Apa Ada Cinta?
“Malam ini jangan ke mana-mana ya… Om Bas sama tante Meisy mau ke sini,” ucap si mama.
Mama Lina meletakkan di meja makan sebuah piring berisi risoles yang terlihat menarik karena warna coklat keemasannya. Mama lalu duduk di di hadapan Melody.
“Oh ya? Tapi aku ada dinner nanti,” Melody mulai menikmati omelet, sarapan wajibnya.
Mama Lina sedikit mengangkat keningnya, risoles di tangan batal disuapkan ke mulut.
“Dengan Max?” Mama bertanya dengan nada tak suka.
“Iya ma, siapa lagi… ini weekend ma, udah seminggu gak ketemu,” Melody menjawab santai walau matanya bisa menangkap ekspresi mamanya.
“Tapi nanti kamu dicariin loh, tante Meisy udah kangen sama kamu,” Mama Lina berkata kemudian setelah terdiam menyimpan kecamuk hatinya sendiri. Dia tidak menyukai kekasih anaknya. Entah kenapa sejak awal hatinya tidak sreg saat mengenal Max, mungkin ini berasal dari intuisi seorang mama.
“Kapan mereka pulang? Nanti aku sempetin ketemu deh,” Melody menghentikan suapannya.
“Dua hari aja di sini Mel, besok udah balik, mereka merasa terhutang gak dateng waktu papa meninggal, baru sekarang mereka bisa…”
Melody terdiam, sedih masih terasa setiap kali menyinggung kepergian sang papa, ini memasuki bulan ketiga mereka ditinggalkan.
Om Bastian adalah teman dekat papa, tinggal di kota berbeda dan hubungan mereka begitu dekat serasa saudara.
“Ya udah… titip salam aja dulu ma."
Mama menatap resah wajah Melody.
“Mel… Max itu… temperamental ya? Baru pacaran udah seperti itu, mama takut jika hubungan kalian semakin serius, wataknya akan seperti apa?” Suara kekuatiran tidak mungkin ditahan lagi.
“Emang sih karakternya suka meledak-ledak, tapi mama gak usah khawatir, dia baik kok,” bantah Melody.
“Mana bisa, udah tahu sifat dia? Mama takut suatu saat dia kasarin kamu, dia main tangan,” tepis sang mama.
“Gak lah mama, jangan over thinking gitu... kan kalau cinta kita harus mau menerima baik buruknya… malah bagus udah kelihatan aslinya, aku juga bukan manusia sempurna kok,” Melody mengakhiri argumen dengan suara rendah.
Mama Lina mengeluh dalam-dalam, segitu cintanya putrinya sampai buta seperti ini, selalu mengabaikan perasaan tidak suka yang dia ungkapkan. Apa yang dilihat putrinya?
Baginya Max tidak punya sopan santun saat datang ke rumah ini, dia bersikap terlalu bebas sampai berani naik ke kamar putrinya. Bahkan pembantu rumah tak segan dia marahi hanya karena bi Nah salah membuatkan minum.
Banyak sikap yang kurang patut bahkan kurang ajar yang membuatnya sebagai mama dongkol. Baru berstatus pacar sudah terlihat banyak hal yang tidak baik bagaimana jika telah menikah?
Si mama tidak pernah memilih-milih latar belakang pacar Melody, membebaskan anaknya berpacaran dengan siapa yang disukainya. Tapi, dengan umur Melody sekarang dia mulai mempertimbangkan apa yang terbaik untuk putri.
Nalurinya dengan keras memperingatkan bahwa itu bukan Max, kali ini dia harus menggunakan otoritasnya sebagai orang tua.
“Max gak baik orangnya, Mel… mama merasakan itu,” sakit hati juga setiap menyuarakan kegelisahannya mengenai pria pilihan anaknya, seperti tidak didengarkan.
“Aku yang merasakan dia baik atau gak, aku nyaman dengannya kok… aku sayang dia, itu cukup ma, mama jangan menolak lagi ya, demi kebahagiaanku,” Melody bersikukuh.
Mama Lina mengatupkan bibirnya, rasa tidak suka dan rasa khawatir masih jelas terpancar di raut wajahnya.
Mama Lina memandang putrinya, hanya tertinggal mereka berdua sekarang setelah anak tertuanya lalu suaminya diambil oleh pemilik kedaulatan atas hidup manusia.
Putrinya menyinggung soal kebahagiaan, tentu dia harus berada paling depan untuk menyokong kebahagiaan putrinya.
Tapi mata batinnya seperti bisa melihat jauh lebih banyak tentang Max dibanding putrinya, sorot mata Max seperti menunjukkan suatu sisi sifatnya yang disembunyikan.
Tapi cinta begitu menutupi mata putrinya, semua tentang Max begitu ditoleransi Melody.
Mama mendesah dengan risau, percuma mengeluhkan tentang kekasih anaknya, selalu saja Melody akan membelanya, jadi dia memutuskan bertindak mengabaikan perasaan anaknya kali ini.
“Malam ini mama minta kamu di sini, keterlaluan jika Max tidak mau ngerti, dan kamu terlalu buta tidak bisa melihat mana sikapnya yang bisa ditoleransi mana yang tidak!” Suara mama penuh wibawa.
“Yaa… mama tahu sendiri Max temperamennya kayak apa,” kesal Melody.
Sejak awal pacaran mama tak punya penilaian yang bagus tentang Max. Pelampiasan kekesalannya dia mengacak-acak omeletnya yang masih setengah dengan wajah ditekuk.
“Ini permintaan mama, harusnya dia bisa menghormati keinginan mama pacarnya kan? Kalian punya banyak waktu lain untuk bertemu. Om Bastian dan tante Meisy belum tentu bisa datang lagi dalam waktu dekat… kapan lagi kamu bisa bertemu mereka,” tegas sang mama.
Mama Lina bersikeras tentang keinginannya, ada tujuan lain malam ini.
Max tidak suka apa yang sudah jadi planning terus harus mendadak berubah. Rasa kesal semakin merajai hati Melody, kenapa mama jadi menjengkelkan? Terus bagaimana membujuk Max yang sudah bisa diduga akan semarah apa.
“Apa Max akan marah?” Mama bertanya tepat apa yang dia pikirkan, mata seorang mama melihat gurat takut muncul sekilas di wajah putrinya.
“Gak usah ditanya lagi, mama,” Melody menjawab dengan suara memelas.
“Apa sikap Max yang seperti itu tidak mengganggumu? Kamu punya alasan kan?” Mama masih menahan tatapannya.
“Mengganggu sih, aaaku…” Melody cemberut tidak meneruskan kalimatnya setelah paham ekspresi dan kalimat mamanya ke arah mana.
“Katanya kamu nyaman dengan sikap-sikapnya? Apa kamu belum sadar juga kamu suka tertekan dengan sikap egois Max?” Mama melempar kalimat telaknya.
“Bukan seperti itu ma, maksudku…” Melody tidak bisa menyanggah sang mama.
Mama Lina menyimpan senyum kemenangan, satu yang dia syukuri, putrinya masih selalu menunjukkan rasa hormat padanya.
"Zeff ikut dateng," sekarang mama lanjut dengan sebuah tujuan yang lebih penting.
Melody tentu ingat anak om Bastian, perasaan jadi sedikit membaik. Setidaknya malam ini ada seseorang yang akan membantu dia menghilangkan galau memikirkan reaksi Max padanya.
Zeff orangnya asyik. Bibir sedikit tersenyum, lama tidak pernah berjumpa, seperti apa Zeff sekarang?
"Mama ada fotonya yang sekarang, bentar mama kirim ke kamu deh," mama sambil senyum.
Mel mengambil ponselnya dan memperhatikan foto yang dikirim mama, seorang pria yang sedang tersenyum begitu lebar hingga matanya menyipit di kedua ujungnya. Fitur wajah yang tidak asing, bahkan terlalu familiar.
“Anya? Serius ini dia?” Melody memelototin foto di ponselnya.
“Iya… ganteng kan sekarang?” Mama tersenyum penuh makna.
“Iya, sih… berubah gitu… tapi maksud mama apa?” Melody menatap mamanya menyelidik makna dibalik senyum mama, mendadak curiga, kenapa mama harus mengirimkan foto si Anya padanya, dan gaya senyum mama sekarang mengandung sesuatu. Dia hafal mimik mama yang seperti itu.
“Ada keinginan menjodohkan kalian… nanti malam kami akan membahasnya lebih dalam… itu tujuan mereka datang,” Mama Lina memilih jujur, itu lebih mudah diterima Melody.
“What??? Ma?? Ihhh gak ahhh. Aku udah punya Max, ma! Jangan aneh dong, kenapa malah jodohin aku dengan si Anya sih?” Cerocos Melody dengan suara campuran marah, gusar, jengkel juga kecewa.
Astaga??? Mamanya dirasuk dengan pikiran apa? Dari mana datangnya ide konyol ini?
“Mama sedang menawarkan pilihan yang lain. Zeff lebih baik dibanding Max, Melody. Mama ingin membuatmu menyadari itu sebelum kamu menyesal,” kali ini mama berkata dengan mimik serius.
Dalam hati mama Lina berharap setelah putrinya bertemu Zeff, akan ada sesuatu yang terjadi, berharap Zeff mampu mengubah perasaan putrinya, membuka mata putrinya bahwa ada pria yang lebih baik. Ini juga cara dia menguji cinta putrinya sekuat apa untuk Max.
Pernah dia menyerah pada pilihan putrinya. Tapi ketika Meisy sahabatnya menelpon dan mengungkit tentang hal itu, segera dia setuju, ini satu-satunya cara putrinya terlepas dari Max.
Walau nyata penolakan Melody sekarang, tapi tidak ada mama yang secara sengaja menjerumuskan anaknya ke hal yang salah. Dia wajib meluruskan pikiran dan keinginan anaknya yang bisa berdampak pada masa depannya.
Jika toch nantinya perjodohan ini tidak berhasil terpaksa dia akan mengikuti saja apa yang digariskan oleh pemilik kehendak dan hidup manusia. Ada janji dalam hati tidak akan menganggu jika Zeff tidak berhasil membuat putrinya berubah, tapi dia tidak mengucapkan janjinya, menyimpan itu untuk nanti.
Seorang mama yang tahu bahwa putrinya sedang marah, kecewa dan sedih, semua nampak di wajahnya, akhirnya tidak tega terlalu memaksa, dia harus sedikit memberi anaknya kebebasan...
"Mama tidak akan memintamu putus dari Max sekarang, tapi mama memintamu cobalah jalan dengan Zeff, dan bandingkan mereka berdua," lembut sekarang suara sang mama.
"Mama sadar gak sedang menyuruh aku selingkuh? Mama nyakitin aku!!”
Suara tinggi Melody mengudara hingga keluar rumah sepertinya, sangking kesalnya Melody nyaris teriak, rasanya mau menangis sekarang. Kontras dengan reaksi anaknya mama Lina tetap tenang.
Tiba-tiba Melody memikirkan sesuatu.
“Ahh belum tentu juga si Anya mau dijodoh-jodohin kan, gak mungkin juga dia gak punya pacar…” Melody seperti berkata pada dirinya sendiri, sangat berharap Zeffanya sepaham dengannya.
“Zeff setuju kok, justru dia antusias dengan perjodohan kalian,” mama menimpali putrinya.
“Hahhh???? Si Anya setuju?” Kali suara besar Melody menggema di ruangan makan itu.
“Iya,” singkat mama Lina.
Ini puncak emosinya, Melody berdiri dari tempat duduknya dan meninggal meja makan, berjalan dengan menghentakkan kakinya, rasa marahnya perlu pelampiasan, semarah-marahnya dia pada mama, Melody tidak mungkin bersikap tidak hormat dengan mengasari mamanya.
“Jangan buat mama malu, ingat kebaikan om Bastian dan tante Meisy padamu dulu, Melody!”
Kalimat terakhir mama terdengar sebelum Melody naik tangga menuju kamarnya di lantai dua. Kalimat perintah yang menandaskan bahwa Melody tidak bisa lagi membantah sang mama.
Pagi-pagi moodnya sudah hancur seperti ini. Perjodohan hanyalah satu dari upaya mama yang konsisten menolak Max, pasti akan ada tindakan lain sesudahnya. Melody tahu persis siapa mamanya.
Zeff dan orang tuanya memang bukan orang asing, dan hubungan Melody dengan Zeffanya lebih dekat dibanding hubungan Melody dengan para sepupunya.
Terakhir bertemu si Zeff sekitar enam tahun yang lalu, sebelum mereka sekeluarga pulang ke kota asal mama oleh karena sakit papa mulai parah.
Mama Lina tidak mungkin berubah jika sudah menjadi tujuannya, di balik kelembutan dan kasih sayangnya yang besar, mama adalah sosok yang teguh hati. Papa saja sering tidak berdaya jika mamanya sudah membuat keputusan, termasuk keputusan pindah ke kota mama ini.
Hanya Zeff harapannya, dia harus membuat Zeff sepakat dengannya, perjodohan memperkossa hak azasi.
.
🐧
Hi...
Perjodohan? Ide basi tapi sangat disukai para orang tua, bayi para artis saja sudah dijodoh-jodohkan. Jadiiii, semoga kalian suka ide basi ini versi Aby 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Bunda Titin
aku baru mampir Aby,. telat ya maaf...... aku baru ngeh ada cerita baru kamu,. aku blm koment ya msh nyimak dl...........tp langsung aku favorit krn selalu suka dngn cerita kamu dan jg tata bahasanya sangat khas udh kangen banget sama ceritamu..........aku msh nunggu Brill n Rilly loh kapan di lanjut Aby,. maaf baru ketemu udh bawel aj ya udh kangen banget soalnya sama kamu...............,🙏👍🥰😍😘🌹❤️🤗
2024-04-13
1
ein
Abyyy... suka ceritanya..
tapi ngak. bisa move on dari sosok lewy.. 😍😍
2024-03-03
0
Sri Astuti
urusan perjodohan selalu bikin deg" an..
2024-02-29
0