Akeno seorang lelaki pengusaha berwajah oriental itu terpaksa menikahi wanita muda berusia tujuhbelas tahun demi mengikuti keinginan neneknya kesehatan neneknya yang memburuk memaksanya menuruti kemauan neneknya.
Gadis muda yang memiliki sifat dewasa itu diam diam mencuri hati Akeno. Ini sangat bertentangan dengan keinginannya. Akankah Akeno mampu menepis rasa yang terlanjur singgah dihatinya? Sedang pesona Gresia Ananta begitu nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Udara masih sangat dingin diluar sana, tetesan embun terlihat jatuh memnggenangi daun daun dan kelopak bunga yang baru saja mekar.
Perlahan Gresia membuka matanya, iris kelabunya mengerjab berulang kali memindai mahakarya menakjubkan didepan matanya. Akeno terlihat begitu sempurna saat tidur, wajahnya terlihat begitu tenang dan damai.
Bibir Gresia mengukir senyum, menikmati debar indah dalam hatinya terdalam. Lelaki sempurna ini adalah suaminya, tidak penting rasa apa yang dia punya tapi karenanya hidupnya menjadi berwarna.
Semenjak ibunya meninggal dia kehilangan kebahagiaan, padahal usianya masih sangat kecil saat itu.
Gresia menggeser sedikit tubuhnya, dia meringis sakit pada inti tubuhnya. Percintaan mereka semalam menyisakan rasa sakit dan perih. Milik Akeno yang berukuran luar biasa telah merobek inti tubuhnya tanpa ampun. Gosip itu benar bahwa malam pertama sangatlah sakit, dia bahkan hampir menolak Akeno saat dia meminta melakukannya lagi. Tapi bujukan Akeno membuatnya luluh dan melakukannya sekali lagi.
"Sudah bangun?" tanya Akeno tiba-tiba membuka matanya. Jemarinya membelai lembut wajah istrinya. Gresia mengangguk pelan.
"Apa masih sakit?" Tanyanya lagi.
"Hemmm."
"Kita harus sering melakukannya agar tidak sakit," bisik Akeno. Gresia mencibir mereka melakukan dua kali saja area sensitifnya terasa bengkak. Bagaimana bila sering, mungkin dia tak mampu berjalan.
"Aku tidak berbohong." ujar Akeno meyakinkan.
Tidak untuk sekarang, dia tak mau melakukannya lagi ini benar-benar sakit. Tapi sepertinya Akeno sangat ingin melakukannya.
"Ayolah sayang," rayunya sembari mengarahkan jemari Gresia ke bawah pusarnya. Gresia terbelalak kaget, jemarinya menyentuh junior Akeno yang sudah mengeras. Tapi inti tubunya benar-benar sakit dan bengkak dia mungkin tidak bisa berjalan sempurna.
Tapi Akeno kelihatannya sudah sangat bergairah, kemarin-kemarin dia masih mampu menahannya. Tapi setelah mereguk kenikmatan bersama Gresia mana mungkin dia bisa menahannya lagi.
Sentuhan Akeno membuat Gresia bungkam, bawah tubuhnya memang sakit. Tapi cumbuan Akeno masih membuatnya merasakan kenikmatan. Dan pagi ini sudah ketiga kalinya mereka melakukan adegan panas.Tubuh Gresia lemas seperti tak bertulang.
"Tidurlah lagi, hari ini tidak usah pergi sekolah. Adrian akan mengurusnya dengan wali kelasmu." bisik Akeno sembari menge cup pipi Gresia yang sudah terpejam erat. Gresia hanya mengangguk samar dia sudah sangat ngantuk dan lelah saat ini dia bahkan tak memiliki tenaga untuk membuka matanya.
Setelah bersiap Akeno keluar dari kamarnya mencari bik Sumi.
"Bik, Gresia masih tidur dikamarku. Nanti bangunkan dia untuk sarapan. Oh ya nanti Dokter Nirmala akan datang kemari. Antarkan dia bertemu dengan Gresia." titah Akeno sebelum pergi kekantor.
"Nyonya sakit tuan?"
"Tidak." sahut Akeno kemudian berlalu pergi tanpa sarapan.
Gresia menggeliat pelan saat terdengar ketukan di pintu dan suara bik Sumi yang memangil-manggil namanya.
"Nyonya Gresia, bangunlah Dokter Nirmala sudah datang."
Gresia mengernyitkan alisnya, Dokter? Siapa yang sakit...
Gresia bergegas bangkit dengan rasa nyeri dibagian bawah tubuhnya, benda itu benar-benar bengkak membuatnya sulit berjalan.
"Ada apa bik?" Gresia menyembulkan separuh tubuhnya di pintu kamar yang terbuka separuh saja. Dia tak ingin bik Sumi melihat betapa hancurnya kamar mereka dengan barang-barangnya dan milik Akeno yang masih tergeletak di lantai.
"Dokter Nirmala ingin menemuimu nyonya."
"Suruh dia tunggu dibawah bik, aku akan mandi dulu."
"Baiklah nyonya mandilah dulu."
Gresia menutup pintu kamar Akeno kemudian bergegas memunguti pakaian mereka yang tergeletak di lantai. Setelahnya dia baru pergi mandi. Dia baru saja ingin menemui Dokter Nirmala tapi Dokter Nirmala sudah menunggunya di depan pintu.
"Boleh saya masuk?" tanya Dokter Nirmala dengan wajah ramah.
Gresia terlihat bingung tapi kemudian Dokter Nirmala meyakinkannya.
"Jangan khawatir Akeno sudah memberi izin."
"Begitu, masuklah."
Gresia duduk di sofa sedang Dokter Nirmala duduk didepannya. Dokter Nirmala terlihat masih sangat muda, usianya mungkin baru dua puluh limaan. Wajahnya cantik, postur tubuhnya tinggi dan ramping.
"Apa masih sakit?" tanya Nurmala dengan senyum tipis dibibirnya.
"Dokter salah paham, aku tidak sedang sakit." ujar Gresia memberi penjelasan. Mungkin dia salah info makanya mengira Gresia sakit.
Nirmala tertawa pelan. "Aku tau, yang ku maksud adalah vagi na nyonya." sahutnya tanpa sungkat menyebut kan kata Vagi na.
Wajah Gresia seketika bersemu merah. Apa Akeno yang memberitahunya, tentu saja dia siapa lagi? Bisa di bayangkan betapa malunya dia saat ini.
Akeno rasanya aku ingin membunuhmu?!
"Bisa aku memeriksanya?" Tanya Nirmala setelah tak mendapat jawaban dari Gresia.
"Tidak perlu!"
"Tapi aku harus tau kondisinya agar bisa memberimu obat."
"Aku bilang tidak perlu!" bentak Gresia dengan wajah memerah, dia sungguh malu oleh ulah Akeno.
Melihat amarah Gresia Nirmala terpingkal lucu. "Baiklah, tapi aku salut dengan Akeno. Hanya dia yang memanggil Dokter setelah malam pertama." gumamnya sembari menahan tawa.
Gresia mengumpat geram dalam hati, yang di ucapkan Nirmala benar. Mana ada orang mengundang Dokter kerumah mereka setelah malam pertama.
"Oleskan ini pada luka lecetmu," titah Nirmala sembari menyerahkan salep berbentuk odol berukuran kecil pada Gresia.
"Trimakasih," sahut Gresia sembari menerima salep dari tangan Nirmala.
Nirmala mendesah berat sambil menatap Gresia. "Karena kau tidak bersedia diperiksa jadi hanya itu yang bisa aku beri padamu. Baiklah kau pasti lelah, lanjutkan istrahatmu aku mau pulang." ujarnya seraya beranjak bangkit. Iris hitamnya menatap penuh arti membuat pipi Gresia kemabali terlihat semburat merah.
"Baiklah hati-hati dijalan." ujar Gresia melepas Dokter Nirmala pergi.
Setelah Nirmala pulang bik Sumi menemuinya di dalam kamar sembari membawa baki berisi sarapan paginya.
"Aku bisa sarapan di bawah bik. Kenapa repot-repot bibik membawanya kemari?!" seru Gresia kaget melihat bik Sumi mengantar sarapannya kedalam kamar.
"Tuan Akeno bilang nyonya sulit berjalan jadi meminta saya membawakan sarapan kedalam kamar." sahut bik Sumi sembari meletakkan baki di meja sofa.
Ya ampun Akeno!
Aroma gurih dari bubur ayam yang dibawa bik Sumi membuat cacing di perutnya bergemuruh. Setelah pergumulannya dengan Akeno dia butuh nutrisi guna memulihkan tenaganya yang hilang.
Gresia baru saja menyudahi .akannya saat ponselnya berdering nyaring.
"Halo," sapa Gresia datar.
"Sudah sarapan?"
"Sudah."
"Doktet Nirmala sudah memeriksamu?"
"Oo jadi itu ide mu!"
"Tentu. Apa itu salah?"
"Tentu saja, kau mempermalukanku di depan Dokter Nirmala!"
"Aku ingin mengobatimu Gresia, bukan mempernalukanmu..."
"Dengan mengatakan **** * ku sakit karena malam pertama?! Apa kau gila!"
"Mungkin..." sahut Akeno dengan suara pelan. Dia tak memiliki pengalaman tentang wanita, dia hanya ingin mengobati Gresia tanpa berpikir itu membuatnya malu.
"Masih marah?" tanya Akeno dengan intonasi rendah. Gresia diam saja tak menyahut.
"Kalau masih aku akan pulang sekarang. Menurutmu bercinta di jam segini bukankah menyenangkan?"
Mata Gresia membulat gusar. "Akeno! Aku skan membunuhmu!"
Akeno terkekekeh "Tunggu Aku pulang sayang."
"Jangan harap!"
Tawa Akeno kembali terdengar sebelum Gresia memutus panggilan. Gresia mendesah putus asa. Berdebat dengan Akeno tak kan ada habisnya. Akeno memiliki banyak kata untuk mendebatnya.
****
Ruang kerja bernuansa putih dengan pernak pernik berbentuk unik dan klasik menghiasi ruang kerja Lia.
Dia sedang mengamati desain terbarunya yang akan di luncurkan beberapa waktu kedepan.
Tiba-tiba ponselnya berdering memecah kosentrasinya.
"Halo tuan."
Sunyi sesaat lalu terdengar suara lelaki paruh baya. "Apa kau tidak berniat melaporkan. Kalau tidak aku telpon mu." suaranya terdengar berat dan dalam.
"Maaf, aku kura tuan belum pulang dari rumah sakit."
Terdengar helaan napas panjang. "Aku baru pulang kemarin. Jadi bagaimana dengan Akeno."
"Sepertinya kita terlambat tuan."
"Apa maksudmu?"
"Kemarin saat bertemu Akeno, aku melihat dia memakai cincin kawin di jarinya." Jelas Lia.
"Omong kosong. Kau pasti salah lihat!"
"Aku tidak pernah melihat Akeno memakai cincin beberapa tahun ini. Dan cincin itu memang benar cincin kawin." tegas Lia pada lelaki disebrang telpon.
Lelaki itu terdengar menarik napas dalam. "Bagaimana dengan kalungnya?"
"Sudah ditangan Akeno. Kita akan tau siapa wanita itu bila Akeno benar-benar memberikan kalung itu pada wanita misterius itu."
"Jangan kecewakan aku lagi! Kau akan dapat bagianmu bila rencana ini berhasil."
"Aku akan berusaha tuan."
"Bagus." ucapnya lalu panggilan terputus.
To be continuous