Apa Ada Cinta?

Meeting telah selesai lima belas menit yang lalu. Gracia sengaja berlama-lama membereskan file bahkan sempat ikut merapihkan ruangan demi mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan Zeff, karena baik Zeff maupun pak Bastian terlihat masih serius berbicara dengan kepala tim legal, pak Bandy Atmaja.

Tapi justru kemudian dia tertahan oleh kepala tim legal yang membutuhkan beberapa informasi darinya bersamaan dengan Zeff yang buru-buru keluar, dan dia tidak dapat mengejar Zeff.

Sekarang Gracia sedang melihat gadis yang datang bersama Zeff tadi, Zeff membawa gadis itu bertemu pak Bastian di ruang meeting. Dalam pengamatannya gadis itu berinteraksi akrab dengan pak Bastian, terlihat tidak kaku dan sangat dekat.

Sebuah usapan singkat pak Bastian di kepala gadis itu mengkonfirmasi perkataan Zeff tentang siapa gadis itu, anak teman dekat papinya yang sudah dikenalnya sejak kecil.

Tapi yang menyesakkan dada, walau memang dekat dan dianggap keluarga seperti kata Zeff, tapi hatinya tidak terima saat melihat bagaimana Zeff memandang gadis itu, bagaimana tangan Zeff sangat posesif menjagai.

“Grac, ayo pergi,” Noval menarik lengan teman setimnya yang berdiri mengintip dari celah pintu ruang meeting yang terbuka beberapa senti.

Gracia segera menguasai dirinya, lalu melempar senyum. Dia mengikuti langkah Noval menjauh dari ruang meeting itu.

“Jadi benar kata anak-anak, kamu udahan sama boss?” Noval bertanya.

“Iya,” Gracia menjawab lirih.

“Dia selingkuh ternyata, dan bawa selingkuhannya depan mata kamu. Dia gak punya hati,” Noval berkata geram.

Sejak lama dia suka pada Gracia dan dia ditolak karena Gracia memilih boss tentu saja yang levelnya jauh di atas.

“Zeff dijodohkan dengan anak teman papinya, dia gak selingkuh, Val,” Gracia masih membela Zeff, dia masih enggan melepaskan Zeff.

“Kan? Kamu udah aku peringatin sejak lama loh, pacaran sama boss resikonya tinggi. Orang seperti mereka tidak mementingkan cinta, umumnya mereka menikah karena bisnis. Kejadian kan sekarang?” Noval berkata dengan suara pelan karena mereka melewati meja Lestari.

“Kami saling sayang, Val, dia terpaksa juga kan? Aku masih gak rela kami pisah,” balas Gracia.

“Kalau boss sayang kamu, dia pasti milih kamu, masa sih dia terima gitu aja dijodohkan. Aku merasa ada benarnya kata anak-anak si boss itu selingkuhin kamu sebenarnya,” tandas Noval.

Gracia hanya memiringkan kepala menolak kalimat Noval, dalam hati masih percaya bahwa Zeff cinta hanya tak bisa melawan ketentuan orang tua.

Lima tahun ini Zeff tidak pernah oleng. Gracia cukup tahu lingkarang teman Zeff, beberapa memang brengsek, tetapi pengakuan teman-teman brengsek itu yang mengatakan hidup Zeff terlalu lurus membuat dia lebih percaya tentang perjodohan dari pada tentang perselingkuhan.

Mereka berdiri menunggu lift dan Gracia memutar kepalanya menunggu sejenak apakah Zeff akan keluar dari ruang meeting, sia-sia.

Gracia menghembuskan napas sedihnya, lalu dia senyum tenang sekarang. Noval yang melihat itu jadi mengumpat dalam hati, mengeluhkan sifat Gracia yang menurutnya sangat munafik, seolah tidak pernah terjadi masalah dalam hidupnya, selalu tenang pembawaannya. Dia lebih cocok jadi gadis FO, dengan sikapnya yang selalu terjaga.

Lift terbuka mereka berdua masuk, sebelum tertutup dari jauh pak Bandy CLO mereka memberi isyarat untuk menunggunya. Noval menahan lift. Di belakang pak Bandy muncul pasangan yang sedang jadi pembicaraan seisi gedung ini.

Mata dan hati Gracia sakit lagi, karena melihat pria yang dia sayang sedang merangkul erat gadis lain, dan kenapa seperti ada yang berubah? Entah apa tapi sepertinya Zeff terlihat lebih banyak tersenyum?

Yang pasti gadis itu bukan seumuran mereka, itu sebabnya Zeff terlihat lebih care? Dan… sreet, hati bagai teriris, Zeff tak sungkan mencium pelipis gadis itu. Ini kali yang kedua dia melihat sikap sayang yang Zeff tunjukkan. Zeff berubah sejauh itu? Hanya untuk gadis yang dijodohkan dengannya?

