A Marriage Of Revenge

Tubuh kekar itu ambruk disisi Cala, nafasnya terengah-engah seperti sehabis berlari puluhan kilometer. Tangan besarnya langsung menarik tubuh Cala dan merapatkannya dengan tubuhnya, Rowan tau jika istrinya itu sedari tadi menangis.

Rowan menenggelamkan wajahnya dan ceruk leher Cala lalu berbisik, "Sekali lagi aku minta maaf karena merenggut kesucian mu dengan cara seperti ini. Rania, wanita tadi sudah menjebak ku, ,mencampurkan obat kedalam minuman ku sampai aku hilang kendali. Dan, apa yang kamu lihat tadi hanya salah paham, aku tidak menyentuh Rania. Wanita itu datang sendiri kesini, entah bagaimana cara wanita itu masuk kedalam kamar ku padahal Ardi mengunciku didalam sini dan membawa access card nya", Ucap Rowan terdengar penuh penyesalan dari setiap kata yang ia ucapkan.

Cala yang berbaring membelakangi Rowan hanya bisa tersenyum getir mendengarnya.

"Tidak perlu menjelaskan padaku, aku sadar diri jika hanya istri pengganti", sahut Cala, suara nya serak karena menahan tangis yang kembali tumpah.

Mendengar itu, Rowan dengan cepat langsung membalikkan tubuh Cala agar menghadapnya, ditatapnya mata indah istrinya itu yang sembab karena air mata.

"Jangan katakan itu lagi, maafkan aku Cala.. Maukah kamu memaafkan ku? Kita perbaiki dan ulang semuanya dari awal,hmm"

Cala menggelengkan kepalanya, ia balas tatapan mata Rowan yang menatapnya dengan sendu.

"Tidak Rowan, lebih baik kita bercerai. Pernikahan ini tidak bisa diteruskan lagi, aku lelah Rowan". Terdengar nada menyerah dari setiap kalimat yang Cala ucapkan.

Siapa yang kuat menjalani pernikahan dengan lelaki yang bahkan tidak ia cintai dan lelaki yang juga tidak mencintai nya. Pernikahan yang hanya dilandasi balas dendam, tidak ada kebahagiaan didalamnya. Dan, kini disaat Cala mulai menyerah dengan keadaan semuanya dan setelah ia mengambil kesuciaannya, Rowan dengan mudah nya berucap seperti itu?

Apakah lelaki itu tidak tau seberapa sakit hati Cala saat dirinya tidak dianggap istri oleh nya? Dan seberapa sakit hati Cala saat lelaki itu menjatuhkan harga dirinya dihadapan orang lain ?

"No, maafkan aku Cala.. Tolong maafkan aku, kamu boleh memaki ataupun memukulku.. Lampiaskan semua rasa sakit hatimu pada ku, tapi tolong jangan meminta perceraian dari ku, karena aku tidak akan mengabulkannya". Ucap Rowan dengan tegas dan penuh penekanan

Tangan besar nya terangkat tuk menghapus sisa air mata yang masih terus mengalir dipipi Cala dengan ibu jari nya. Rowan lalu menarik tubuh Cala dan memeluknya dengan erat.

"Aku menyesal Cala, tolong maafkan aku".

Cala dengan sisa tenaga nya mendorong dada bidang Rowan berharap lelaki itu melepaskan pelukannya, tapi bukannya terlepas Rowan justru semakin mengeratkan pelukannya seolah tidak ingin melepaskan Cala dari sisi nya.

Rowan akui dia benar-benar menyesal dengan semuanya. Entah apa yang Rowan rasakan saat ini, antara bahagia dan sakit.

Bahagia karena ternyata dia lelaki pertama untuk Cala, dan sakit karena istri nya itu meminta bercerai dari nya.

Diusapnya dengan lembut punggung Cala yang masih tanpa busana itu, bibirnya sesekali mengecup puncak kepala perempuan itu menyalurkan rasa takut kehilangan yang begitu besar.

Kini Rowan sadar, jika ia mulai jatuh cinta pada Cala. Pernikahan yang awalnya ia jadikan permainan alat balas dendam justru membuatnya terjebak sendiri didalamnya. Ya, Rowan akui dia jatuh terperosok dalam permainan balas dendam yang ia ciptakan sendiri.

cup..

Ia kecup kembali puncak kepala Cala sebelum akhirnya menyusul istrinya itu yang sudah lebih dulu memejamkan matanya. Usapan lembut tangan Rowan dipunggungnya membuat Cala tanpa sadar sudah terlelap, mungkin karena tubuhnya juga sudah merasakan lelah sampai membuatnya dengan mudah langsung tertidur.

.

Keesokan harinya Cala lebih dulu terbangun, tangan besar Rowan yang memeluk erat tubuhnya ia singkirkan dengan pelan. Kemudian, ia menurunkan kakinya dari ranjang. Rasa sakit dan perih dari inti tubuhnya membuat Cala sedikit kesusahan untuk bergerak.

"Sshh.." desis Cala saat ia akan beranjak dari ranjang tapi pangkal pahanya begitu terasa perih.

Cala memungut dan memakai kembali pakaiannya. Beruntung semalam Rowan tak merobek gaun nya jadi masih bisa ia kenakan.

Dengan langkah yang tertatih-tatih, Cala berjalan kearah pintu. Matanya sempat melirik Rowan yang masih memejamkan matanya diatas ranjang dengan posisi tengkurap. Bahkan tubuh lelaki itu masih polos hanya selimut yang menutupinya hingga sebatas pinggang.

"Maafkan aku Rowan..."

Ceklek..

Cala membuka pintu itu dengan sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh Rowan. Meski pangkal pahanya terasa perih, Cala berusaha untuk berjalan dengan cepat sebelum suaminya itu bangun dan menemukan nya pergi dari kamar hotel.

Cala berjalan menyusuri lorong hotel sampai tiba didepan pintu lift. Tangannya dengan cepat segera menekan tombol disamping lift.

Ting!

Pintu lift terbuka, saat Cala akan masuk kedalam ketika itu bertepatan dengan Ardi yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam lift.

Sontak Cala membulatkan matanya melihat kehadiran Ardi.

"Nona..." sapa Ardi

"Y-ya?" sahut Cala terbata-bata gugup

"Anda mau kemana ?" tanya Ardi penuh selidik

"Em.. Mau ke bawah sebentar, tas ku tertinggal di ballroom semalam. Ya tas ku tertinggal disana". Jawabnya dengan gugup

"Baiklah, biar saya yang akan mengambilnya".

"Tidak usah, biar aku saja".

Cala bergegas masuk kedalam lift menghindari Ardi, tapi sialnya ia mendengar suara Rowan yang berteriak meneriaki Ardi agar menahan Cala. Lelaki itu bahkan sudah mengenakan pakaiannya yang semalam.

"Ardi! Tahan Cala jangan sampai dia kabur!"

Mendengar itu, Ardi langsung mengangguk dan bergegas kembali masuk kedalam lift tersebut, tapi sayang pintu lift sudah tertutup dengan langsung bergerak turun.

"Sial!" Umpat Ardi, ia segera berlari menuju tangga darurat yang terletak disebelah lift. Sedangkan Rowan bergegas menyusul Ardi.

Ting!

Lift tiba di lantai lobi, sesaat setelah pintunya terbuka Cala langsung melangkahkan kakinya dengan cepat berlari keluar dari sana.

"Aku harus kabur, aku gak mau terkurung terus selama nya didalam sangkar emas itu.."

"CALA!!!"

Terdengar suara teriakan Rowan dari ujung anak tangga darurat. Cala menoleh menatap suaminya itu seraya membulatkan matanya. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera berlari keluar dari hotel menghiraukan rasa perih diarea inti nya.

