Sekuel Novel Cincin yang Tertinggal
Kisah seorang laki-laki yang mengejar cinta wanita berhijab namun tak pernah berbalas. Hanya karena sesuatu yang terjadi akhirnya laki-laki itu mau menikahi wanita tersebut walaupun terpaksa.
Menikah dengan orang yang sangat dicintai adalah
impiannya namun menjadi pengantin pengganti bukanlah keinginannya.
Akankah rumah tangganya langgeng?
Yuk ikuti kisah mereka yang seru, menarik dan inspiratif hanya di Bukan Aku yang Kau Cinta.
Like, komeng and subcribe Terima kasih💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 Sopir Pembawa Cinta
Dokter Andre mengikuti arah mata Meira yang ditujukan pada Blu. Ia tertawa renyah. Blu menatap tajam sahabatnya agar bisa diam.
"Jadi kamu masih marah sama aku, Mei?" Blu mendekat menatap Meira dengan intens. Meira melengos.
"Aku ga marah cuma gondok aja. Sudah bela-belain datang ke sini buat kerja malah langsung main pecat aja gegara ku sakit. Seolah pengorbananku ga ada artinya. Malam sampe subuh aja kamu bersikap manis kenapa pagi-pagi malah ngusir. Ga habis pikir aku!"
"Tunggu...tunggu semalam sampe subuh Blu bersikap manis, lalu kulihat rambut kalian basah. Jangan bilang kalau kalian sudah melakukan...." Dokter Andre menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan kanannya.
Keduanya saling tatap. Ya ampun kenapa rambutnya bisa sama-sama basah, akhirnya ada yang suudzon juga kan?
"Ya engga lah." Sargah mereka bersamaan.
"Dre kamu jangan berpikiran macam-macam aku dan dia ga ada apa-apa. Dengar, Meira datang malam hari saat itu di luar sedang turun hujan...."
"Nah kan mana mungkin kalian bisa tahan apalagi di luar hujan?" Andre masih sanksi.
"Dengerin dulu aku belum selesai ngomong!"
"Engga usah dilanjut juga aku tahu kelanjutannya. Kalian itu sama-sama dewasa tinggal satu rumah hanya berdua. Pasti kalian sudah melakukan sesuatu yang tidak pantas, iya kan? Apalagi Meira tidur di kamarmu, siapa yang engga bakalan suudzon kalau melihat kelakuan kalian? Blu...aku engga nyangka kamu bisa menodai wanita yang ingin aku perjuangkan." Andre geleng-geleng kepala tidak pernah menduga akan seperti itu kejadiannya.
Meira mengerutkan dahinya, matanya memicing. Jelas tak mengerti dengan pernyataan dr. Andre barusan. Bisa-bisanya dia menuduh tanpa bukti. Tunggu dulu, tadi dia mengatakan wanita yang ingin aku perjuangkan, maksudnya apa? Ditujukan pada siapa? Dasar dokter aneh.
Blu mendengus kesal sahabatnya tidak mau mengerti dan tidak mau mendengar penjelasan darinya.
"Dokter Andre yang baik ku rasa dokter salah paham kami tidak ada apa-apa dan tidak pernah melakukan apa-apa karena kami punya batasan dalam pergaulan. Begini-begini juga aku tidak akan pernah mau disentuh oleh lelaki manapun kecuali suamiku kelak. dokter jangan menuduh kami sembarangan. Aku pake baju Blu pun karena terpaksa. Aku ga bawa baju ganti, dokter paham?"
"Benar kata Meira Dre. Aku pun prinsipnya sama tidak akan menyentuh wanita jika bukan istriku. Kekasihku saja aku jaga kehormatannya sampai sekarang. Tolong buang jauh-jauh pikiran negatifmu itu."
Dokter Andre bergeming. Ia keluar kamar menuju meja makan lantas membuka sebungkus kupat tahu yang ia beli dari persimpangan pasar Cipete.
"Ya sudah aku percaya kalian, yang jelas apa pun yang kalian lakukan akan diminta pertanggungjawabannya kelak, jadi jangan gegabah dalam bersikap!"
Ujar Andre mengingatkan keduanya.
"Iyaaa Pak Ustadz!" Balas keduanya kompak.
Andre menatap keduanya secara bergantian, lalu mendekati Blu yang masih berdiri yang tidak jauh dari meja makan. Sementara Meira menuju dapur.
"Sepertinya aku mengurungkan niatku untuk PDKT dengannya. Kulihat kalian lebih cocok untuk membangun rumah tangga dari tadi selalu kompak." Bisik Andre pada Blu.
