Dulu Dara sangat membenci laki-laki yang menjadi pacarnya karena usia laki-laki itu lebih muda lima tahun darinya. Setelah lama tidak bertemu, laki-laki itu kini menjadi kepala rumah sakit ditempatnya bekerja.
Tapi di pertemuan kali ini, laki-laki itu seolah tidak mengenali Dara lagi membuat Dara jadi bertanya-tanya. Dan karena sikap cueknyalah yang membuat Dara bertekad membuat laki-laki itu jatuh cinta lagi padanya. Dapatkah Dara melakukan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat Biar Gak Ngambek
Tiba di ruanganya, Kiara mengecek perkembangan kliniknya dimedia sosial, begitu melihat ramainya antusiasme warganet berkunjung ke akun sosial media kliniknya, senyum lebar terbit di bibir tipis wanita itu, itu berarti semakin banyak yang mengenal kliniknya, semakin ramai juga yang akan berkunjung ke sana. Dia tidak salah memilih seleb toktok yang sedang naik daun sebagai ambasadornya.
Keluar dari akun sosial klinik miliknya, Kiara beralih ke akun sosial media pribadinya, begitu membuka akun tersebut, hal pertama yang muncul di akunya justru membuat dadanya sesak, karena ia harus melihat potret kemesraan Zyan dengan Dara.
Dalam unggahannya itu Zyan memperlihatkan jika weekend kemarin Zyan tidak hanya berlibur bersama keluarganya, tapi juga dengan keluarga Dara. Apa kedua keluarga tersebut sudah membuat sebuah kesepakatan?
Kiara memejamkan mata, karena tidak hanya dadanya saja yang terasa panas, tapi kini matanya juga ikut terasa panas hingga menghasilkan lelehan bening dari matanya.
"Eh udah pada lihat belum unggahan pak Zyan?"
"Apa? Soalnya gue gak follow akun pak Zyan, males di gembok."
"Nih, sini lihat. Gue follow Pak Zyan. Pak Zyan mengunggah foto bareng dokter Dara sama keluarganya. Aku pikir awalnya pak Zyan punya hubungan sama dokter Kiara, gak taunya sama dokter Dara."
"Tapi sebelumnya pak Zyan udah pernah posting foto bareng dokter Kiara gak? Atau foto dokter Kiara doank?"
"Coba kita scroll lagi. Kayaknya setau gue gak pernah deh."
"Ehem, ehem. Kalian kesini mau ngegosip apa mau kerja?" Kiara menegur para karyawanya yang sedang menggunjingkan tentang dirinya.
Tiga orang karyawan yang sedang bergerombol itu langsung membubarkan diri begitu ditegur dan kembali ke tempat masing-masing.
"Saya tidak mau tahu ya, hari ini setidaknya kalian harus melayani tiga puluh pasien yang mau operasi. Dengan omset satu miliar lebih, tidak boleh ada yang gagal operasi."
"Kita kan bukan sales, Dok. Kok ditarget sih?" protes salah satu karyawanya dengan berani.
"Bukan urusan saya, siapa suruh kalian menggunjing orang yang menggaji kalian?" Omel Kiara dengan wajah sinisnya memberi pelajaran kepada karyawanya, kemudian pergi untuk menemui seseorang.
* * *
"Cie cie ... Yang baru aja confess. Uhuy, uhuy."
"Kalung kunci nieee."
"Selamat ya Dok, Dokter dan pak Zyan pasangan serasi."
Itulah sambutan yang diterima Dara ketika masuk ke ruanganya. Wajah gadis itu langsung berubah semburat merah seakan seluruh darahnya naik ke wajahnya, bukanya malu dan risih ia justru nyengir dan mesem-mesem seperti anak abege diledek teman sekelasnya, berbeda. Kejadian ini sangat berbeda dengan kejadian tujuh tahun lalu saat ia ketahuan ditembak Zyan, justru dia malu bukan main dan ingin tenggelam saja kedasar bumi.
"Kalian tahu darimana sih?" tanya Dara pura-pura begok, padahal dia dan Zyan memang tidak menutupi hubungan mereka. Beberapa kali bahkan mereka datang bersama, tak ada rekan kerjanya yang meledekinya, padahal dia sangat menunggu hal itu.
"Tahu dari intsogram pak Zyan," jawab suster Monic .
Dara cukup terkejut, jujur saja dia baru tahu kalau Zyan mengunggah kebersamaan mereka kemaren. Dia justru tidak kepikiran kesana.
"Pajak jadianya mana nih, Dok? Masa gak ada pajak jadian?" ujar yang lainnya memalak.
Dara mengeluarkan ponselya dari dalam tas, kemudian jari lentiknya mengetik sesuatu, lalu menatap Monic. "Udah aku transfer ke rekening Monic buat makan siang kalian nanti," ujarnya yang langsung dapat selebrasi dari para rekan-rekanya.
"Thanks ya Dok, semoga hubunganya langgeng sampai ke pelaminan."
"Amiin," sahut Dara mengaminkan doa baik itu.
Belum waktu makan siang tiba, Dara sudah berada di lantai ruangan Zyan. Meski tadi pagi sudah bertemu, tapi dia sudah merasa rindu akut.
"Dasar ratu bucin, cacing di perut Pak Zyan juga masih kerja, sudah mau diajak makan siang aja," cibir Emilio mengatai Dara.
"Hehehe, pasti belum pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta, iyakan?" Dara menudingkan telunjuknya si depan wajah Emilio. "Aku yakin, kalo pak Emilio udah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Beuhhhhh...." Dara mengagetkan Emilio. "Aku yakin pak Emilio pasti bukan lagi jadi raja bucin, tapi udah jadi raja rimba, menerkam. Aummmm." Dara membuat gerakan tangan di kedua sisi wajahnya seperti singa mengaum, lalu tertawa sendiri membuat Emilio mengernyit.
"Dasar dokter saraf," makinya yang tentu tidak lagi di dengar oleh Dara karena dokter muda itu sudah masuk keruangan Zyan.
"Aku kecepetan ya datengnya?" tanya Dara melihat Zyan begitu sibuk.
"Iya sayang, maaf ya," jawab Zyan. "Aku ada rapat sama para pemegang saham sebelumnya dan dokter Ridwan juga. Jadi kayaknya kamu harus makan siang sendiri dulu hari ini."
Wajah ceria Dara langsung berubah murung. "Kenapa gak bilang sih? Kalo gitu kan aku gak mungkin myamperin kamu."
Zyan menghampiri wanita yang mulai ngambek itu, mencium keningnya sayang. "I'm so sorry. Tapi aku janji pulang nanti ajak kamu ngedate, mau gak?"
"Mau, mau, mau." jawabnya antusias dengan mimik wajah yang berubah ceria lagi. "Tapi ada syaratnya?"
"Apa sayang?"
"Cium bibir aku selama lima menit. Kalo gak mau aku-"
Hmmmmppp ..
Belum selesai Dara menyelesaikan kalimatnya, dengan gerakan cepat Zyan menarik pinggangnya dan melumattt bibirnya dengan rakus. Zyan terpaksa melakukan itu karena dia tidak ingin terlambat datang keruang rapat nanti.
Udah sama si Lio aja🤭
lanjoot kak