NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Paling tidak di hidupku yang kelam ini, aku pernah memiliki kebahagiaan yaitu dicintai olehmu. Yudistira...

***

Naomi duduk berdua di kamar Kalila. Mereka sengaja menjauh dari Yudistira untuk membuka hasil pemeriksaan waktu itu. Kalila enggan membuka surat itu duluan, karena ia rasa Naomi lebih berhak tahu kondisi tubuhnya lebih dahulu.

"Apapun hasilnya Bunda akan selalu berada di sisi kamu," ucap Kalila sambil menguatkan Naomi. Ia pernah berada di posisi yang sama dengan gadis itu.

Naomi membuka surat itu dengan tangan bergetar. Lalu ia membaca hasil tes tersebut.

Tes!

Air mata Naomi jatuh tanpa ia minta. Ternyata penyakit yang selama ini ia kira hilang, muncul kembali. Kankernya kambuh dan tumbuh di dalam tubuhnya. Naomi akui ia sering merasakan gejala sakit, namun ia hanya menahan rasa sakit itu, ia kira itu mungkin hanya efek samping ringan dari transplantasinya dulu. Bodohnya ia tak pernah mengecek ke dokter dan meminta perawatan. Ia tak mengira jika kanker itu bisa datang lagi.

Setelah ayahnya meninggal, Naomi tak pernah lagi melakukan pengecekan rutin yang seharusnya ia lakukan. Tidak ada yang membiayai pengobatannya. Hanya ayahnya yang peduli padanya dulu.

Jangankan untuk berobat. Bahkan untuk jajan saja. Ia tidak memiliki uang. Mamanya tidak pernah mau mengeluarkan uang untuknya. Hanya kakaknya yang diprioritaskan. Bagi sang mama ia hanyalah beban dan penyebab kematian ayahnya.

Naomi menangis tersedu-sedu. Air matanya jatuh membasahi wajahnya. Apa ini tanda dari  Tuhan yang menginginkannya menyusul ayahnya?

Kalila yang melihat perubahan Naomi langsung memeluk gadis itu seperti memeluk anaknya  sendiri. Ia mencoba menenangkan Naomi layaknya seorang ibu yang menyemangati anaknya. Kalila pun juga ikut menangis merasakan rasa sakit yang Naomi rasakan.

"Kamu harus kuat. Bunda yakin kamu bisa sembuh."

Naomi menggelengkan kepalanya. Rasanya mustahil sekali. Ia tidak akan pernah sembuh. Lagipula biaya penyakit kanker mahal. Ia tidak memiliki uang dan ia tidak ingin merepotkan siapapun.

"Naomi mau pasrah aja, Bun."

"Jangan bilang seperti  itu. Kamu harus kuat. Soal biaya kamu nggak usah khawatir, bunda akan  bantu." Ujar Kalila menenangkan. Ia tidak pernah mempermasalahkan uang. Apalagi untuk gadis yatim seperti Naomi. Kasian sekali anak itu tidak punya siapa-siapa. Bahkan kelurganya yang tersisa malah mengusirnya.

"Semua sia-sia, Bun. Naomi dulu pernah berjuang. Bahkan ayah sampai mempertaruhkan hartanya, waktunya dan nyawanya tapi bunda liat sendiri hasilnya sama saja." ujar Naomi sambil menangis. Ia menahan rasa sesak di hatinya. Bahkan operasi transplantasi yang dilakukannya dulu sia-sia. Kankernya masih ada.

"Mungkin hidup Naomi udah nggak lama lagi. Naomi nggak mau bunda buang-buang uang hanya untuk aku."

Kalila mendesah mendengar ucapan Naomi. Persis sekali dengan dirinya dulu. Ia pernah pesimis tidak akan sembuh, ditambah lagi dulu ayahnya bangkrut.

"Kamu pikirkan lagi, kalau kamu berubah pikiran. Bunda siap bantu biaya pengolahan kamu, berapapun. Kamu bisa sembuh. Bunda yakin itu."

"Apa kamu nggak mau sembuh? Apa kamu nggak punya impian dan harapan?"

"Impian?"

"Iya, impian. Contohnya menikah dengan Yudistira anak Tante. Kalian saling mencintai bukan." Mendengar ucapan Kalila malah membuat Naomi semakin sedih. Gadis itu merasa lemah dan tak pantas untuk Yudistira.

Meski mereka saling mencintai. Tapi apakah mungkin bisa memiliki? Tuhan mereka saja beda. Meski Naomi pernah kecewa dengan Tuhannya, tapi ia tidak bisa meninggalkan keyakinannya. Karena keyakinannya itu peninggalan ayahnya, ia takut ayahnya kecewa jika ia pindah agama hanya demi cinta. Ditambah

lagi penyakit yang Naomi derita. Ia rasa semakin sulit membuat mereka

bersatu. Mungkin Tuhan tidak akan pernah mengizinkan mereka bersatu.

