"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
"Sal,Putri panasnya tinggi.Bagaimana ini..." Erna terlihat ketakutan dan merapat kan selimut di tubuh Putri yang terlihat menggigil.
Hari menunjukkan pukul setengah sebelas malam,ketika Erna membangunkan Salma yang menginap di rumahnya.
Salma yang memang belum pengalaman mengurus anak.Apalagi anak yang sedang sakit terlihat bingung.
"Na,kita bawa ke dokter aja ya."
"Tapi ini udah malam,motor di bawa kerja sama Arul.Oh iya,ku coba telepon dokter Helena,siapa tau dia mau datang ke sini."
Erna mulai menghubungi dokter Helena.Salma mengambil alih menggendong Putri yang terus menangis.
"Alhamdulillah,dokter Helena mau datang,Sal." Wajah Erna yang tadi penuh rasa kuatir kini terlihat lega.
Salma tersenyum sambil terus menimang-nimang Putri." Syukur,Alhamdulillah."
Di rumahnya,dokter Helena bersiap-siap dengan agak sedikit tergesa-gesa.Dia sangat kuatir bila ada anak kecil yang demamnya tinggi.Dia teringat kalau papanya sedang menemani sang mama di klinik.Gadis itu bingung harus di temani siapa ke rumah Erna.Walaupun jarak rumah dinasnya tidak begitu jauh dari mess karyawan,tetap saja dia merasa takut untuk keluar sendiri.Apalagi ini sudah larut malam.
Seketika dokter Helena teringat dengan Elang." Semoga saja pak Erlangga belum tidur..."
Dokter itu menekan nomor telepon Elang dan di angkat pada nada panggil ke tiga.
"Halo dokter Helena,selamat malam." Suara Elang terdengar berat dan serak.Pertanda pemuda itu baru saja terjaga dari tidurnya.
"Malam pak Erlangga,maaf mengganggu malam-malam pak,tapi ini situasinya urgent.Saya bisa minta tolong antar ke mess karyawan karna ada yang sakit." Dokter Helena langsung pada intinya.
"Baik,saya langsung kerumah dokter sekarang juga." Elang langsung menutup teleponnya,mencuci muka dan kumur-kumur kilat.Kemudian mengambil jaket dan kunci motor.
Hanya butuh dua menit,Elang sudah berada di depan rumah pak Marco.Suara motornya mengundang dokter Helena keluar lengkap dengan peralatan kerjanya.
Tanpa banyak bicara mereka meluncur ke kediaman Erna.
Erna bergegas keluar begitu mendengar suara bunyi motor.
"Maaf dokter,malam-malam menganggu istirahat bu dokter." Erna membuka pintu rumahnya lebar-lebar agar memudahkan dokter Helena dan Elang untuk masuk.
" Tidak mengapa bu Erna." Dokter Helena mengikuti Erna masuk ke dalam kamar yang ukuran kecil di ikuti oleh Elang yang membawa perlengkapan kerja dokter Helena.
Salma menyambut kedatangan dokter Helena dengan senyuman dan sedikit anggukan kepala sembari meletakkan tubuh Putri di atas tempat tidur.Senyum wanita itu pudar sesaat kala matanya bersitatap dengan mata Elang.
Degh...
Nafasnya seakan berhenti.Wajah Elang terlihat jelas tanpa masker seperti tadi pagi.
Elang menatap wajah Salma sekilas,namun kemudian mengalihkan tatapan seakan dia tidak mengenal wanita itu.Salma yang hendak menyapa mengurungkan niatnya.
Dokter Helena menyentuh kening Putri." Pak Erlangga dan mba nya bisa tunggu di luar sebentar." Ucap dokter Helena memandang Elang dan Salma bergantian.
Elang terlebih dulu keluar kemudian di susul oleh Salma.
Elang memilih menunggu di luar rumah.Pria itu berjalan agak jauh dari teras.Dia tak ingin berduaan ataupun berinteraksi dengan Salma.
Salma menatap tubuh Elang yang berdiri membelakanginya.Dia harus berbicara dengan Elang sekarang juga.Mumpung sedang ada kesempatan.
