Dia bukan pembunuh, namun dia di cap sebagai pembunuh oleh pria yang menjadikannya istri atas dasar dendam. Adiknya yang meninggal terjatuh dari atas gedung, dan menjadikan Laras sebagai tersangka pembunuhnya.
Kehidupan pernikahan yang tidak seperti Laras bayangkan. Hanya penuh dengan penderita dan siksaan. Namun, Laras tidak bisa terlepas dari Lin sampai dia puas melampiaskan dendamnya.
"Aku akan membuatmu menderita, sampai kau memilih untuk mengakhiri hidupmu sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Laras Temukan Bahagianya Sendiri
Akhirnya Lin hanya bisa menerima keadaannya saat ini. Meski dia tidak pernah mau di anggap lemah oleh semua orang. Tapi apapun yang terjadi, dirinya hanyalah seorang pria buta sekarang. Dia adalah penyandang disabilitas. Jadi, Lin tetap harus menerima kenyataan ini.
"Sekarang kau jelaskan semua tata letak barang padaku. Aku tidak mungkin terus mengandalkanmu. Aku harus bisa melakukan semuanya sendiri"
Laras tersenyum ketika dia melihat semangat kembali hadir dalam diri suaminya. Setidaknya Lin tidak lagi marah hanya sebuah tongkat yang dia berikan. Bahkan sekarang dia menggunakan tongkat itu. Karena sadar barang itu berguna untuknya.
Laras dengan telaten menjelaskan semua tata letak barang pada Lin. Mulai dari dalam kamar hingga ruang ganti dan kamar mandi. "Tapi jika anda kesulitan, anda bisa langsung panggil saya saja"
"Hmm. Sekarang kau keluarlah, aku ingin istirahat"
Laras mengangguk, dia keluar dari kamar dengan menghembuskan nafas lega. Setidaknya sekarang suaminya sudah lebih terlihat mempunyai semangat baru.
"Semoga saja akan segera mendapatkan donor mata untuknya"
Di dalam kamar, Lin tidur meringkuk di atas tempat tidur dengan memeluk baju milik Laras seperti biasa. Air matanya selalu menetes begitu saja jika dia mengingat tentang istrinya itu. Apalagi ketika dia ingat bagaimana dulu dirinya yang menyiksa Laras dengan begitu kejam.
"Aku merindukanmu, Laras. Selama ini aku selalu saja merasakan kehadiranmu. Semoga kamu baik-baik saja tanpa aku dalam hidupmu"
Sekarang ini, Lin benar-benar memilih untuk tidak lagi berharap bisa bersama dengan Laras. Dia sudah seperti ini dan tidak mungkin dia membebani Laras lebih dari itu. Jadi Lin sudah mengambil keputusan sekarang.
Lin bangun dari tidurnya, dia mencoba menggunakan tongkat yang diberikan oleh Laras untuk keluar kamar. Sekarang dia sudah mulai bisa terbiasa dengan dunianya yang gelap.
"Tuan Muda, anda mau kemana?" tanya Reni yang berada di ruang tengah saat itu.
"Ren, tolong minta Dimas datang kesini menemuiku" ucap Lin.
"Baik, Tuan tunggu sebentar disini"
Reni membantu Lin berjalan ke arah sofa, setelah Lin duduk di sofa, Reni segera memanggil Dimas di dalam kamarnya. Asisten Lin ini memang lebih sering tinggal di sini daripada pulang ke Apartemennya.
Dimas segera menemui Tuannya ketika Reni memanggilnya dan mengatakan jika Lin memintanya datang menemuinya. "Iya Tuan, ada apa? Ada yang bisa saya bantu?"
"Duduklah, ada hal serius yang ingin aku bicarakan denganmu" ucap Lin.
Dimas langsung duduk di sofa depan Lin. Menunggu Tuannya itu mengatakan apa yang harus dia lakukan. Karena jika Lin memanggilnya, pasti ada hal yang harus di lakukan.
"Dim, kamu hubungi Rama dan minta dia urus perceraian aku dengan Laras"
Deg,, Laras yang baru saja keluar dari kamarnya dan sedang berjalan menuju dapur. Langsung berhenti, tubuhnya membeku mendengar itu. Suaminya akan menceraikannya. Apa memang dia tidak pernah di harapkan dalam hidupnya ini. Air mata Laras menetes begitu saja. Dia langsung kembali ke kamarnya tanpa sempat Lin dan DImas tahu jika dia mendengar percakapan mereka.
Dimas terdiam sejenak, dia sedikit tidak menyangka dengan hal ini. Padahal Dimas tahu sendiri bagaimana Lin yang seperti orang gila saat dia kehilangan Laras. Tapi sekarang, tiba-tiba saja pria itu ingin mengurus perceraian dengan istrinya.
