisi seberang. Terlihat wanita itu duduk dengan diapit oleh dua laki-laki dewasa yang saat ini tengah memberikan tatapan mata tajam ke arah tempat Paman dan Bibinya duduk. Terlihat jelas kalau dia tidak suka dengan kehadiran dua orang itu.

Lily memutar tubuh menghadap ke arah Paman dan Bibinya. Gadis 20 tahun itu terlihat membentuk sebuah senyum kikuk dengan raut wajah yang kelihatan memancarkan sedikit ketakutan.

"Halo, Lily. Bagaimana kabarmu, Sayang? Kata adikku, kamu mendapatkan luka yang fatal ya. Malang sekali nasibmu, Sayang. Bibi turut berduka dan menyumpahi para pelaku yang merundungmu kali ini diberikan hukuman yang setimpal," tutur dia— Lavitenia Zizard Rodrigues dengan wajah yang sedih.

"Berhentilah mengungkit masalah yang sudah berlalu, Lavite. Kejadiannya sudah terjadi satu bulan yang lalu. Jangan membuat keponakan cantik kita ini mengingat kejadian itu lagi." Sang suami, Julius Baron Rodrigues mengomeli sang istri. Laki-laki itu terlihat marah, tapi saat pandangannya menatap ke arah Lily, ekspresi wajahnya tiba-tiba langsung berubah lembut.

Sementara Lily, wanita itu terlihat diam dengan raut wajah yang tiba-tiba berubah sendu. Inilah hal yang paling dia benci jika ada keluarga jauhnya berkunjung. Lily, sangat tidak suka diberikan sikap perhatian. Apa lagi perhatian itu tidaklah tulus dari hati seperti yang dilakukan oleh Paman dan Bibinya ini.

Lily tahu kalau Paman dan Bibi dari keluarga ibunya ini sangat tidak menyukainya. Alasan mereka tidak suka hanya karena Lily terlahir dengan kondisi yang tidak bisa di bilang normal. Dia lahir dengan kondisi telinga yang tidak bisa mendengar, atau bisa dibilang Lily adalah seorang tuna rungu. Selain tidak bisa mendengar, dia juga tidak bisa berbicara.

Sudah banyak rumah sakit yang keluarganya datangi, tapi penyakit Lily tidak bisa disembuhkan karena katanya sudah bawaan lahir. Akan tetapi, salah satu laki-laki yang duduk di sebelah kanan Nyonya Rose— Erland Stave Ferdanham, kakak ketiga dari Lily yang berusia 25 tahun itu tidak putus asa.

Saat mengetahui adiknya menderita penyakit tidak bisa mendengar, disaat itulah dia langsung membulatkan tekad untuk menjadi seorang dokter. Setelah menjadi dokter, dia langsung mulai mencari cara untuk mengobati penyakit adiknya.

"Kamu baik-baik saja, 'kan, Lily?" Laki-laki yang duduk di sebelah kiri Nyonya Rose mengeluarkan suara, membuat semua orang yang ada di ruang keluarga megah itu melihat ke arah Lily, yang terlihat kaget, "sepertinya kamu terlihat sedikit pucat," imbuh laki-laki itu— Aldric Sancesh Ferdanham dengan satu mata yang berkedip.

Aldric adalah kakak kedua Lily. Dia laki-laki berusia 27 tahun dan berprofesi sebagai seorang polisi di ibu kota. Aldric juga mempunyai seorang kembaran, tapi dilihat di segala sudut ruang keluarga, kembarannya tidak berada di tempat.

Lily yang mendapati sinyal kedipan mata itu tersenyum lebar. Dia tanpa berlama-lama langsung membuat sebuah bahasa isyarat berbunyi, "Iya, sepertinya Lily sedikit kelelahan. Apa boleh, Lily pamit istirahat di kamar?"

"Tentu saja, Sayang. Kamu pergilah istirahat dulu sana. Terlebih lagi tadi adalah hari pertama kamu keluar dari rumah setelah sembuh dari insiden waktu itu." Tuan Restofer berucap dengan tegas. Bahkan laki-laki paruh baya berusia 60an tahun itu langsung bangkit dari duduknya dan langsung bergerak merangkul sang anak, "apa kamu mau Papa antar ke kamar?"

