Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Anak-anak showroom sudah beraktifitas di tempat masing-masing. Tak terkecuali dengan Ganin. Bahkan ia tak sempat mengirim chat untuk pujaan hatinya.
Detik ,menit dan jam berlalu. Saatnya makan siang pun tiba. Beberapa orang bergantian untuk beristirahat makan siang.
Ganin yang tak sempat membuka ponselnya di kejutkan oleh kedatangan para rekannya dari instansinya.
Kedatangan mereka yang tiba-tiba tentu saja menarik perhatian hampir semua pengunjung sekaligus pekerja di sana.
"Selamat siang!", sapa salah satu dari petugas yang tak lain, Eros.
Ganin memberikan kode pertanyaan kenapa mereka tiba-tiba ada di sana.
"Selamat siang?", salah seorang Pa senior menghampiri Eros dan empat rekannya yang tentu saja mengenal Ganindra. Tapi untuk kali ini, tidak! Mereka berpura-pura tidak tahu.
"Kami dari pihak berwajib mendapatkan laporan jika ada oknum yang terlibat peredaran narkoba dan berada di lingkungan ini.".
Pramuniaga tadi terkejut. Ia menebak-nebak siapa pelakunya. Helga yang biasa lantang, sekarang justru memiliki bersembunyi di belakang bawahannya.
"Siapa ya pak?", tanya Pa tersebut.
"Kamu akan memeriksa barang-barang yang kalian bawa untuk mencari barang bukti."
Ganin menaikkan dagunya beberapa saat berharap Eros memahaminya. Sayangnya, Eros fokus dengan laporan yang di buat seseorang.
Tapi orang tersebut tak memberi identitas. Terdengar konyol memang, akan tetapi wilayah itu memang sudah menjadi target incaran termasuk Ganin yang berperan menjadi karyawan baru. Dan saat mendapatkan laporan seperti itu mereka pun bergerak cepat.
Pa tadi menghubungi Bayu untuk ke depan. Bagaimana pun juga Bayu lah penanggung jawab di tempat mereka bekerja.
Tak butuh waktu lama, Bayu sudah datang ke depan menemui para petugas.
"Selamat siang pak, mohon waktunya sebentar."
"Silahkan pak, ada yang bisa di bantu?", tanya Bayu tanpa beban dan seolah tak pernah berbuat jahat sama sekali.
"Kami mendapatkan laporan dari seseorang yang tidak memberikan informasi data pribadinya, ia mengatakan bahwa ada transaksi narkoba yang di lakukan di tempat ini pak."
Ganin melipat kedua tangannya di perut. Bagaimana pun, rekannya masih satu tingkat di bawahnya. Hanya saja pekerjaan menyamar ini lebih cocok Ganin yang memerankannya.
"Oh... kira-kira siapa yang melapor ya Pak? Tapi ya sudahlah pak, periksa saja semuanya. Tak terkecuali?!", kata Bayu.
Ganin masih melipat tangannya, menelisik Bayu yang sepertinya tidak takut sama sekali.
"Baik pak, mohon ijin untuk menggeledah! Dan mohon kerjasama anda semua!", kata Eros dengan tegas.
Eros dan Tyo menjaga dirinya untuk tidak mentertawakan penampilan Ganin yang benar-benar seperti remaja dua puluhan.
Pemeriksaan di mulai, Bayu menyenggol Helga yang terlihat ketakutan. Tapi melihat gelagat Bayu yang sangat santai Helga mulai tenang.
Itu artinya dirinya juga aman. Mungkin untuk saat ini!
Eros dan Tyo kebagian untuk memeriksa gudang di mana Hima berada. Sedang tiga rekan lainnya memeriksa anak-anak depan. Bahkan ruangan Bayu pun tak terelakan dari pemeriksaan.
Dan ruangan Bayu free dari benda yang di cari. Mungkin dia benar-benar menyimpannya dengan rapi dan aman dari jangkauan siapapun.
Sejak penangkapan dua temannya, Bayu jauh lebih hati-hati. Ia tak mau sembarangan membawa barang haram tersebut sekalipun hanya beberapa gram saja yang bisa saja ia kantongi.
Tiga petugas itu selain memeriksa anak-anak depan, mereka pun memeriksa ruang gudang berisi loker anak-anak.
