Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Takut Lagi
Ayra sudah bisa menguasai dirinya tidak akan takut lagi dengan cara Dewa yang coba mengintimidasinya. Gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar dan duduk di kursi rias sambil menunggu Dewa melanjutkan ucapannya.
Ditatap begitu, kini justru Dewa yang merasa kikuk. Kenapa setelah pulang Ayra jadi pemberani?
"Katanya mau ngomong, kok, diam?"
"Dari mana aja kamu sampai pulang jam segini?"
Hufffh, Aira mengembuskan napas panjang. Dia pikir Dewa mau bertanya apa. Tapi kenapa pria itu tiba-tiba peduli?
"Kan aku udah bilang, mau ada syuting iklan bareng mas Egi."
"Mas? Sejak kapan kamu panggil dia dengan sebutan 'mas'?"
Ayra menyipitkan sebelah matanya rasanya apa yang diperdebatkan pria yang ada di hadapannya ini tidak masuk akal, memangnya apa salahnya dia memanggil Egi dengan sebutan mas? Toh, kenyataannya Egi lebih tua darinya bahkan jika saja Dewa tahu tata krama dia juga harus memanggil Egi dengan sebutan abang atau mas karena saudara tertuanya.
"Mulai hari ini. Mmmm...seharusnya memang sejak dulu. Selain dia lebih tua, dia juga saudaramu, abang iparku, kan?"
"Nah, itu kamu tahu!"
"Emang tahu. Lantas?" Kenapa Ayra semakin bingung dibuatnya? Sebenarnya arah omongan Dewa ini ke mana sih? Dia jadi pusing sendiri dibuatnya.
"Lantas? Kamu tanya lantas? Kalau kamu sadar bahwa dia itu adalah abang iparmu, tidak seharusnya kau pergi nongkrong berdua di cafe cekakak-cekikik seperti tidak punya beban! Apa kamu nggak malu? Bagaimana kalau orang tahu bahwa kau bersama pria yang bukan suamimu?"
Tunggu! Jadi itu masalahnya? Dia merasa kesal karena Ayra jalan dengan Egi? Tumben, bukannya dia sama sekali tidak peduli pada istrinya itu?
"Memangnya kami sedang apa? Lagian kami bertemu juga bukan di tempat sepi, di sana banyak orang! Mmm... Tunggu dulu, kamu kok tahu aku ke cafe sama mas Egi? Jangan-jangan kamu ngikutin aku, ya?" Ayra membulatkan matanya, mencoba mengintimidasi Dewa agar bicara jujur. Nyatanya tidak berhasil. Pria itu kembali menggunakan jurus mengelak.
"Heh! Siapa yang mengikuti mu? Memangnya kau siapa? Aku ketepatan sedang mengadakan pertemuan bisnis dan tidak sengaja melihatmu bersamanya!" seru Dewa menyelamatkan harga dirinya.
"Oh."
"Hanya 'oh'?"
"Terus kamu mau aku bilang apa lagi? Udah ah, capek. Aku mau mandi!"
Ayra sudah pergi meninggalkan Dewa yang masih jengkel terhadapnya. Dia masuk ke kamar mandi, membasuh tubuhnya yang lengket dan terasa penat. Dia sudah membayangkan sehabis mandi nanti tubuhnya pasti akan segar dan tidurnya akan nyenyak.
Setengah jam berlalu, Ayra keluar dari kamar mandi, berharap ranjang yang hangat akan menyambutnya untuk tidur. Kenyataannya pria itu masih menunggunya di sana.
"Apa lagi? Aku ngantuk!"
"Kamu harus janji, jangan pergi dengan dia lagi!"
"Dia siapa?"
"Jangan memancing amarahku. Kamu tahu siapa yang aku maksud!"
"Aku gak bisa. Aku'kan udah bilang, kalau udah tanda tangan kontrak kerja. Besok juga aku harus bekerja di studio Egi."
"Apa?"
Ayra malas untuk menjawab karena dia tahu Dewa tidak akan melepaskannya dengan mudah, akan ada pertanyaan demi pertanyaan yang akan dilontarkan pria itu, jadi lebih baik dia diam.
Tanpa menghiraukan tatapan mematikan Dewa, Ayra mengambil gaun tidurnya, mengenakan di kamar mandi lalu setelahnya keluar tanpa menghiraukan tatapan menunggu dari Dewa. Bergegas dia merangkak naik ke atas ranjang, menarik selimut hingga menutupi kaki hingga ujung kepalanya.
"Kamu dengar gak aku ngomong?" bentak Dewa merasa tidak dihargai.
Tidak ada jawaban. Sepi.
"Ayra!" panggil pria itu dengan nada tinggi, tapi yang terdengar dari Ayra sebagai jawaban adalah dengkuran halus dari balik selimut.
Dewa mengalah. Bisa apa lagi. Perlahan dia menyibak selimut, memastikan kalau istrinya itu memang tidur dan bukan berpura-pura.
Wajah Ayra terlihat tidur pulas, begitu polos dan sangat pulas. Dengkuran halus yang masih terdengar di telinganya, menunjukkan kalau Ayra tampak kelelahan.
"Dasar gadis bodoh! Apa kamu akan senang hanya dengan pilihanmu?" Dewa masih menatap gadis itu, duduk di tepi ranjang tanpa berani menyentuhnya.
"Bisakah kita sejalan? Tidak lagi bertengkar? Aku benci setiap kita bertikai!"
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.