Salma berjalan mendekat dengan jantung berdegup kencang." Mas Elang...aku tau itu kamu..." Ucapnya pelan tapi kedengaran oleh Elang.Karna memang suasana malam itu begitu hening dan sepi.
Tak mendapat respon dari Elang,Salma mendekat dan memberanikan diri memeluk tubuh laki-laki itu dari belakang.
Elang terkejut namun membiarkan Salma memeluk nya dengan erat.Jujur,dia sangat merindukan wanita itu.Pelukan hangat Salma memberinya rasa nyaman.Ingin rasanya memutar balik tubuhnya dan membalas pelukan Salma.Namun dia berusaha untuk menguasai perasaannya.
"Mas,aku minta maaf...tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan..." Perkataan Sama di potong oleh Elang.
"Tak ada yang perlu di jelaskan.Tak ada yang harus di maafkan.Tolong lepaskan,ga enak di lihat orang." Sahut Elang dingin.
"Tapi kita suami istri mas." Salma semakin mengeratkan pelukannya dan mencium aroma tubuh Elang yang sangat dia rindukan.
"Orang di sini ga ada yang tau kalau kita adalah suami istri.Berpura-pura lah kita tidak saling mengenal." Elang melepas paksa tangan Salma yang melingkar di tubuhnya.Kembali ke rumah Erna,meninggalkan Salma yang terdiam bagai patung dengan mata berkaca-kaca.
"Bagaimana dengan status pernikahan kita mas...?" Salma membalikkan badannya berharap Elang berhenti dan mau berbicara dengannya.
Elang berhenti." Seperti yang pernah saya bilang,anggap kita tidak pernah menikah." Lelaki itu melanjutkan langkahnya.
Saat akan memasuki rumah,tampak dokter Helena menghampiri Elang.
"Pak Erlangga,Putri harus di rawat,kondisinya sangat lemah.Kita harus membawanya ke klinik." Ucap dokter Helena.
"Baik,saya ambil mobil dulu." Elang tahu apa yang harus dia lakukan.
Sebelum menuju motornya untuk pulang ke rumah,Elang membuka jaketnya dan memakaikan pada dokter Helena.Padahal wanita itu sudah memakai Cardigan yang cukup menghalau rasa dingin.
"Udara malam semakin dingin,dokter tidak boleh sakit.Dokter sangat di butuhkan di sini." Ucap Elang lembut.
Dokter Helena sangat tersanjung dengan perlakuan Elang.Tak menyangka,pria itu mulai perhatian padanya.Dengan senyum manis dan hati berbunga-bunga,dokter Helena mengucapkan terimakasih.
Salma memperhatikan apa yang di lakukan Elang terhadap dokter Helena.Ada perasaan cemburu dan sakit menyelinap dalam hatinya.Apakah ini tandanya Elang sudah tidak perduli pada pernikahan mereka? Apakah dia akan patah hati lagi untuk kedua kalinya?
Wanita itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya jangan sampai tumpah. Bukan kah dia pernah berkata bahwa Elang boleh kapan saja bila hendak menceraikannya?Jadi untuk apa dia cemburu apalagi sampai sakit hati melihat Elang dengan wanita lain.
Salma memperhatikan Elang pergi dengan motornya,sampai tubuh pria itu hilang di telan pekatnya malam.Sementara dokter Helena kembali masuk ke dalam dengan senyum masih menghiasi bibirnya.Ini adalah awal yang baik,sepertinya dia boleh berharap lebih pada pria yang namanya telah mendapat tempat khusus di sudut hatinya.Dan tak menyadari keberadaan Salma yang tengah menatapnya.
Salma masih diam pada posisinya di temani suara jangkrik dari balik rerumputan sampai mobil yang di kendarai Elang datang.
Elang bergegas turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah Erna.Tak menunggu lama tampak Elang keluar sambil menggendong Putri.Di susul oleh dokter Helena dan Erna.
Salma hanya memandang ke empat orang itu yang melupakan keberadaan nya.Hatinya bertambah sakit,namun mencoba berpikir positif.Mungkin Erna melupakan keberadaannya karna kuatir dengan kondisi Putri.Gadis itu nangis tergugu.Ada perasaan tak rela Elang mengabaikannya.Tak rela melepaskan pria itu pada wanita lain.