Banyak tanya bermunculan di kepala Gracia. Dia mengangkat kepala memandang langit-langit lift tidak ingin melihat lagi hingga pada Bandy masuk dan pintu lift tertutup.

Di ruangan mereka...

“Val, jalan yuk, aku jadi pengen ngopi.” Gracia segera membereskan tasnya, sudah tidak punya daya untuk meneruskan pekerjaan.

“Tapi, aku masih harus beresin kerjaan,” Noval menolak.

“Ikut aja, gak papa, gak akan dicariin juga kalau mereka lihat kamu bareng aku,” Gracia masih memanfaatkan privilegenya sebagai kekasih boss pemilik perusahaan.

Dia kadang melakukan ini dengan alasan meeting di luar padahal hanya meet up dengan temannya, atau keluar makan siang tapi tidak balik ke kantor lagi. Dia memang tidak abai soal pekerjaan, hanya jam kantornya yang kadang dia atur fleksibel menurut kebutuhan dan keinginannya.

Mungkin dia pikir dia bisa melakukannya karena yakin boss tidak mempermasalahkan, secara sang boss adalah kekasih. Padahal mungkin lebih kepada si boss tidak peduli atau lebih tepat si boss tidak memperhatikan.

Noval masih terlihat ragu, sebelum ini mungkin Gracia bebas melakukan sesuatu sekehendak hatinya, tapi situasi beda sekarang, Noval tidak ingin terseret pada sesuatu yang bisa menjadi cacat dalam karirnya.

“Val, aku butuh kafein sekarang, please temenin aku,” Gracia memohon. Kali ini ada ekspresi galau yang mencuat nyata. Kali ini wajah di hadapan Noval sedang kehilangan senyum khasnya.

Noval tidak tega akhirnya. “Oke, tapi aku ijin pak Bandy, entar dicariin aku gak ada, berabe,” putus Noval.

Sebenarnya kerjaan harus beres, beberapa hal yang diputuskan di meeting barusan harus segera dieksekusi, tapi dia tak tega melihat Gracia. Terpaksa nanti harus lembur.

Geram juga pada si boss yang dengan mudahnya menendang Gracia, lima tahun hubungan untuk kemudian diakhiri dengan kejam.

Mengapa tidak kejam, jika memang menerima perjodohan, jangan membawa gadis itu di depan pacar yang sedang patah hati. Dan si boss malahan seperti sedang pamer pacar baru, ada rekaman video yang banyak beredar di grup chat sekarang.

Dia juga sebenarnya kesal dengan Gracia. Spekulasi tentang apa dasar hubungan boss dan Gracia semakin merebak, banyak teman karyawan terutama para wanita menilai bahwa Gracia tidak masalah boss punya selingkuhan, Gracia terlihat baik-baik saja.

Gracia hanya memanfaatkan kedudukan dan harta boss saja. Betapa tidak, Gracia punya banyak sekali barang branded, mobil pun seharga M. Gracia justru dituduh hanya mengambil keuntungan dari si boss.

Noval mengakui kebenaran mengenai apa yang Gracia terima, tapi tidak benar jika Gracia menggunakan asas manfaat.

Sementara di lantai lima…

“Sorry ya sayang, aku masih ada meeting lain setelah ini, aku gak lihat jadwal aku, harusnya aku gak ngajak kamu ke sini hari ini,” Zeff bicara dengan pandangan mempelajari materi meeting di laptopnya.

Melody sedang hemat kata, dia masih memikirkan Gracia. Walau dari jauh matanya mengawasi Gracia, nuraninya berbicara bahwa di balik sikap tenang yang dominan tersembunyi kegalauan dan kesedihan, di balik senyum lembut Gracia ada duka yang sedang menguasai wanita itu.

Melody tidak merespon membuat Zeff mengangkat muka memandangi Melody.

“Sayangggg, kenapa diem? Sayang???” Zeff menunggu…

Melody melirik tajam dengan wajah kaku.

“Sayang sayang, males banget dipanggil sayang!” Suara tajam Melody, memikirkan Gracia membuat rasa kesal pada Zeff muncul, hanya karena ada om Bastian saja maka dia menjaga sikapnya.

“Kan kamu udah tahu, emang aku beneran sayang sama kamu.” Zeff memainkan dua keningnya.

Melody mendelik.

“Basi ahh bilang cinta melulu, kamu tahu gak di luar sana si Gracia lagi patah hati? Aku kasihan tahu gak?” Melody menyerang Zeff.

Zeff terdiam, mula-mula heran dengan perkataan Melody, kenapa dia bersimpati pada Gracia bukannya cemburu. Apa dia salah menafsirkan perubahan sikap Melody saat bertemu Gracia tadi? Yang dia lihat ada tatapan itu tadi.

