Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Cassandra
Sepanjang langkah menuju parkiran, Yunan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya suram tak bisa digambarkan dengan apapun. Wajahnya tampak datar, sekalipun tak menoleh ke arah Cassandra yang masih sangat kacau dan butuh pelukan, hanya sesekali bicara dengan Laurent. Itupun tak menyangkut tentang kejadian tadi. Hanya mengingatkan gadis itu untuk tidak melepas tangannya.
Tentu, itu membuat hati Cassandra teriris, cemburu. Namun ia tak bisa berbicara apa-apa dan tak bisa melarangnya, karena ia juga sering melakukan itu di depan sang suami. Ini seperti sebuah balas dendam baginya disaat mulai merasakan getaran aneh pada dirinya untuk pria itu.
Setibanya di parkiran, Yunan menoleh ke belakang. Tepatnya di mana Cassandra berdiri.
''Kamu mau pulang naik apa? Dijemput atau mau aku pesankan taksi online?'' tanya Yunan dingin.
Cassandra terdiam. Bingung mau memilih yang mana, sedangkan hatinya mengatakan ingin pulang dengan Yunan dan tinggal dengan pria itu. Entahlah, hanya itu yang ia inginkan saat ini. Sangat terasa aneh, namun itulah faktanya.
''Atau mau pulang bareng kita?'' Laurent menawarkan.
''Aku ingin bicara dengan Yunan, hanya berdua,'' pinta Cassandra dengan bibir bergetar.
Laurent mengangguk. Ia pergi dan masuk ke mobil. Meninggalkan Cassandra dan Yunan, memberi ruang untuk mereka berbicara yang mungkin sangat serius hingga ia tidak boleh mendengarkannya.
''Ada apa? Cepat katakan! Aku gak punya banyak waktu.'' Yunan tetap menatap ke arah lain.
''Terima kasih karena kamu masih peduli padaku. Aku gak tahu bagaimana jadinya kalau kamu gak datang. Pasti __"
"Sudahlah, jangan dibahas lagi, yang penting kamu selamat.'' Yunan memotong ucapan Cassandra. Tak ingin tahu yang selanjutnya, ia sudah enggan mendengar ungkapan wanita itu.
''Sekarang katakan, kamu mau pulang naik apa?'' tanya Yunan lagi.
''Aku ingin pulang dan menginap di rumah kamu,'' jawab Cassandra dari hati.
Tidak ada jawaban, Yunan langsung berjalan menghampiri mobilnya. Membuka pintu bagian belakang dan menyuruh Cassandra masuk. Kemudian, meminta Laurent untuk pindah ke depan dan menemaninya mengemudi.
Awalnya Laurent menolak karena merasa tak enak. Namun dengan desakan sang kakak, akhirnya ia menurutinya. Tidak hanya duduk, mereka terus bercanda renyah mencairkan keheningan. Sementara Cassandra hanya diam saja melihat keakraban mereka.
''Lebih baik kamu pulang saja, Ndra. Aku gak mau ibu menganggapku penculik. Lagipula sebentar lagi kita akan berpisah." Yunan menatap Casandra dari pantulan spion. Sengaja menyindir sang istri dengan kalimat menohok.
Ucapan itu bak seribu pisau yang menghujam dada Cassandra, begitu perih menyayat. Mampu membungkam bibirnya yang ingin berbicara. Seakan Yunan memang sudah tidak mencintainya lagi. Apakah ini karena wanita yang ada di sisinya?
''Aku yang akan menjelaskan pada ibu. Masih banyak yang harus kita bicarakan,'' bantah Cassandra.
Hening lagi
Yunan mengantarkan Laurent pulang ke rumah Erlan. Setelah itu melajukan mobilnya ke rumah lama. Mungkin malam ini adalah malam yang tepat untuk menuntaskan masalah mereka berdua sekaligus menjadi malam perpisahan sebelum Yunan berangkat ke luar negeri.
''Lihatlah! Rumahku sangat jelek dan tidak layak dihuni. Hanya orang-orang tulus dan ikhlas yang bisa tinggal di sana.'' Menunjuk rumahnya yang tampak sederhana dengan lampu neon di bagian teras.
''Kalau kamu memang bisa tidur di tempat itu, turunlah.'' Membuka pintu mobil lalu turun.