"Kayaknya engga deh, aku termasuk cowok setia pada kekasihku. Jadi engga ada tuh kekasih kedua, ketiga dan seterusnya." Balas Blu dengan berbisik juga.
"Kekasih boleh banyak tetapi istri tetap satu." Kali ini suara Andre agak keras, sambil menarik bangku kemudian duduk.
"Hadeeeuh dasar jomblo menyesatkan!" Blu meninju lengan Andre dengan pelan. Mereka tertawa bersama.
"Dia yang lebih pantas jadi istrimu bukan dijadikan sebagai kekasih. Hanya orang yang membantu dengan tulus yang bisa menemanimu sampai akhir hayat. Dia akan selalu ada di sat kita merasa butuh." Ujarnya serius. Blu hanya terdiam mencerna ucapan
yang baru saja ia dengar dari mulut sahabatnya itu.
...****************...
"Dun tolong berikan makanan ini pada sopirnya Meira!" Emak Kasdun begitu antusias menyiapkan makanan yang hendak dibawa ke rumah singgah.
"Sopir Meira? Perasaan Meira ga punya sopir deh." Dahinya mengerut, heran.
"Iiish itu loh yang kemarin anterin emak sampai rumah. Dan ini buat calon mantu emak. Mereka pasti datang ke rumah singgah bukan?" Ujar Emak mengingatkan karena anaknya lupa padahal kemarin baru saja bertemu.
"Tunggu-tunggu tadi emak bilang calon mantu? Siapa mak?" Kasdun merasa tidak enak perasaan. Ia menduga Emaknya salah paham.
"Ya elah Dun, masa sama calon mantu emak ga tau sih ck ck ck kamu itu ya dasar engga peka!"
"Masalahnya Emak engga kasih tahu Kasdun kalau Emak punya kandidat calon mantu. Siapa Mak?"
"Ya bosnya sopir itu. Sudah baik cantik lagi, terus dia tuh kalau ngobrol sama Emak pasti nyambung benar-benar calon mantu idealnya Emak."
"What!" Kasdun jelas kaget menatap Emaknya sambil geleng-geleng kepala lalu tertawa getir.
Kasdun tidak percaya Emaknya lebih memilih Meira untuk kandidat calon mantu. Padahal kemarin hampir seharian ia bersama Keira untuk melepas rindu. Mengapa justru Emaknya tidak peka dengan hubungan mereka?
"Kenapa kaget gitu? Cantikkan pilihan Emak? Dari pada sopir itu. Masa selama nganterin Emak dia cuma senyum doang menanggapi omongan Emak. Emak kan jadi keki sendiri."
Kasdun mendekat, memeluk Emaknya dari belakang. Dagunya mampir di bahu Emaknya.
"Emak sayang kalau pada kenyataannya Kasdun lebih suka sama sopir itu gimana?" Ujarnya lembut.
Kali ini Emak Kasdun yang kaget. tidak menyangka anak semata wayangnya jatuh cinta pada seorang sopir. Jujur sopir pembawa cinta buat Kasdun itu lebih cantik dan manis. Baru kali ini Kasdun mau mencurahkan hati tentang wanita yang ia cintai pada sang Ibu.
Berbeda saat ia masih mencintai Tiara, tidak ada cerita sedikit pun ia bagi pada ibunya. Kekhawatiran Ibunya pada hubungannya dengan Tiara sangat dipertimbangkan maka ia memilih diam begitu pun saat Tiara sudah sah menjadi istrinya sampai pada akhirnya bercerai. Belum saatnya ibunya tahu kebenaran kehidupan yang pernah ia alami selama ini. Dia tidak ingin Ibunya sedih rumah tangganya dengan Tiara berakhir dengan cepat, cukup kesedihan itu ia yang tanggung sendiri.
Ibunya melepas tangan Kasdun yang melilit dipinggangnya. Ia kemudian membalikkan badannya sehingga ia bisa berhadapan dengan anak kesayangannya itu.
"Ternyata omongan Meira dan Rina itu benar, kalian memang punya hubungan spesial. Kalau benar kamu mencintai Kei maka Emak minta ke kamu untuk melamarnya minggu depan."
"Apa Mak, mengapa secepat itu?"
"Mengapa tidak? Lebih cepat lebih baik. Kata Cici Paramida, penyanyi dangdut favorit Emak pernah ngomong di lagunya Jangan tunggu lama-lama nanti lama-lama aku diambil orang. Kamu mau wanita itu diambil orang?"