Sakit sekali rasanya...

"Bunda, tolong jangan bilang ke Kak Yudis masalah ini. Naomi nggak mau Kak Yudis tau." Pinta Naomi.

Kalila menghembuskan napas, lalu ia mengangguk. "Bunda janji nggak bakal bilang ke Yudis. Tapi, bunda minta kamu mau ya berobat. Kalau kamu belum mau kemoterapi paling nggak kamu harus minum obat." Kalila tidak ingin gadis itu menahan rasa sakit dari penyakitnya.

"Iya Bun."

"Jangan pernah menyerah, bunda yakin kamu akan sembuh."

***

"Muka kamu kenapa keliatan sedih? Habis ngapain aja sama bunda di kamar?" selidik Yudistira. Mereka saat ini berada di taman duduk di ayunan.

"Nonton drama korea, sedih banget peran utamanya meninggal. Penulisnya jahat banget." Naomi terpaksa berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Apalagi mengenai penyakitnya. Jika yudistira tahu, cowok itu akan sangat overprotektif padanya.

"Lain kali jangan nonton drakor lagi sama bunda."

"Kenapa?"

"Nantikamu nangis lagi. Kakak nggak mau liat kamu sedih." Naomi tersenyum mendengar itu. Akhir-akhir ini perilaku yudistira begitu manis. Berbeda dengan yang dulu irit bicara.

"Tapi bagus kok, aku suka."

"Kalau bunda maksa kamu nonton lagi tolak aja. Bunda suka begitu, kemarin aja satu rumah dipaksa streaming BTS biar tranding." Kalila begitu menggilai Jungkook. Yudistira sampai heran.

Hanya Arjuna yang paling nurut kalau disuruh nonton drakor dan BTS. Bahkan adiknya itu selalu jadi kelinci percobaan ibunya di dandani ala Korea. Sedangkan Bima, Nakula dan Sadewa selalu kabur. Ketiga orang itu sangat kompak. Apalagi kompak dalam mencuri uang-uangnya.

Naomi tertawa mendengarnya. Setiap kali Yudistira membicarakan tentang keluarganya hatinya menghangat. Ia tidak pernah merasakan keluarga senyaman itu. Kasih sayang paling tulus yang ia dapatkan hanya dari ayahnya. Sedangkan ibu dan kakaknya membencinya.

"Mau es krim?" Naomi menganggukkan kepala antusias. Sebelum pergi Yudistira mengacak-acak rambut gadis itu dengan sayang.

Dari tempatnya duduk Naomi mengawasi Yudistira yang ikut mengantri dengan anak-anak kecil. Ia tersenyum melihat cowok itu yang mengalah bahkan membayari es krim Anak-anak itu. Yudistira terlalu baik untuknya.

Rasanya ia tidak pantas memiliki pria itu. Yudistira berhak mendapatkan kebahagiaan lain bukan mengurusinya yang penyakitan ini. Ia harap jika suatu saat nanti ia pergi. Cowok itu menemukan perempuan yang lebih baik darinya.

Tiba-tiba kepala Naomi terasa sakit, telinganya berdenging dan tanpa ia duga darah mengalir dari hidungnya. Naomi dengan panik mengelap darah tersebut sambil menahan rasa saktinya. Ia tidak ingin Yudistira melihatnya.

Tidak lama kemudian Yudistira kembali membawa dua eskrim dalam genggaman tangannya. Naomi tersenyum menyambut cowok itu.

"Rasa coklat favorit kamu." Yudistira menyodorkan satu cup es krim ke Naomi.

"Makasih Kak."

"Kalau mau nambah bilang aja. Nanti aku belikan lagi."

Naomi menganggukkan kepalanya. Diam-diam ia mengamati cowok itu dari samping sambil memakan es krim miliknya. Dari semua hal yang ia inginkan di dunia itu hanya satu, bisa mencintai dan hidup bahagia bersama Yudistira. Tapi apakah doanya akan dikabulkan. Jika saja Tuhannya mengaminkan, namun bukan berarti Tuhan yang diyakini Yudistira ikut mengizinkannya juga.

Di bawah langit senja ini aku ingin merekam semua tentangmu, Kak Yudis. Mulai dari wajahmu, senyummu dan caramu menatapku yang penuh dengan cinta itu.

Aku ingin mencintaimu di sisa-sisa akhir hidupku. Agar jika aku mati nanti, paling tidak di hidupku yang kelam ini, aku pernah memiliki kebahagiaan yaitu dicintai olehmu. Yudistira...

***

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!