Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Mereka berkendara mengendarai mobil retro ke luar kota. Entah kemana tujuan perjalanan ini, Herlina tidak peduli, ia hanya duduk diam di kursi penumpang sambil mengerucutkan bibir. Harlord pun tidak berbicara sepatah kata pun, ia hanya fokus menyetir mengenakan kacamata hitam.
Setelah berkendara selama kurang lebih 1 jam perjalanan. Mobil berhenti di depan gerbang rumah mewah.
Herlina menatap gerbang besar yang terbuat dari besi tempa, dikelilingi pagar tinggi yang tampak kokoh. Di balik pagar, tampak rumah megah yang mencolok, dengan halaman luas penuh bunga dan pemandangan gunung dibelakangnya.
Harlord menurunkan kaca mobil dan menyapa seorang pria berseragam yang muncul di balik pagar. Pria paruh baya itu langsung mengenali Harlord dan segera membukakan pintu gerbang.
Mobil retro pun melaju pelan ke dalam halaman rumah yang luas. Herlina terpukau, pandangannya mulai menyapu sekeliling taman bunga yang luas. Rumah ini besar dari yang terletak di puncak gunung, tapi terlihat sangat terawat. Keindahan halaman taman luas rumah itu seolah menutupi perasaan cemas yang sejak tadi Herlina rasakan di sepanjang perjalanan.
Setibanya di depan pintu utama, Harlord berhenti dan mematikan mesin mobil. Ia membuka pintu dan melangkah keluar tanpa berkata sepatah kata pun. Herlina masih terdiam, menyimak setiap gerakan suaminya.
"Tuan..." sapa seorang pria muda bersetelan jas, yang datang menghampiri mereka dari dalam rumah.
"Benji..." Harlord menyapa asistennya.
Setelah menurunkan koper-koper, Benyamin memberikan salam, "Selamat datang di Villa Matson, Tuan.. Nyonya..."
"Dia Benyamin, asistenku, mungkin kamu pernah sekali bertemu dengannya sebelum kita menikah..." ucap Harlord pada Herlina.
Herlina pun hanya mengangguk saja pada Benyamin. Ia ingat kalau pria ini pernah ikut datang ke butik pakaian pengantin dulu.
Benyamin tersenyum hangat dan menyapa Herlina dengan sopan. "Saya senang, bisa bertemu dengan anda lagi, kali ini saya akan memanggil anda Nyonya Matson."
"Senang juga bisa bertemu denganmu lagi, Benyamin," jawab Herlina, sedikit tersenyum ramah.
Benyamin adalah sosok pria yang sikapnya selalu terlihat tenang dan bijaksana, namun ada aura ketegasan yang dimilikinya, hal itu membuat Herlina merasa bahwa pria ini bukan sembarang asisten bagi suaminya.
"Ini kunci kamar anda tuan, untuk jadwal meeting besok, para pembeli kuda baru akan datang siang hari, sekaligus ingin makan siang dengan anda tuan."
"Kuda!" celetuk Herlina.
Harlord mengangkat satu alisnya, sikap Herlina yang polos selalu saja memberikan kejutan tak terduga. "Iya, aku punya bisnis pacuan kuda, kamu tidak perlu kaget seperti itu." cebiknya.
Herlina mengernyitkan dahi, "A-ku kaget, karena tidak pernah melihat kuda secara langsung, hanya punya bonekanya saja... Jujur saja aku merasa senang saat tau kalau anda punya banyak kuda," ucap Herlina dengan suara pelan.
Baik Harlord dan Benyamin saling pandang setelah mendengar kejujuran Herlina.
"Kalau nyonya mau, besok pagi saya akan membawa anda berkeliling melihat-lihat peternakkan ini," Benyamin menawarkan diri.
"Sungguh! Terimakasih banyak saya ingin sekali melihat kuda!" ucap Herlina dengan tatapan mata berbinar-binar.
"Sekarang sudah menjelang sore hari, biasanya udara akan sangat dingin dan berkabut malam ini, lebih baik Tuan dan Nyonya segera beristirahat di kamar bulan madu yang sudah kami siapkan." Benyamin menyarankan.
"Yang Benji katakan benar, lebih baik kita beristirahat sampai jam makan malam tiba." tiba-tiba Harlord merangkul pinggang ramping istrinya dan berjalan menuju tangga yang melingkar keatas.
"Tapi aku... tidak mengantuk," protes Herlina.
"Siapa bilang kita mau tidur saat masuk ke kamar." kekeh Harlord, sambil terus menarik tangan istrinya menaiki anak tangga.
"Kalau tidak tidur lalu mau ngapain?"
"Kamu bilang mau melihat kuda kan, biar aku perlihatkan kuda jantan milikku di kamar." ujar Harlord menyeringai nakal.
"Eh..?? Maksudnya??" tanya Herlina dengan wajah bingung.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**