Berjalan lenggang dan membuka pintunya. Menyalakan lampu depan dan juga kamar. Kemudian duduk di ruang tamu. Begitu juga dengan Cassandra, ia melakukan hal yang sama. Semenjak menikah, ini kedua kalinya menginjakkan kaki di rumah itu, namun dengan ekspresi yang berbeda. Jika dulu terlihat enggan dan jijik, tidak untuk saat ini. Terlihat biasa saja, bahkan duduk pun tanpa meniup debu yang menempel.
''Apa kamu yakin akan menceraikan aku, Yunan?'' tanya Cassandra mengawali pembicaraan.
''Jangan khawatir, itu pasti terjadi. Sudah kubilang berulang kali, aku tidak akan menghalangi kebahagiaanmu. Maaf, jika selama menikah aku belum bisa membahagiakanmu.'' Sekuat tenaga Yunan menarik bibirnya, berbentuk senyum.
''Apa kamu tidak mencintaiku lagi? Secepat itu kamu berpaling dariku dan mempunyai wanita lain.'' Cassandra mulai menitihkan air mata yang dari tadi tersimpan di pelupuk.
Apa maksudnya, jangan-jangan dia belum tahu kalau Laurent adalah adikku. Ini kesempatan yang bagus.
''Aku tidak mau mencintai seseorang yang tidak mencintaiku, karena itu sakit, Ndra. Sekarang aku mencoba menerima siapapun wanita yang mencintaiku apa adanya. Sebagai seorang laki-laki, aku juga ingin dicintai dan dihargai sebagaimana mestinya. Bukan hanya diinjak-injak,'' terang Yunan sembari berdiri.
''Aku juga punya hati yang sewaktu waktu menuntut. Aku hanya manusia biasa yang tak memiliki kesabaran seluas samudra. Mungkin dengan berpisah kita akan mendapatkan kebahagiaan masing-masing.''
Cassandra menggelengkan kepala. Ini pertama kalinya ia harus menangis untuk seorang Yunan. Entah kenapa hatinya begitu berat menerima keputusan sang suami yang ingin tetap berpisah dengannya. Sementara ia ingin yang bersatu.
''Aku minta maaf, Yunan. Aku minta maaf atas semua kesalahan yang pernah aku perbuat. Aku janji akan menjadi istri yang baik untuk kamu. Aku akan menerima semua kekuranganmu,'' ucap Cassandra dengan suara lirih.
Yunan tersenyum getir. Ia salut dengan pengakuan istrinya tersebut. Ungkapan itu yang ia nanti dari dulu, namun tak kunjung terkabul, dan sekarang terjadi disaat dirinya tak bisa lagi kembali. Ia tak mungkin goyah dengan niatnya. Bagaimanapun juga akan tetap pergi demi menggapai cita-cita.
''Tapi kita sudah tidak bisa bersatu lagi. Besok aku akan bekerja di luar negeri dan dikontrak di sana selama dua tahun. Aku gak bisa lagi menjadi suamimu.''
Cassandra bangkit dan memeluk Yunan dari belakang. Membenamkan wajahnya di punggung pria tersebut. Menumpahkan sisa air matanya yang mulai mengering. Menunjukkan betapa rapuhnya dia dengan keputusan itu.
''Jangan tinggalkan Aku, Yunan. Aku tidak mau kamu pergi dari sisiku. Kita harus selalu bersama seperti dulu. Aku janji akan mengubah sikapku dan akan hormat pada ibu. Beri aku kesempatan bersamamu. Masalah uang, aku bisa mencarinya dan tidak akan mengeluh berapapun yang kamu berikan.''
Setangguh apapun Yunan, ia tetap memiliki jiwa yang rentan dan tak tega mendengar ungkapan itu. Sudut matanya kembali basah saat ia melepas pelukan Cassandra. Pelukan yang diinginkan sedari dulu. Akan tetapi, hanya didapatkan dari alam mimpi.
Keduanya saling berhadapan dan menatap manik mata lawan.
''Aku akan pikirkan lagi. Sekarang tidurlah, sudah malam.'' Yunan membuka pintu kamarnya dan menyuruh Cassandra masuk.
''Aku tidak mau tidur sendirian.'' Cassandra menarik tangan Yunan yang hampir keluar melintasi pintu. Mungkin dengan begitu, Yunan mau tidur seranjang dengannya.
Daripada harus saling membantah, Yunan ikut masuk dan menutup pintu. Ia naik ke atas ranjang lebih dulu, disusul Cassandra yang berbaring di sampingnya.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya