tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Inget ya gengs 100 komen lebih
5tahun kemudian
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi Jam, hari demi hari, Minggu demi Minggu, bulan demi bulan tahun demi tahun, tidak terasa Ini sudah 5 tahun berlalu semenjak Gueen kembali pada keluarganya, dan selama 5 tahun ini hidup Gueen benar-benar berubah.
Setiap detik yang di lalui Gueen, di kucuri dengan kebahagiaan yang luar biasa. Tentu saja karena keluarganya mengucuri Gueen dengan cinta.
Selama 5 tahun ini, Gueen tidak pernah tahu lagi Bagaimana kabar Kalindra. Bahkan dia juga tidak tahu lagi kabar keluarga Nino. Sebab mereka sudah tidak berkomunikasi lagi.
Beberapa kali Gueen mencoba menghubungi Salsa Nino atau Alona, untuk sekedar berterima kasih tapi nomor mereka tidak bisa dihubungi hingga Gueen tidak tahu lagi kabar keluarga mereka.
Waktu menunjukan pukul satu siang, Gueen keluar dari rumah, kemudian dia menutup mulut tak percaya saat mobil impiannya datang. Dia langsung berlari untuk menghampiri mobil miliknya yang dibawa oleh Joseph.
“Wah!” Gueen menatap kagum pada mobilnya ,dia menyentuh semua permukaan yang tampak mengkilap, hingga tak lama Joseph pun turun dari mobil.
“Bagaimana, Apa kau suka?” tanya Joseph, Gueen langsung berlari kemudian memeluk Joseph karena ini adalah hadiah ulang tahunnya dari Joseph.
“Hmm, suka sekali.” Dengan cepat, Gueen menarik tangan kakaknya, membuat Joseph terkekeh. Lalu setelah itu, Joseph langsung merangkul pundak Gueen dan berencana untuk masuk ke dalam.
“ Kakak duluan saja, aku ingin aku ingin melihat mobilku,” ucap Gueen.
“Ini masih panas, nanti saja," Jawab Joseph, hingga dia pun menarik paksa tubuh adiknya.
“Aku akan memakai ini untuk berjalan-jalan bersama Jena besok,” ucap Gueen, hingga Joseph langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar nama Jena.
“Jangan terlalu dekat dengannya,” ucap Joseph.
Seperti ada yang disembunyikan oleh lelaki itu.
“Kakak ini kenapa, aku perhatikan beberapa waktu ke belakang Kakak terlihat sangat tidak menyukai Jena?” tanya Gueen.
“Tidak tidak apa-apa," jawab Joseph. “Lebih baik kau menghabiskan waktu bersama kaira. Dia sebentar lagi akan menjadi kakak iparmu juga,” jawab Joseph karena sebentar lagi Joseph akan menikah dengan sepupu sahabatnya yang juga sepupu Gueen, karena kaira adalah anak dari adik ayah Gueen.
***
Waktu menunjukkan pukul 07.00 malam, Gueen mematut diri di cermin memastikan tampilannya sudah rapih, Karena dia berencana untuk mengajak Jena keluar, menikmati secangkir kopi di cafe. Selama 5 tahun ini Gueen tetap sama, dia tetap berteman dengan Jenna dan dengan Jena.
baru saja Gueen akan keluar, tiba-tiba ponselnya berdering, dan seketika tubuh Gueen terasa lemas ketika membaca pesan Jena yang mengatakan bahwa Jena tidak bisa pergi Karena ada urusan mendadak.
Sementara Di sisi lain.
Jena menunggu Joseph dengan harap-harap cemas, dia takut dengan tanggapan pria itu karena dia akan jujur tentang suatu hal. Awalnya, Joseph memang tidak mau bertemu dengannya
tapi tadi dia memaksa karena dia harus menyampaikan hal yang penting dan dia tidak tahu bagaimana tanggapan lelaki itu, yang pasti Joseph pasti akan memarahinya habis-habisan.
Dan tak lama kursi bergeser menyadarkan Jena dari lamunannya, ternyata Joseph yang duduk. “Ada apa, Kenapa ingin bertemu dengan kakak?” tanya Joseph yang tampak dingin, dia menatap Jena dengan tatapan tak suka.
“Kak!” Panggil Jena dengan bibir gemetar. Rasanya, dia ingin sekali menangis. “ Aku ingin jujur, bahwa aku tidak jadi mengaborsi anak kita.”
“Apa!” Joseph terpekik saat mendengar ucapan Jena. Ya, saat ini Jenna sedang mengandung anak Joseph, mereka terlibat kecelakaan ketika mereka mabuk saat ulang tahun Gilbert, Kaka tiri Jena yang juga sahabat Joseph, beberapa dan ketika mengetahui Jena hamil, Josep menyuruh Jena untuk menggugurkan anak itu. Dan karena ketakutan Jena mengiyakan ucapan Joseph. Padahal dia tidak menggugurkan anaknya dan berencana akan membesarkan anaknya sendirian tanpa memberitahukan Joseph.
Tapi, rupanya takdir berkata lain. Tadi siang, dia harus menerima kenyataan bahwa dari hasil pemeriksaan dokter, menyatakan anak yang dikandung jena mengalami kelainan dan dari pemeriksaan keseluruhan anak Jena divonis mengalami down syndrome.
