Sarah sang pemeran utama beserta para survivor lainnya telah berada di sebuah dunia tiruan yang nampak aneh. Mereka harus bisa bertahan hidup dengan melewati permainan yang di sebut dengan " 25 aturan iblis ", dimana permainan ini memiliki setiap aturan dan teka teki yang cukup menyulitkan. yang berhasil bertahan hidup sampai akhir, adalah pemenangnya. lalu hadiah yang akan di terima adalah satu permintaan apa saja yang diinginkan...... Mampukah Sarah dan para survivor lainnya keluar dari dunia aneh itu..? lalu bagaimana caranya Alena adik perempuan Sarah yang telah menghilang selama 12 tahun berada di dunia itu....?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muhamad aidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Rencana Mencari survivor yang lain
" pintu keluar kita... ". Bara menunjuk arah depan, sebuah lorong kecil yang terbentuk dadakan dari reruntuhan puing stadion. Lorong kecil itu terlihat seperti lubang yang tidak terlalu besar, hanya muat untuk satu orang. Namun, jalan keluar itu harus melewati genangan air panas yang menyembur membuat sebagian tempat menjadi tergenang.
" kita harus melewati genangan air panas ini...". Elang menunjuk jalan arah lubang itu.
" Tenang, awalnya aku pun terkejut, namun ternyata tidak semua airnya panas. Ada yang hangat. Lalu.......---". Bara menghentikan ucapannya. Dia berjalan ke depan duluan, lalu menerobos genangan air panas itu. Kami begitu terkejut atas kenekatan Bara, ini sama saja bunuh diri, panas dari air itu sama seperti air mendidih, kenapa kami mengetahuinya...?. Karena begitu terjadi semburan, cipratan air itu mengenai tubuh, dan rasanya begitu panas seperti air mendidih, bahkan lebih mendidih lagi Setelah longsor, dan membentuk banyak genangan ke sana kemari, hawa panasnya menjadi begitu terasa. Ancaman berbahaya bukan hanya dari ledakan saja, namun semburan air panas inipun menjadi ancaman yang sangat mematikan.
" Inilah rahasia kenapa lukaku sembuh seketika....". Bara merendamkan tubuhnya ke genang air itu. Ternyata tidak berbahaya dan air itu memiliki sifat penyembuhan total. Kami semua terkejut melihatnya. Ternyata tidak semuanya terasa panas, ada juga yang hangat dan memiliki khasiat penyembuhan ,walau di luar nalar. Kami semua langsung ikut berendam memulihkan tubuh, perlahan tubuh seperti mendapat tenaga kembali, luka-lukanya pun mulai hilang seketika.
" Bagaimana bisa...? Ini seperti tidak masuk akal... ". Elang meraba punggung yang terluka sebelumnya. Luka tusukan anak panah itu kini menghilang total Seperi tidak pernah ada luka.
" Dunia ganjil ini apapun bisa terjadi, jangan memakai logika ketika berada di dunia ini ". Alena menyeletuk tiba-tiba.
Sepuluh menit lamanya kami berendam. Tenaga yang hilang kini telah kembali, kami terasa sehat bugar. Jalan keluar yang sempit itu hanya memiliki celah untuk satu orang, kami terpaksa bergantian untuk memasukinya, di tambah lagi harus waspada jika suatu saat akan runtuh. Cukup lama kami harus berjuang untuk lolos dari reruntuhan itu, hingga Sarah menjadi orang terakhir yang berhasil merangkak keluar.
" Raih tanganku... ". Alena menyodorkan tangannya untuk bisa di gapai oleh Sarah. Hal pertama kali yang dirasakan adalah, silaunya cahaya matahari. Kami berempat berhasil keluar dari reruntuhan itu dan bisa melihat matahari bersinar terik. Beberapa survivor pun sudah terlihat berada di depan. Syukurlah ternyata bukan kami berempat saja yang berhasil keluar, ternyata masih ada yang mampu selamat dari bencana itu.
