Luna Olivia, mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tuanya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova dijodohkan dengan gadis tengil yang bar-bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima atau malah sebaliknya? tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Suhartinah Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. Kekesalan Dan Kekaguman Bara
Luna diantar oleh Devan mengambil motornya di mansion, sementara Ajeng nanti langsung menyusul ke arena.
"Mau kemana, Non?" Tanya security yang sedang berjaga di gerbang.
"Mau ke rumah temen, Pak." Jawab Luna berbohong lalu menaiki motornya.
"Lu jalan duluan! gue ikutin dari belakang."
Devan selalu melindungi kedua sahabat perempuannya, bagi Devan mereka bukan hanya sekedar sahabat melainkan saudara.
Luna dan Devan sudah sampai di arena tidak lama datanglah Ajeng.
"Gue cek motor lu dulu!" Devan mengecek motor Luna sebelum turun ke arena.
"Minum dulu!" Ajeng menyerahkan sebotol air mineral untuk Luna.
Setelah meminum air mineral tersebut, Devan pun sudah selesai mengecek motor miliknya.
Tanpa sepengetahuan Luna, Bara dan kenan datang untuk menyaksikan balap motor yang di ikuti oleh Luna.
Kini dua pria tampan itu sedang melihat Luna dari kejauhan, semua gerak-gerik Luna di awasi langsung oleh Bara.
Setelah Mc mengumumkan pertandingan akan segera di mulai, semua peserta turun berkumpul di arena.
Pertandingan malam ini merupakan pertandingan campuran antara pria dan wanita, makanya hadiahnya terbilang besar yaitu 100 juta rupiah.
Ada sekitar 30 peserta yang turun malam ini dan itu di dominasi oleh kaum laki-laki. Namun, Luna yakin bisa melawan mereka semua.
Breemm breemm
Suara gas motor yang ditarik menandakan pertandingan akan segera di mulai. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Bara dan Kenan menyaksikan pertandingan tersebut.
"Ken, lo yakin itu si Luna nggak papa balapan? Lo liat itu kebanyakan peserta nya cowok." Entah kenapa Bara takut istrinya kenapa napa.
"Udah, tenang aja! kita liat aja nanti," ujar Kenan santai.
"Satu ... dua ... tiga ... go!"
Semua peserta sudah melajukan motornya termasuk Luna, kali ini Luna harus konsentrasi dan lebih hati-hati karena lawan nya tidak bisa di sepelekan.
Sementara Bara masih was-was melihat sang istri melajukan motor dengan begitu kencang.
"Kenapa gue yang deg-degan gini sih?" lirihnya dengan mata yang masih memandang lurus ke depan.
Mata Bara tidak lepas dari pemandangan di depannya, fokusnya hanya kepada motor sport berwarna merah yang di kendarai istrinya.
"Go Luna go Luna go." Teriak Ajeng penuh semangat.
"Juleha gue pasti menang!" Teriak Devan tak kalah semangat.
Kenan melihat kedua sahabat Luna pun menggelengkan kepala. Menurutnya sangat asyik dan seru circle pertemanan mereka.
Luna berada di posisi kedua, sementara yang berada di posisi pertama pemotor berwarna hijau.
"Kek nya susah deh Nem, nyalip motor ijo itu," seru Devan.
"Iya, kek nya. Liat aja itu nggak ada celah Luna nyalip itu motor."
"Nah, iya, kan." Mereka kembali fokus melihat ke depan.
"Gila tuh cowok susah banget di salip nya." Gumam Luna yang memang sempat melihat pemotor hijau itu seorang laki-laki.
Tiba-tiba pemotor hitam yang ada di belakangnya menyenggol motor Luna dengan sengaja membuat dia terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.
"Lunaaaa!" Teriak Ajeng panik.
"Van, Luna gimana itu? akh sial itu bukannya pemotor hitam yang waktu itu dorong Luna juga sampe jatoh?"
"Iya bener, tuh orang punya dendam apa sih tiap balapan bikin Juleha gue jatoh mulu. Nggak bisa di biarin ini," oceh Devan tidak terima.
Bara mendengar semua ucapan yang di katakan oleh Devan, berarti ini bukan pertama kalinya Luna jatuh saat balapan karena di sengaja.
Bara khawatir melihat istrinya terjatuh, rasanya dia ingin berlari membantu sang istri.
"Akh, sial." Umpat Luna lalu membangunkan motornya kemudian mulai melajukan kembali motornya.
Luna tertinggal jauh dengan yang lainnya tetapi, dia tidak kalah semangat menyusul lawan-lawan nya yang ada di depan.
"Mampus, lo." Gumam Sherly melihat Luna jatuh dan sekarang posisinya berada di urutan kedua setelah pemotor hijau.
Luna menambah kecepatan motornya dengan sangat kencang menyalip lawan-lawan nya yang berada didepan nya.
Tidak putus asa dia menyalip pemotor hitam yang mendorong nya tadi dan tidak akan memberi celah kepada pemotor hitam itu untuk bisa menyalip.
Kini Luna yang berada di posisi kedua dan sedang berusaha menyalip pemotor hijau yang berada di posisi pertama.
"Keren banget Bar bini, lo. Liat itu dia berhasil ngalahin lawan-lawan nya yang ada di depan walaupun tadi sempet jatoh dan ketinggalan."
Bara mengangguk menyetujui apa yang di ucapkan oleh Kenan.
Semua mata penonton tertuju pada pemotor merah dan hijau yang masih saling beradu memperebutkan posisi pertama.
Di putaran terakhir dengan segenap kemampuannya, Luna berhasil menyalip pemotor hijau dan sampai di garis finish lebih dulu lalu keluar menjadi juaranya.
Prookk...prookk
Suara riuh tepuk tangan bergema memenuhi arena. "Liat apa kata gue! bini lo pasti bisa dan see terbuktikan?" Ujar Kenan menatap lekat sepupunya itu.
Bara juga bangga dan kagum dengan istrinya, sosok yang sangat sederhana dan rendah hati. Benar kemampuan nya dalam dunia balap tidak usah di ragukan lagi.
"Yeaay, Juleha menang." Teriak Devan heboh.
Ajeng juga tidak kalah heboh saat melihat Luna keluar menjadi juaranya.
Setelah panitia memberikan hadiah uang tunai sebesar 100 juta rupiah, Ajeng dan Devan turun ke arena menghampiri Luna.
Ingin rasanya Bara menghampiri Luna dan memberikan ucapan selamat kepada istrinya namun, dia bingung harus mulai dengan cara apa.
Karena Bara dan Kenan datang kesini tanpa sepengetahuan Luna dan mereka berdua menyamar agar tidak ketahuan.
FLASH BACK ON
Mobil yang di tumpangi Bara disupiri oleh supir kantor kini telah sampai di jakarta selatan, tepatnya di apartment Kenan.
Bara sengaja datang ke apartment Kenan karena ini sudah jam 7 malam, dia ingin melihat istrinya balapan.
Padahal dirinya baru pulang dari kantor cabang, namun demi menonton sang istri dia rela walaupun lelah.
"Lah, lo ngapain Bar kesini? Bukan nya lo baru pulang dari Bekasi." Tanya Kenan heran tidak biasanya Bara datang ke apartmentnya.
"Ayok temenin gue nonton Luna!" titah nya tanpa menerima penolakan.
"Oh, jadi lo mau nonton bini loe balapan? kek nya udah mulai ada getaran-getaran di dada," sindir Kenan.
"Udah, buruan jangan ngebacaot mulu!"
"Iya, sabar. Gue ganti baju dulu! emang lo nggak mau ganti baju dulu gitu? masa ke arena pake baju formal."
Benar juga apa kata asistennya. "Ya udah, gue pinjem baju lo."
Mereka memakai kaos pendek dipadukan dengan jaket lalu memakai celana jeans panjang, tidak ketinggalan kacamata hitam dan topi agar tidak ketahuan.
***
Pemotor hijau tadi menghampiri Luna setelah melepas helmnya.
"Hi, boleh kenalan. Btw tadi lo keren banget." Ujar seorang pria yang ternyata sangat tampan.
Ajeng bahkan sampai tak berkedip melihat pria di hadapannya itu.
"Hi, gue Luna. Lo juga keren banget, susah juga buat ngalahin lo," jawab Luna apa adanya.
"Gue Zayn, boleh kita berteman?" tanyanya lagi.
Zayn yang baru pertama kali melihat Luna merasa tertarik dengan perempuan itu. Luna melirik kearah sahabat nya, Ajeng dan Devan menganggukkan kepalanya.
"Iya boleh, kenalin ini sahabat-sahabat gue namanya Ajeng yang ini Devan." Luna memperkenalkan para sahabat nya.
"Hi, seneng bisa kenalan dengan kalian, soalnya gue baru di Jakarta jadi belum punya banyak temen."
"Sebelumnya emang tinggal di mana?" Kini gantian Devan yang bertanya.
"Sebelumnya gue tinggal di Belanda, karena udah lulus kuliah gue balik lagi ke Indo," jawab Zayn dengan jujur.
"Oh gitu, ya udah nggak enak ini ngobrol sambil berdiri gimana kita lanjut ngopi di cafe biasa, Lun?" Tanya Devan meminta pendapat Luna karena takut Luna ingin segera pulang.
"Gas lah, Lun," timpal Ajeng.
"Ayok!" Jawab Luna lalu mereka semua menaiki kendaraan nya masing-masing menuju ke cafe Delima tempat biasa mereka nongkrong sehabis balapan.
Sementara Bara yang melihat istrinya berdekatan dengan pria lain apalagi pria itu masih muda dan terbilang tampan mengepalkan tangannya.
Entah kenapa dia tidak rela jika istrinya bersama dengan pria lain.
Kenan yang melihat Bara terlihat kesal pun tertawa, dia mengerti kenapa bisa sepupunya itu seperti itu.
"Kalo udah mulai suka mah ngomong aja Bar, nggak usah gengsi nanti yang ada keburu bini lo kegoda cowok lain yang lebih muda dan lebih ganteng dari lo termasuk cowok tadi." Kenan memanas-manasi Bara.
"Diam, lo!"
"Dih marah, terus mau kemana kita sekarang?"
"Ayok kita ikutin mereka!" titah Bara.
"Sampe segitunya ya Bar, tapi masih tetep nggak mau ngaku kalo lo udah mulai suka sama Luna dan sedang cemburu."
"Udah, ayok cepetan!"
Akhirnya Bara dan Kenan mengikuti Luna dan yang lainnya ke cafe Delima.
***
Di cafe Bara dibuat kesal dengan pria yang sedang tertawa dengan istrinya. Luna belum pernah tertawa seperti itu saat bersama dengan nya.
Bara mengepalkan tangannya kuat dia benar-benar tidak rela melihat istrinya dengan pria lain. Tetapi, dia juga enggan mengakui kalau dia sudah mulai menyukai istrinya itu.
Lama dia berada di sana melihat interaksi keduanya sampai Luna dan yang lain memutuskan untuk pulang.
"Ayok Ken anter gue pulang sebelum Luna lebih dulu sampe!"
Kenan mengangguk lalu membayar kopi yang dia pesan tadi dan meninggalkan cafe Delima.
***
Luna mengendarai motor nya pulang ke mansion di ikuti oleh Devan karena sudah jam 11 malam.
"Thanks Van, hati-hati di jalan!"
Devan mengangguk lalu pergi meninggalkan mansion mewah itu.
Luna memasukan motor nya kedalam garasi lalu masuk kedalam. Saat membuka pintu dia di kagetkan dengan Bara yang sedang duduk di ruang tamu.
"Darimana jam 11 baru pulang?" Tanya Bara pura-pura tidak tahu.
"Main sama Devan dan Ajeng, Om," jawab Luna berbohong.
"Sampe malem gini? padahal kan besok harus ngantor dan juga lo setiap hari ketemu sama sama temen-temen lo di kantor, terus masih main juga sampe malem gini. Emang nya main apaan?" cecar Bara membuat Luna mendengus sebal.
"Udahlah, Om. Lagian tumben amat si kepo sama urusan gue biasanya juga cuek."
"Malah ngalihin pembicaraan lagi."
"Lah, terus gue harus gimana, Om?" tanya Luna.
"Ya jawab lo abis main apaan sampe malem gini?" Bara sengaja bertanya dan ingin mendengar jawaban dari Luna.
"Cuma ke cafe doang om ngopi-ngopi udah gitu doang, dari pada di mansion mulu bosen gue sepi juga disini cuma ada bibi." Alibi Luna.
Bara menganggukkan kepala nya. "Udah sana istirahat udah malem!"
"Okay." Luna berjalan masuk ke kamarnya untuk bersih-bersih.
"Tumben itu laki perhatian." gumamnya.
Luna tidak mau memikirkan itu, dia lebih memilih masuk ke kamar mandi karena tubuhnya sudah sangat lengket.
Begitupun dengan Bara seharian dari luar membuat tubuhnya gerah dan tidak nyaman, pria berbadan atletis itu langsung berendam dalam bathtub agar tubuhnya bisa lebih rileks.
mau ngapain?