Hancur, tentu Jena hancur. Tapi walaupun begitu dia sama sekali tidak berniat untuk menggugurkan anaknya.
Dan sekarang, Joseph menatap Jenna dengan tatapan tidak percaya. Padahal saat itu dia sudah meminta Jena untuk menggugurkan kandungannya, tapi lihatlah wanita ini malah datang dan mengatakan hal seperti ini. “Apa kau gila, apa kau ingin menghancurkanku?” tanpa perasaan Josep mengatakan hal seperti itu. padahal di sinilah Jena yang hancur.
“Bukan begitu maksudku, Kak.”
“Lalu apa? kau tahu bukan kakak akan menikah dengan sepupumu,” ucap Joseph lagi. Hingga Jena menggigit bibirnya.
“Boleh aku bicara, dulu?" tanya Jena karena dia takut Josep menyela ucapannya.
“Kak, Maafkan aku. Tadinya aku tidak ingin memberitahukan kakak, tapi dokter mengatakan anak kita bisa saja lahir dengan keadaan down syndrome.”
Joseph menggeram ketika mendengar itu, “Sudah kubilang gugurkan saja,” ucap Joseph. Dia berbicara dengan pelan namun penuh dengan geraman, membuat jena menggigit bibirnya.
“Kakak jangan khawatir, aku akan membesarkan anak ini sendiri. Aku tidak mengganggu Kakak. tapi aku hanya minta satu hal. Bisakah kamu membiayai aku dan anak ini Karena setelah aku melahirkan, mungkin aku tidak bisa bekerja apalagi karena keadaan anak kita dan jug ....”
“Anakmu, bukan anakku!” hardik Joseph.
“I-ia, baiklah maksudnya anakku, dokter mengatakan bisa saja dia terkena penyakit bawaan, jadi bisakah Kaka membiayai kami.”
Joseph menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
“Baiklah, aku akan membiayai semuanya dari mulai sekarang sampai nanti, tapi jangan ada yang tahu soal ini.” Joseph pun bangkit dari duduknya, hingga Jena pun mengangguk. Joseph langusng merogoh dompet, kemudian dia memberikan kartu kredit pada Jena.
“Pakai ini, setelah ini jangan hubungi aku lagi dan ingat jangan pernah beritahu Gueen soal ini.” Setelah mengatakan itu, Joseph pun langsung pergi meninggalkan Jenna dan tepat ketika Joseph pergi, bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata wanita itu lalu ia mengurus perutnya.
“Tidak apa-apa, kita bisa berdua.” Jena tidak sampai hati menggugurkan anak yang dia kandung. Selama ini Jena memang hidup dengan keluarga ayahnya, tapi kakak lelakinya dan juga ibu tirinya tidak menyukainya, hingga Jena selalu merasa sendiri, dan ketika dia mempunyai anak dia merasa bahagia karena merasa akan ada teman.
Satu minggu kemudian
Gueen sedang berada di cafe terus melihat ke arah ponselnya, berharap ada balasan dari Jena. Tapi, ponsel Jena tetap tidak bisa dihubungi. Sudah seminggu ini Jena sulit sekali di hubungi. Hingga dia merasa kesepian.
Saat Gueen akan bangkit, Gueen menghentikan gerakannya ketika dia melihat Alona masuk ke dalam. Hingga dengan refleks, Gueen langusng memanggil Alon.
“Kak Alona!” panggil Gueen, hingga Alona yang baru saja akan memesan langsung menoleh.
Tiba-tiba tubuh Alona menegang. Padahal selama dia di Belanda, dia berusaha menghindari Gueen, tapi ternyata Tuhan mempertemukan mereka di si dan sekarang dia tidak bisa menghindar hingga pada akhirnya Alona tersenyum pada Gueen.
Dan sekarang Alona dan Gueen sudah duduk di meja yang sama. Jari-jari Alona saling meremas dia takut Gueen bertanya macam-macam apalagi tentang Kalindra.
“Kak, kenapa aku tidak bisa menghubungi kalian?” apa paman dan bibi baik-baik saja?” tanya Gueen tapi dia tidak bertanya tentang Kalindra.
“Hmm, kami baik-baik saja,” Jawab Alona dengan cepat dia berharap gue tidak menanyakan kabar Kalindra.
“Aku sangat ingin menelpon kalian tapi nomor kalian tidak bisa dihubungi," jawab Gueen lagi.
“Oh, iya kami mengganti nomor ponsel kami,” ucapkan Alona berbohong. Padahal mereka sengaja memblokir nomor Gueen, karena ada satu rahasia yang disimpan oleh keluarga Salsa dan mereka tidak ingin Gueen tau, sebab mereka tidak ingin menggangu kehidupan Gueen yang sekarang sudah bahagia.
“Kak, apa ada yang Kaka tutupi dariku?” tanya Gueen yang meras Alona menyembunyikan sesuatu.
Alona menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, kemudian tersenyum. “Tadinya kakak tidak ingin mengatakan ini, tapi Kaka ingin memberitahukan sesuatu, bahwa Kalindra sudah meninggal," ucap Alona, dia rasa lebih mengatakan ini pada Gueen, sebab Alona tidak ingin mengatakan kondisi Kalindra saat ini yang tenyata ....
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