"Tuan, apa anda yakin? Kalau boleh tahu kenapa?" tanya Dimas.
"Aku tetap harus menceraikannya, aku tidak mau mengikatnya lagi. Kau lakukan saja perintahku itu. Laras tidak boleh terbebani dengan keadaanku yang seperti ini. Aku ingin dia mempunyai kebahagiaannya sendiri. Dan aku yakin bahagianya bukan denganku. Biarkan dia bahagia dengan kehidupannya sendiri. Aku tidak mau membuatnya menderita lagi. Apalagi dengan keadaan aku yang sekarang ini"
Dimas menghela nafas pelan, sekarang dia mengerti kenapa Lin ingin menceraikan istrinya. Karena dia yang merasa tidak pantas lagi untuk memperjuangkan Laras dengan keadaannya yang sekarang. Tapi disini, Dimas jelas tahu bagaimana Laras yang merawat Lin dengan begitu tulus.
"Tuan, anda jangan dulu mengambil keputusan dengan gegabah. Saya yakin Nona Laras juga akan sangat terluka jika anda tiba-tiba menceraikannya seperti ini. Dan saya yakin jika Nona Laras juga pasti akan merawat anda dengan baik" ucap Dimas.
Dia ingin mengatakan yang sebenarnya tentang Laras yang sebenarnya adalah perawat Lin itu. Namun disini, dia juga serba salah. Takutnya dia malah membocorkan sebuah rahasia seseorang.
"Tidak Dim, aku sudah yakin dengan keputusanku ini. Kau tolong lakukan saja semua perintahku"
Lin meraih tongkatnya dan langsung berdiri dari duduknya. Dia merasakan gerakan Dimas yang pastinya ingin langsung membantunya. "Tidak perlu. Aku bisa berjalan sendiri ke kamar. Kamu segera saja urus semua yang aku perintahkan barusan"
Akhirnya Dimas hanya kembali duduk dan menatap punggung Lin yang menjauh dari sana.
*
Duduk bersandar di atas tempat tidur, air mata terus mengalir membasahi pipinya. Laras masih merasakan sesak di dadanya yang begitu amat sakit. Mendengar ucapan suaminya tadi, benar-benar membuat dia sadar jika Lin tidak lagi menginginkan keberadaannya dalam hidupnya ini.
"Dia benar-benar akan menceraikan aku? Berarti aku sudah tidak ada harapan apapun lagi. Aku memang harus pergi dari kehidupannya. Ya Tuhan, kenapa sakit sekali.. Hiks.. Hiks.."
Laras memukul dadanya yang terasa sesak dan begitu sakit. Rasanya dia tidak percaya akan mendengar kata itu dari mulut suaminya.
"Aku mencintainya dan aku tidak ingin pergi meninggalkannya. Tapi apa yang harus aku lakukan, jika dia sendiri inginkan aku pergi dari hidupnya"
Laras benar-benar hancur sekarang. Harapannya untuk bisa bersama dengan teman masa kecilnya yang dia cari selama ini, sirna seketika. Karena Lin sendiri yang tidak menginginkan dirinya. Dan apa yang harus Laras lakukan ketika suaminya saja tidak lagi menginginkan dirinya.
Laras menghapus air mata di pipinya, meski masih belum berhenti mengalir. "Kuat Laras. Kalau memang ini adalah pilihan dia, maka sudah seharusnya kamu mundur dan menyerah"
Laras keluar dari kamarnya, dia mencari Reni di kamarnya. Di saat seperti ini hanya Reni yang bisa dia ajak untuk berbicara. Reni juga cukup terkejut melihat Laras yang datang ke kamarnya dan tiba-tiba memeluknya sambil menangis.
"Ada apa Ras?"
"Kak, suamiku ingin menceraikan aku. Sekarang aku harus bagaimana? Hiks.."
Reni begitu terkejut mendengar itu, dia mengelus punggung Laras untuk menenangkannya. "Tenang dulu, kamu ceritakan dulu apa yang sebenarnya terjadi"
Laras masih terisak, dia melerai pelukannya dengan Reni dan mulai menceritakan semuanya. Apa yang dia dengar dari percakapan Lin dan Dimas tadi.
"Kak, aku butuh bantuan Kakak. Kalau memang aku tidak bisa bersama Lin dan tidak bisa menemaninya sampai akhir hayat. Setidaknya harus ada bagian dari aku yang menemaninya"
Reni mengerutkan keningnya sedikit tidak mengerti maksud dari ucapan Laras itu. "Apa maksudnya Ras?"
"Pokoknya Kakak harus bantu aku"
Bersambung
lanjut kak tetap semangat ya upnya 💪💪🤗🤗