Semua terlihat baik-baik saja hingga saat tas Ganin di buka, ada segepok paket dengan plastik berwarna hitam.
"Ransel ini, milik siapa?", tanya rekan Ganin. Ganin yang berada di luar ruangan gudang itu pun tersentak.
"Dia pak?!", sahut salah satu Pa yang di tunjukkan pada Ganin.
Kini semua mata tertuju pada Ganin. Sedang Ganin sendiri langsung menegakkan tubuhnya.
Petugas itu menoleh dan memicingkan matanya.
"Benar?", tanya petugas itu pada Ganin dengan tatapan mata yang tajam.
"Iya benar, tapi itu bukan milik saya Pak!", kata Ganin mendekati petugas tersebut.
Lalu petugas itu membuka isi paket tersebut yang ternyata berisi sepaket barang haram. Ganin menggeleng pelan.
Sialan! Siapa yang sudah berani-beraninya memasukkan barang itu di loker ku! Jangan-jangan ini ulah Bayu lagi!
Petugas itu menatap Ganin lagi. Ganin pun mendekat.
"Itu bukan punya saya pak!", kata Ganin geram. Rekan-rekannya terdengar kasak kusuk.
"Kalau bukan milik anda, lantas kenapa barang ini ada di sini? Ini ransel anda bukan?", tanya petugas itu.
Dia berdiri di depan Ganin dan sedikit berbisik.
"Lo lamban gara-gara fokus pedekate sama Hima, jadi kalau cepat sama mereka Ganin! Gue ngga tahu gimana caranya biar Lo ngga jadi tersangkanya sedang barang bukti ada di Lo!", bisik rekannya tersebut.
Ganin berdecak kesal.
"Bapak petugas yang terhormat, anda memeriksanya dan membuka paket dengan sarung tangan kan? Saya pastikan itu bukan milik saya. Silahkan periksa jika memang ada sidik jari saya di sana! Itu artinya saya terlibat. Tapi jika tidak...", Ganin menatap rekan-rekannya Pa yang lain beberapa saat.
"Tapi jika tidak terbukti, berarti sudah ada yang memfitnah saya!", kata Ganin.
Jika beberapa hari ini mereka hanya tahu kau Ganin si anak baru yang seperti umumnya anak yang baru masuk dunia kerja, tapi saat ini aura Ganin berbeda.
"Wow... pandai sekali kamu mengelaknya. Sudah paket ke berapa yang kamu jual? Atau .. bahkan kamu pemakainya?", tiba-tiba Bayu menyela di antara mereka.
Petugas itu menatap Bayu dengan penuh kecurigaan. Sedang Ganin justru terkekeh pelan.
"Apa tidak sebaliknya ya pak Bayu dan mba Helga??", kini Ganin yang berjalan mendekati Bayu.
Bayu menegang seketika. Tapi setelah itu ia pun berusaha menguasai dirinya.
"Apa maksud mu? Sudah tertangkap basah malah mencari alibi dan mengalihkan...!"
"Sssstttt...jangan bilang...bapak yang sudah memfitnah saya ya?", tanya Ganin.
"Jaga ucapan mu anak kemarin sore! Kamu tidak...!", ucapan Bayu terjeda saat Ganin mengeluarkan sebuah tanda pengenal di depan Bayu.
Bayu membaca kartu itu beberapa detik. Matanya bergerak cepat.
"Pak Alex! Siapkan petugas di setiap pintu keluar! Pastikan semua yang ada di dalam gedung ini tidak ada yang keluar!", perintah Ganin.
"Siappp! Laksanakan!", sahut rekannya tadi. Suasana mencekam.
Jika tadi mereka menganggap Ganin pelaku yang diduga mengedarkan barang haram tersebut, kini semua di buat terkejut oleh Ganin yang memerintah petugas yang tadi memeriksanya.
"Kenapa pak Bayu? Saya hanya anak kemarin sore??", tanya Ganin yang mengitari Bayu. Dia menyesal sudah terlambat membaca chat dari Eros tadi.
Dan karena itu, ia jadi harus membuka kedoknya di saat yang jauh lebih cepat di banding rencana awalnya!
🌾🌾🌾🌾
Terimakasih 🙏🙏🙏
Ke sini dulu lah, di sebelah di omelin melulu sama emak2 😆😆😆😆
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