"Tutup akses pintu keluar dari hotel ini, cepat!" perintah Rowan pada penjaga keamanan hotel. Tak masalah jika nantinya terjadi kekacauan, ia sanggup membayar ganti rugi nya ataupun membeli hotel ini asalkan Cala tidak bisa kabur keluar.

Braakkk..

 Saat Cala berlari menghindari Rowan, dirinya tak sengaja menabrak seseorang.

"aahh..." pekik Cala dan hampir jatuh terhuyung tapi dengan sigap tangan seseorang itu langsung menangkap tubuh Cala agar tidak terjatuh dilantai.

"Kamu tidak apa-apa?" ujarnya bertanya dengan suara yang terdengar berat

Cala menggelengkan kepalanya dan segera berdiri. "Tidak terimakasih".

"CALA!!!"

Lagi, terdengar suara teriakan Rowan yang memanggil nama nya. Suara lelaki itu terdengar semakin dekat. Cala menoleh kebelakang untuk memastikan, setelah itu ia kembali mengalihkan pandangannya menatap seorang pria yang tak sengaja ia tabrak.

"Maaf saya tidak sengaja menabrak mu dan permisi saya harus segera pergi". Ucap Cala, kemudian ia melenggang pergi tapi pergelangan tangannya langsung dicekal oleh lelaki itu.

"Seperti nya kamu sedang ketakutan, apa ada yang menyakiti mu?" ujar nya bertanya

"Tidak, maaf saya harus permisi". Cala melepaskan cekalan tangan itu dan bergegas melangkahkan kakinya pergi.

.

Flashback on..

Setelah mencampurkan obat itu kedalam cocktail, Rania tersenyum licik.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi milik ku Rowan". Lirih Rania, kemudian matanya menyisir sekeliling ballroom mencari keberadaan Rowan.

"Itu dia".

Tanpa menunggu lama, Rania bergegas melangkahkan kakinya mendekati Rowan.

"Kak Rowan tunggu.. " teriak Rania memanggilnya

"Ya ?"

"Kak Rowan mau kemana?" tanya nya basa-basi padahal Rania sudah tau dari gelagat Rowan, jika lelaki itu tengah mencari istrinya.

Tak ingin membuang waktu, Rania langsung menyodorkan segelas cocktail pada Rowan.

"Ayo diminum dulu kak, nanti Rania bantu cari Kak Cala". Ucap Rania

Tanpa menaruh rasa curiga, Rowan meminum itu hingga tandas. Rania tersenyum puas dalam hatinya.

"Hanya menunggu hitungan menit dan obat itu akan segera bereaksi". Ucapnya dalam hati

Setelah Rowan menghabiskan minuman itu, ia berpamitan pergi pada Rania untuk mencari Cala. Dan wanita itu membiarkan lelaki pujaan hatinya pergi tetapi tetap mengawasinya dari jauh sembari menunggu obat itu bereaksi.

Dan benar saja, tak sampai setengah jam Rania melihat Rowan yang dipapah oleh Ardi menuju kamar hotelnya. Rania mengikutinya dari belakang.

"Rania.." panggil Mama Ami sedikit berteriak memanggil putrinya, saat melihat Rania berjalan mengendap-endap

"Sssttt.." Rania menempelkan jari telunjuknya dibibir memberikan isyarat agar mama nya itu diam.

Mama Ami mendekat dan memperlihatkan cadangan access card kamar Rowan pada Rania.

"Mama tau kamu pasti membutuhkan ini, mama tadi meminta nya pada pihak hotel". Lirih Mama Ami berbisik

Rania yang mendengar itu tersenyum sumringah.

"Thanks, mama tau aja apa yang Rania butuhkan". Ucapnya seraya mengambil access card itu dari tangan Mama Ami

"Ya sudah kita tunggu asisten Rowan itu keluar, setelah itu kamu jalankan rencana nya". Titah Mama Ami

Flash back off...

.

.

.

To be continue...

(Udah yaa, Buna udah kasih penjelasan kenapa Rania bisa masuk kedalam kamar hotel. Thanks yang udah mampir jangan lupa kasih like, vote dan komen ♥️🌹)