Lily mengurai rangkulan tangan Tuan Restofer. Gadis 20 tahun itu langsung bergerak menggelengkan kepalanya dengan bibir yang mengulas senyum lembut, "Lily masih bisa sendiri, Papa. Jadi, berhentilah bersikap terlalu khawatir begitu," ujarnya dengan menggunakan isyarat tangan.

Setelah membuat isyarat itu, Lily langsung berlalu pergi dengan membuat senyum wajah yang canggung. Dua laki-laki berwajah tampan dan berdiri tegap yang sedang duduk di sebelah Nyonya Rose itu, tersenyum dengan jari jempol yang mengacung.

"Si cantik Diana kemana? Tumben dia tidak ikut dengan kalian?" Nyonya Rose kembali memulai obrolan dengan menayangkan keberadaan anak dari Kakaknya itu.

Lily yang saat ini masih terlihat menaiki anak tangga, tentu mendengar semua itu dan entah kenapa saat mendengar nama Diana, sekujur tubuhnya langsung dibuat merinding.

***

Pinggiran kota, desa Raytgon....

Jika suasana di pasar besar itu selalu ramai, bagian dalam desa Raytgon malah sebaliknya. Di desa yang dipenuhi oleh kebun dan persawahan itu nampak sepi. Padahal, bisa dibilang jarak antara desa dengan pasar tidak terlalu jauh dan seharusnya desa itu akan ramai dilalui oleh para pengendara, tapi kenyataannya tidak begitu.

Sepanjang aspal jalan yang sisi kiri dan kanannya dihisai oleh persawahan dan juga perkebunan lebat itu, terlihat sepi. Tidak ada motor yang berlalu lalang kecuali kendaraan milik penghuni desa sana.

Bangunan rumah yang ada di desa itu padahal tidak sedikit, tapi orang-orangnya tidak terlihat berlalu lalang. Padahal jam masih menunjukkan pukul 1 siang, tapi desa itu terkesan seperti sebuah desa mati tak berpenghuni.

Jauh di bagian Utara desa, terlihat sebuah perkebunan luas dengan pepohonan besar yang tumbuh rimbun menghiasi tempat itu. Di tengah-tengah perkebunan itu, terdapat sebuah gubuk sederhana yang terlihat kumuh dan sama sekali tidak terlihat ada yang perlu dicurigai di sana.

Iya, itu jika dilihat dari luar. Jika masuk ke dalam gubuk kumuh itu, kalian akan mendapati sebuah jalanan menuju ruang bawah tanah yang dibuat seperti sebuah markas. Di salah satu ruang bawah tanah itu, terlihat dua orang laki-laki berdiri menghadap ke seorang pria yang duduk layaknya pemimpin di sebuah kursi.

"Aku percayakan misi ini kepada kalian." Orang yang duduk di kursi itu melempar sebuah kertas.

Salah satu laki-laki yang berdiri di hadapannya bergerak memunguti kertas tersebut. Di sana dia mendapatkan sebuah tulisan yang menjelaskan tentang misi mereka.

"Mencuri ke ibu kota lagi? Menurutku bagaimana, Fahmi?" tanya laki-laki itu setelah membaca detail misi tersebut.

Sementara Fahmi Zaintara, laki-laki yang juga sedang berdiri dengan sebilah pedang panjang berada di pinggangnya itu, langsung menyeringai, "Apa itu menguntungkan? Jika imbalannya besar, bukankah akan sia-sia kita menolaknya?" wajah menyeramkan Fahmi langsung terekspos. Sangat berbeda saat dia menjadi buruh angkut tadi.

1
Anonymous
Lanjut kak
Novie Achadini
lily meninggalnya knp thor penasaran akj
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Kasihan Fahmi n Lily. Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: Siap, kak. terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
bagus bgt critanya. karya lain dari othor judulnya apa? kadih tau dong
Call Me A: ada kak. besok aku rilis.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
kasian lily klo nggak dpt restu dari kel nya
Novie Achadini
bagus bgt critanya tapi agak swdih mikirun lily
Call Me A: makasih, kak. iya sedih banget + miris
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, makasih kembali
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, makasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih kembali.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih kembali
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, makasih kak.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, kak. terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!