Zeff berdiri dari kursi kekuasaannya, menghampiri Melody lalu duduk.

“Kenapa kalau Gracia patah hati? Aku tidak perlu mengurus itu kan? Dia tidak punya hak untuk memaksaku tetap jalan dengannya,” tegas Zeff.

“Kamu gak punya perasaan, kamu jahat Anyaaa!” Melody menekankan perkataannya.

“Justru karena aku punya perasaan Mel, maka aku memilih meninggalkan Gracia. Aku cintanya sama kamu, itu perasaanku sekarang,” tangkis Zeff dengan pandangan yang terarah lurus pada Melody.

“Kamu pacaran begitu lama tapi kamu tega mutusin anak orang. Kamu bisa setega itu sekarang, siapa yang tahu apa yang bisa kamu lakukan padaku nanti?” Melody mendebat Zeff, mengucapkan kekuatiran terbesarnya saat mengkaitkan hubungan mereka dengan keberadaan Gracia..

“Melody, dengarkan aku… aku akui lima tahun aku bersama Gracia tapi aku gak bisa bergerak maju dengan hubungan kami. Aku gak pernah memikirkan dengan serius hubungan kami, harusnya minimal kami udah tunangan kalau melihat lamanya kami pacaran… tapi aku gak pernah memikirkan itu,” Zeff menjelaskan secara perlahan.

Melihat reaksi Melody sekarang, mungkin sekali hubungan mereka akan stag, Melody menjadikan hubungannya dengan Gracia sebagai tolok ukur hubungan mereka nanti, ini tidak baik.

Zeff memilih mengatakan apa yang tersimpan sejak lama…

“Dulu aku pernah jatuh cinta padamu Melody, dan sekarang aku memilih untuk jatuh cinta padamu lagi," Zeff berkata lembut penuh keyakinan.

“Hahh??? Bohong!! Kapan kamu pernah jatuh cinta?" Melody terbelalak.

"Waktu kamu kelas satu SMA, atau mungkin sejak kamu kecelakaan waktu kelas dua SMP," ujar Zeff.

"Aku gak percaya Anya," Melody menggeleng.

"Nada melarangku, dia memarahiku, jadi aku menyimpan rasa cintaku saja," ungkap Zeff lagi.

Ingatan datang dengan cepat, ketika kak Nada berantem hebat dengan Zeff, dan sejak itu Zeff tidak pernah lagi ikut dalam pertemuan keluarga mereka. Mungkinkah saat itu alasannya karena hal ini?

Melody tak lagi mendebat, terbawa kenangan di masa itu, mengingat lagi tentang Zeff yang ikut menjagai saat dia kecelakaan sampai bolos sekolah. Mungkinkah karena cinta?

Zeff memegang pipi Melody dengan lembut, mengarahkan pandangan Melody padanya.

"Mel, kamu adalah cinta yang aku inginkan, bertemu lagi denganmu aku tiba-tiba menginginkan hidup bersamamu sampai akhir. Aku memang berkali-kali mengatakan cinta pada wanita, tetapi diriku yang mencintai wanita sekuat ini hanya denganmu.” Zeff mengambil tangan Melody dan menggenggam erat seperti ingin menekankan kesungguhannya.

Tapi Melody menggeleng lagi, "kamu mungkin salah mengatakan hal ini, ini untuk Gracia bukan untukku.”

“Tidak Melody, aku yakin dengan perasaanku padamu, bila memang cinta di hatiku adalah Gracia, aku sudah menikahinya sejak lama.”

“Tapi… mana mungkin gak, hubungan kalian begitu lama…”

“Itu… aku hanya berhenti mencari cinta sejatiku, aku fokus pada tanggung jawabku menjalankan bisnis, dan Gracia yang ada di sisiku. Jujur aku memang jatuh cinta padanya waktu awal, tapi aku sukar untuk melanjutkan hubungan, aku gak pernah memikirkan untuk menikah dengannya.”

Melody memandang tak percaya?

“Masa? Kamu jujur tidak pernah memikirkan itu?”

“Aku bersumpah Melody, setiap kali Gracia bertanya aku tidak pernah menjawabnya, kamu boleh menanyakan padanya tentang hal ini.”

Melody mana mungkin menanyakan itu, Zeff hanya mencoba meyakinkan dirinya saja kan?

Tapi cukup logis juga, mana mungkin dengan umur mereka setelah sekian lama pacaran Zeff justru memilih dijodohkan dengannya dan tak memperjuangkan cintanya? Dengan sosok seperti Gracia yang terlihat sempurna, pria mana yang tidak menginginkan wanita seperti itu sebagai istri. Apa benar zeff menolak karena tidak lagi mencintai Gracia?

Memandang Zeff sekarang, Melody tak dapat melawan sorot mata yang penuh kesungguhan yang segera memerangkap dirinya.