" Selamat kepada para survivor, kalian berhasil menaklukan dua aturan sekaligus dalam waktu tujuh belas jam... ". Aeter menyambut para survivor yang berhasil selamat. Dia melihat satu persatu survivor dengan wajah yang sangat kagum.
" dua puluh orang, setengah dari mereka yang selamat pada aturan ke dua ". Aeter tersenyum menyeringai.
" Karena semua telah berkumpul, hadiah bagi kalian adalah satu kartu emas. Masing-masing dari kalian akan mendapat satu kartu emas, dan visa jangka waktu hidup kalian adalah tujuh hari ". Sambil menampilkan tumpukan kartu emas yang berjumlah dua puluh. Setelah menyampaikan hadiah yang dapat di terima para survivor, Aeter pun pergi, mengepakkan sayap hitamnya dan terbang jauh dengan cepat.
Kami semua mengambil kartu emas. Kali ini setiap orang mendapat satu kartu.
" Namamu Alena.... ". Lelaki kekar itu menghampiri Alena bersama kelompoknya termasuk Riga.
" Ada apa....? ".
" Kau memiliki kemampuan yang menjanjikan. Aku ingin mengajakmu bergabung bersama kelompokku... ". Lelaki itu menawarkan sebuah tawaran menarik. Di belakangnya ada sekitar enam orang yang mengikutinya.
" Maaf, aku sudah memiliki kelompok sendiri...". Alena menunjuk Sarah, Bara dan Elang yang berada di belakangnya. Lelaki kekar itu semakin tertarik dengan Alena.
" kau cukup menarik, ku harap kita dapat bertemu kembali, namaku Agra ".
Alena dan Agra saling berjabat tangan, dan mereka akhirnya berpisah ke arah yang berbeda.
Senja menampakkan warnanya, seakan waktu dengan cepat berlalu. Beberapa jam yang lalu kami telah berhasil menemukan tempat yang pas untuk menjadi tempat peristirahatan. Toko peralatan pendakian, cukup cocok untuk di jadikan tempat peristirahatan, kami bisa mendirikan tenda, peralatan memasak, hingga pakaian tebal yang lengkap. Lalu mencari makanan di beberapa tempat yang tidak terlalu sulit untuk di dapatkan. Karen masing-masing dari kami memiliki kartu emas yang artinya total listrik yang dapat kami nikmati adalah tiga puluh dua jam.
" Bisa hidup kita tujuh hari, waktu yang lumayan sambil menemukan jalan keluar... ". Lanjut Bara setelah melahap semua makan malamnya.
" Tidak ada jalan keluar , mau kapanpun kau tidak akan pernah menemukannya... ". Alena menyangkal harapan Bara.
" Lalu bagaimana caranya....? Setidaknya mencari celah.... ". Elang merasa masih ada harapan untuk keluar dari sini.
Alena telah menjelaskan kemungkinannya , dan tidak akan ada yang bisa di lakukan selain bermain hingga aturan ke dua puluh lima.
" Kita temukan survivor yang lain, dan bergabung dengan mereka. Demi bertahan dari permainan ini... ". Sarah tiba-tiba bersuara. Sejak keluar dari reruntuhan stadion, Sarah menjadi pendiam. Wajahnya sayu, duka yang mendalam membayangi dirinya. Banyak kematian yang telah dia lihat, semakin membuatnya terpuruk akan kegelapan di hatinya. Pertama kalinya membunuh orang hingga kehilangan Luna.
" jika kita dapat menemukan kelompok dalam jumlah besar, artinya resiko hidup kita bisa bertambah. Aku sudah memutuskan untuk bermain hingga aturan ke dua puluh lima.... lakukan segala cara demi bertahan hidup walau harus menjadi iblis sekalipun ". Sarah telah bertekad, hati lemah lembutnya dia kubur dalam-dalam. Kali ini peran menjadi orang baik dia sisihkan dan terganti menjadi iblis yang akan melahap segala hal.
Malam itu kami pun sepakat, untuk mencari kelompok besar untuk bertahan hidup. jalan satu-satunya untuk keluar dari dunia ini adalah menaklukan dua puluh lima aturan iblis ini.