Usia pernikahan yang memasuki tahun ke tiga, harus diuji dengan keinginan suami Hana yang ingin menikah lagi, dengan alasan menginginkan kehadiran seorang anak.
Bagaimana Hana bisa hamil, jika setiap hari dia selalu kelelahan karena harus mengurus rumah dan merawat ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Bahkan tubuh Hanna sendiri sudah tak terurus.
"Ijinkan aku menikah lagi, Hanna. Aku menginginkan kehadiran seorang anak. Aku akan tinggal di apartemen dengan istri baruku, dan kau bisa tetap tinggal disini merawat ibu. " Indra.
"Tidak perlu, mas. Aku siap, tinggal satu atap dengan maduku. Tak perlu buang-buang uang untuk membeli apartemen. " Hana.
Akankah Hana bisa tinggal satu atap dengan madunya?
Atau Hana memiliki rencana lain, untuk kebahagiaan dirinya sendiri?
Lanjut yuk. Kasih dukungannya ya, jika kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Spesial
Satu minggu berlalu selama itu pula Ema melayani Indra sesuai tugasnya sebagai seorang istri. Mulai dari menyiapkan makan, hingga memandikannya. Semua Ema lakukan dengan penuh keikhlasan, tanpa ada rasa terpaksa dari hatinya. Walau Indra terkadang membentaknya, tapi sikap Indra sudah tidak seburuk dulu kepada Ema.
Entahlah, Setelah sang Ibu menasehatinya tentang tanggung jawab kepada istri. Indra mulai melunakkan hatinya yang keras kepada Ema. Mungkin sedikit demi sedikit Indra akan memulai hubungan baru dengan Ema walau masih belum ada rasa di hatinya.
🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦
Akhir pekan,
Hana sudah terbangun dari tidurnya sejak pagi, karena hari ini dia akan kedatangan tamu spesial. Siapa lagi kalau bukan si cantik Rubby. Namun tidak seperti biasa, Hana yang selalu cekatan dalam beraktivitas kini merasakan lemas dan pusing di kepalanya.
Entahlah, kenapa hari ini kondisi tubuhnya terasa tidak baik-baik saja. Dengan malas Hana keluar dari rumah setelah mendengar suara abang-abang tukang sayur yang berhenti di depan rumahnya.
"Mbak Hana, tumben belanja. " sapa seorang tetangga yang bernama Bu Ratna.
"Ah, iya bu. Nanti akan ada teman yang main ke rumah bersama anaknya, jadi saya berinisiatif memasak untuk mereka. " kata Hana menanggapi sapaan Bu Ratna.
"Oohh... " jawab para ibu-ibu bersamaan.
"Tapi dari tadi saya lihat, wajah mbak Hana pucat lho. Apa mbak Hana sedang tidak enak badan?" tanya Bu Ira tetangga lainnya.
"Iya, nih Bu. Sejak bangun tidur kepala saya pusing dan sedikit lemas. "
"Wah kalau begitu mbak Hana harus segera makan, mungkin saja mbak Hana laper. " celetuk bu Ratna.
"Iya, bu. Terima kasih perhatiannya. Bang jadi belanjaan saya habis berapa? " tanya Hana kepada penjual sayur, setelah menimpali obrolan ibu-ibu tetangganya.
"Seratus ribu, neng. "
Hana segera memberikan selembar uang ratusan ribu kepada penjual sayur, lalu berpamitan kepada para tetangganya dan segera masuk ke dalam rumah dengan menenteng barang belanjaannya.
"He, ibu-ibu. Mbak Hana itu kan calon janda ya, sedang proses perceraian dengan suaminya." tanya bu Ratna.
"Iya, bu memangnya kenapa ya? Kita semua tahu hal itu. "
"Ada rasa Khawatir nggak sih, kalau mbak Hana sudah jadi janda, suami kita bakal kepincut janda kembang. " tanya Bu Ratna lagi.
"Jangan su'udzon dulu bu. Mbak Hana itu wanita karir, berangkat pagi pulang petang untuk mencari nafkah. Setelah itu aku nggak pernah lihat dia keluar lagi. Boro-boro mau godain suami kita bu, dia sendiri sibuk dengan hidupnya dan menafkahi dirinya sendiri. Sudah, berfikir positif saja ibu-ibu." timpal Bu Ira kepada tetangga nya yang julid itu.
Sontak saja ucapan Bu Ira mendapat anggukan dari semua orang.
"Iya lagi pula, kata Bu RT mbak Hana itu seorang pengacara. Jadi nggak mungkinlah bu, orang hukum melanggar hukum. " celetuk tetangga lainnya.
"Yaj, kita berdoa saja yang terbaik untuk keluarga kita, ibu-ibu. " timpal Bu Ira.
Di dalam rumahnya Hana sudah bersiap dengan alat-alat dapur menyiapkan bumbu untuk membuatkan ayam goreng tamu spesialnya. Sesekali dia berdesis merasakan denyutan di kepalanya dan menghentikan kegiatan masaknya, sehingga masakannya sedikit tertunda matangnya. Tepat pukul sembilan, terdengar pintu rumah Hana di ketuk. Hana yang baru saja selesai mandi segera berganti pakaian, dan membukakan pintu untuk tamunya dengan handuk yang masih melilit di kepala.
Saat pintu terbuka terlihat sosok gadis kecil yang langsung berhambur memeluk nya.
"Tante... "
Hana langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. Dan membalas pelukannya.
"Maaf ya, tante baru selesai mandi jadi sedikit lama membuka pintunya. " ujarnya kepada Rubby.
"Nggak Apa-apa tante. "
"Ayo masuk. Mas, ayo masuk. " titahnya kepada Rubby dan Keenan yang sejak tadi berdiri mematung.
"Duduk dulu ya, tante mau ke kamar menyisir rambut. "
"Aku ikut. " ucap Rubby.
Tanpa menunggu jawaban dari Hana Rubby langsung berjalan menggandeng tangan Hana. Hana yang merasa sungkan dengan Keenan pun memberikan isyarat kepada Keenan untuk meninggalkannya sebentar. Keenan yang mengerti hal itupun, menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Hana dan Rubby segera masuk ke dalam kamar. Keenan sejak tadi memperhatikan wajah Rubby yang terlihat pucat dan mata yang sayu. Sepertinya dia sedang sakit, tapi Keenan tidak mau menanyakan hal itu, biarlah nanti saja dia menanyakannya.
Tak lama pintu kamar terbuka, Terlihat Hana keluar dengan menggandeng Rubby dengan rambut yang sudah terlihat rapi, dan sedikit bedak dan lipstik yang menghias wajahnya. Jadi wajah pucatnya tidak begitu ketara. Mereka berdua duduk berdampingana di kursi yang berhadapan dengan Keenan.
"Rubby, tunggu sebentar ya. Tante mau buatkan minuman untuk papa Rubby dulu. " kata Hana kepada Rubby yang sejak tadi bergelayut manja kepada Hana.
"Lubby ikut." Rubby segera beranjak mendahului Hana dan berjalan ke dapur.
Melihat itu, Hana dan Keenan menghembuskan nafasnya bersamaan.
Hana segera berdiri, dan berjalan menuju dapur. Tanpa dia sadari Keenan mengikutinya dari belakang, dan langsung duduk di meja makan berhadapan dengan Rubby yang sudah duduk di sana terlebih dahulu.
"Astaga, mas Ken. Ngagetin aku aja. " kata Hana saat mendengar bunyi kursi bergeser.
Keenan hanya nyengir kuda, menampilkan gigi-giginya yang rapi dan putih. Terlihat sekali, Keenan bukanlah perokok.
"Tante, apakah ayam gorengnya sudah matang? Rubby pengen sarapan. " celetuk Rubby tiba-tiba.
Mendengar itu, sontak Hana yang sedang membuatkan teh hangat untuk Keenan langsung menoleh.
"Lho, Rubby belum sarapan? " tanya Hana dengan wajah terheran.
Rubby menggeleng, "Aku pengen makan masakan yang tante siapkan. " ujarnya polos.
Hana menoleh kepada Keenan, dan diangguki Keenan yang membenarkan kalau Rubby belum sarapan.
"Ya Tuhan, kenapa kalian tidak bilang dari tadi. Jadi, mas Ken juga belum makan? " tanya Hana sambil memicingkan matanya.
Dan pertanyaan Hana itu, diangguki Keenan dengan cengiran kuda.
Hana menghela nafasnya, dia langsung berjalan menuju rak piring dan mengambil tiga piring untuk mereka makan. Hana langsung menyendokkan nasi di piring Rubby dan mengambilkan ayam goreng untuk gadis kecil itu. Dia lalu menoleh ke arah Keenan yang tidak segera mengambil nasi di piringnya, keningnya mengernyit melihat sikap Keenan yang hanya tersenyum sejak tadi.
"Mas, Keen. Kenapa tidak mengambil makanannya? apa mas Ken, nggak suka dengan masakanku. " tanya Hana pada akhirnya.
"Tidak Hana.... " Ucapan Keenan terpotong oleh celetukan Rubby.
"Papa minta diambilkan sepelti aku, tante. Papa memang manja, sepelti anak kecil. "
Mendengar ucapan anaknya itu, sontak saja membuat Keenan membulatkan matanya. Namun tidak dengan Hana, Hana langsung terkekeh mendengar celetukan Rubby. Dia pun langsung mengambilkan makanan untuk Keenan dan menghidangkan di hadapannya.
"Makanlah mas. "
"Terima kasih Hana. " ujar Keenan dengan memberikan senyuman hangat kepada Hana.
"Tante, aku minta di suapi boleh? " pinta Rubby
"Rubby... "
"Tidak apa-apa, mas." Hana mencegah Keenan untuk memarahi anaknya.
Dia langsung mengambil piring Rubby dan mulai menyuapi Rubby perlahan hingga makanannya habis. Keenan yang melihat itu tanpa terasa hatinya menghangat. Dia sangat bahagia melihat pemandangan dihadapannya saat ini.
"Makanan Rubby sudan habis, sekarang giliran tante yang makan, ya. " kata Hana dan diangguki Rubby.
Baru satu suapan masuk ke mulut Hana, dia langsung lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya ke dalam toilet. Keenan dan Rubby merasa panik saat melihat Hana seperti itu dan mengejarnya ke toilet.
Setelah selesai mengeluarkan isi perutnya, Hana keluar dengan wajah pucat. Di depan pintu toilet terlihat Keenan dan Rubby dengan wajah khawatir.
"Maaf, mas. "
Brugh...