Alena merupakan putri dari pasangan Abimanyu dan Zahra. Abimanyu merupakan pengusaha yang sangat sukses. Kekayaannya tidak main-main. Mungkin sampai tujuh turunan kekayaan itu tidak akan habis.
Alena merupakan anak tunggal. Dia selalu dimanja dan dilimpahi kasih sayang yang berlimpah. Meski begitu tidak membuat Alena menjadi sombong.
Kehidupan Alena berubah seratus delapan puluh derajat semenjak tragedi yang menimpah keluarganya.
Kedua orang tua Alena terbunuh saat mereka sedang merayakan ulang tahun Alena yang ke tujuh belas tahun. Keduanya di tembak di depan matanya.
Alena sendiri berhasil selamat dari kejaran pembunuh, karena loncat kedalam jurang. Beruntung nyawanya masih bisa terselamatkan.
Bagaiamana Alena melanjutkan hidupnya?
Akankah ia berhasil membalas orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma Zahra
Alena pulang dengan wajah kusut. kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu sampai heran. Bahkan sampai lupa mengucapkan salam.
"Kenapa wajahnya di tekuk seperti itu? Bahkan sampai lupa salam, " celetuk Abimanyu yang mengagetkan Alena.
"Astaghfirullah... maaf, Ale lupa! " cengir Alena sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
Alena menghampiri kedua orang tuanya . Seperti biasa ia akan mencium telapak tangan kanan mereka. Kemudian mencium pipi keduanya.
"Lagi ada masalah di kantor? " tanya Abimanyu dengan lembut. Saat ini Alena sudah duduk di sampingnya .
"Alhamdulilah semuanya lancar. Hanya saja tadi ada masalah kecil di jalan, " jawab Alena dengan jujur. Dia tidak menyembunyikan apapun pada kedua orang tuanya.
"Apa ada yang berusaha mencelakaimu? " tanya Zahra panik. Dia takut Alena mengalami apa yang ia alami sebelumnya.
"Mama tidak usah khawatir. Hanya masalah kecil. Semua sudah Ale selesaikan. Ale minta tolong agar Mama dan Papa tidak keluar dari apartemen terlebih dahulu, " pinta Alena dengan serius. Abimanyu dan Zahra langsung menebaknya.
"Apa Aryan masih menyebarkan anak buahnya? "
"Benar. Sepertinya identitas ku juga sudah ia ketahui."
"Bagaimana ini? "
Zahra panik. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Air matanya mengalir tanpa is sadari. Alena dan Abimanyu kaget melihat reaksi Zahra. Alena sampai merutuki dirinya yang sudah membuat kondisi Mamanya seperti ini.
"Mama! "
"Telpon dokter! "
Alena langsung menghubungi dokter yang sudah menangani orang tuanya. Dokter itu tak lain dokter pribadi keluarga Mahendra.
Setelah itu Alena menghampiri kedua orang tuanya yang sudah ada didalam kamar. Terlihat Abimanyu berusaha membangunkan Zahra yang pingsan.
"Maafkan Ale, Pa."
"Kenapa harus minta maaf? Kamu tidak salah apapun."
"Kalau Ale_"
"Bukan salahmu. Mamamu mungkin masih trauma. Sepertinya kita harus berhati-hati lagi dalam berbicara, " tutur Abimanyu lembut. Tatapan pria paruh baya itu nampak sendu.
"Terima kasih Pa. "
Tak lama kemudian Dokter datang. Dokter itu langsung memeriksa kondisi Zahra.
"Bagaimana Dok? "
"Nyonya butuh suasana yang nyaman. Tolong jangan buat beliau tertekan. Kondisi tubuhnya sudah ada perkembangan. Tolong obat resep ini di tebus di apotik."
"Baik Dok. Apa masih ada yang lain? "
"Tidak ada. Hanya saja kalau bisa, tolong bawa Nyonya ke tempat yang membuatnya nyaman. Kalau bisa sampai beliau benar-benar sembuh."
Abimanyu dan Alena menatap wanita yang sedang berbaring itu dengan sendu. Alena tiba-tiba mengingat kakak angkatnya. Sepertinya ia membutuhkan bantuan mereka untuk sementara.
"Kalau begitu Saya permisi Tuan Abi."
"Terimakasih Dokter."
"Tidak perlu sungkan. Jika ada apa-apa langsung hubungi Saya."
"Baik Dok. Biayanya akan Saya transfer langsung ke rekening Anda. "
"Terimakasih."
Alena mengantar Dokter hingga ke depan pintu apartemen ya. Sedangkan Abimanyu menunggu Zahra di dalam kamar
"Sekali lagi terimakasih Dok."
"Hmmm... sekali lagi saya ingatkan untuk membawa nyonya ke tempat yang membuatnya nyaman. Kalau begitu saya pergi dulu. "
Alena menatap dokter itu hingga hilang dari pandangan matanya . Ia teringat dengan resep obat yang sudah ditulis oleh sang dokter.
Tanpa basa-basi lagi Alena mengambil dompet dan ponsel yang masih berada dalam kamar. Setelah itu berpamitan pada sang papa untuk membeli obat.
"Aku pergi ke Apotik dulu pa," pamit Alena pada Abimanyu.
"Baik.Tetapi hati-hati di jalan."
"Oke.Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Alena pergi ke apotik yang tidak jauh dari apartemen. Saat di lobi ia bertemu Arka yang ingin mengunjunginya.
"Mau kemana? "
"Tuan sendiri mau kemana? "
"Aku mau melihat kondisi Om sama Tante. Kamu mau kemana? "
"Mau beli obat di apotik."
"Apa kamu sakit? " tanya Arka khawatir. Bukan tanpa alasan dia mendatangi Apartemen Alena. Dia mendengar laporan dari orang yang ia suruh untuk mengawal Alena dari jauh.
Meski orang-orangnya sudah bilang jika kondisi Alena baik-baik saja ia tetap khawatir. Alena sangat senang melihat kepedulian Arka padanya.
"Tuan tidak perlu khawatir, Saya baik-baik saja."
"Kan Aku bilang jangan bersikap formal jika di luar kantor."
"Maaf belum terbiasa."
"Baiklah.Ayo aku antar ke apotek! "
Alena tidak membantah. Arka termasuk orang yang keras kepala. Jadi sia-sia saja jika menolaknya.
Tidak butuh waktu lama Alena dan Arka sudah tiba di apartemen. Ditangan Alena sudah ada bungkusan yang berisi obat-obatan.
"Bagaimana kondisi Mama ? " tanya Alena saat tiba di kamar yang ditempati kedua orang tuanya.
"Masih tidur. Loh nak Arka juga ada disini? "
"Iya Om. Saya ingin melihat kondisi Om dan tante," jawab Arka dengan lembut.
"Tumben, " gumam Alena.
"Apa, sayang? "
"Tidak kok Pa. Kalau begitu Alena bersih-bersih dulu. Tubuh Ale rasanya lengket banget."
"Oke! "
semangat terus berkarya kak author 🙏👍🏻
Tetap semangat kak author dalam berkarya 👍👍♥️