Sinopsis:
Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.
Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.
Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadap Ceo Ferdinan
Prayogo pulang dengan perasaan puas dan bangga. Ia berhasil menaklukkan wakil Haji Bambang dengan sogokan, dan sekarang ia yakin bahwa proses pembebasan tanah HGU yang dikuasai Haji Bambang akan berjalan lancar.
Dalam perjalanan pulang, Prayogo tidak bisa menahan senyumnya. Ia membayangkan pundi-pundi keuntungan yang akan mengalir kepadanya, termasuk mega proyek yang akan dibangun oleh PT Tirta Handayani Sejahtera.
Namun, di balik senyumnya, Prayogo memiliki rencana yang lebih licik. Ia ingin menghilangkan Japra dari persaingan, sehingga ia bisa menjadi orang yang paling berkuasa dalam proyek tersebut.
"Japra pun akan ku singkirkan," Prayogo bergumam kepada dirinya sendiri. "Enak aja sini yang keringetan, situ yang menikmati. Tak akan ku biarkan Japra eksis."
"Aku sekarang mau ke markas japra, sementara waktu akan ku buat bahagia dia, pasti akan jadi kejutan tersendiri. kalau ku lenyapkan sekarang, aku tak bisa masuk ke Owner PT Tirta handayani Perkasa. Setelah aku kenal dan dapat posisi baru aku singkirkan japra dengan cepat hahahahah" batin Prayogo.
Prayogo tersenyum lagi, kali ini dengan senyum yang lebih licik. Ia yakin bahwa ia bisa mencapai tujuannya, dan bahwa tidak ada yang bisa menghentikannya.
Mobil Prayogo pun Melaju kencang menuju Ruko tempat sarang Bang japra mangkal.
Mobil Pun parkir Di Halaman Ruko milik japra,Prayogo pun segera masuk ke dalam
Prayogo masuk ke ruang kerja Bang Japra dengan berteriak, "Saya sukses, sebentar lagi proyek akan jadi milik kita, Bang!"
Bang Japra, yang sedang membaca buku tebal, langsung tersenyum gembira. "Apakah benar ucapanmu, Prayogo?" ia bertanya dengan penasaran.
Prayogo mengangguk dengan percaya diri. "Ya, Bang. Saya telah berhasil menyepakati kesepakatan dengan wakil Haji Bambang. Ini adalah bukti surat yang telah kami sepakati."
Prayogo menyerahkan surat-surat tersebut kepada Bang Japra, yang kemudian memeriksa isi surat dengan teliti.
Bang Japra tersenyum semakin lebar setelah membaca isi surat. "Selamat, Prayogo! Kamu telah berhasil melakukan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain."
"Prayogo sudah berpengalaman bang, modal seupil dapatnya segunung hahaha" teriak prayogo gembira.
"Mari kita Rayakan awal kemenangan ini" Bang japra berjalan ke meja mengambil satu botol minuman impor.
"ayo kita minum!" Ajak bang Japra.
Prayogo dan Bang Japra kemudian bersulang untuk merayakan kemenangan mereka. Mereka berdua tertawa dan berbicara dengan gembira, merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa proyek tersebut berhasil dijalankan.
"Kita harus terus berhati-hati, Prayogo," Bang Japra berkata dengan serius. "Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Haji Bambang atau orang lain yang mungkin merasa kehilangan."
Prayogo mengangguk dengan percaya diri. "Jangan khawatir, Bang. Saya telah mempertimbangkan semua kemungkinan. Kita akan berhasil menjalankan proyek ini dan mendapatkan keuntungan yang besar."
"Yang jelas mulai dari anak buah Haji Bambang kita kuliti satu persatu, loyalitas mereka akan hilang, asalkan Owner kita loyal, pasti kita akan menang bang " Jawab Prayogo dengan penuh percaya diri.
" iya,. Bener..betul sekali, encer juga otak mu kalau masalah proyek " Puji Japra.
Bang Japra memandang Prayogo dengan senyum. "Sekarang, saya ingin memperkenalkan kamu kepada Pak Ferdinan, sang owner perusahaan. Ia ingin bertemu dengan kita untuk mendengar laporan tentang hasil kerja kita."
Prayogo mengangguk dengan percaya diri. "Baik, Bang. Saya siap untuk melaporkan hasil kerja saya."
Bang Japra kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu. "Mari kita pergi ke hotel berbintang di kota. Pak Ferdinan sudah menunggu kita di sana."
Prayogo mengikuti Bang Japra keluar dari ruangan dan menuju ke mobil. Mereka berdua kemudian berangkat ke hotel berbintang untuk menemui Pak Ferdinan.
Bang Japra dan Prayogo tiba di hotel berbintang dan langsung menuju ke lobi. Mereka berdua berpakaian rapi dan percaya diri, siap untuk bertemu dengan Pak Ferdinan.
Setelah menunggu beberapa saat, seorang asisten Pak Ferdinan datang dan meminta mereka berdua untuk mengikuti dia. Mereka berdua kemudian diantar ke sebuah ruangan yang mewah dan elegan.
Pak Ferdinan, seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun dengan wajah yang tampan dan berwibawa, menyambut mereka berdua dengan senyum. "Selamat datang, Bang Japra dan Prayogo. Saya senang melihat bahwa kalian berdua telah berhasil menyelesaikan tugas yang saya berikan."
"Terimakasih Koh! " Jawab japra
Bang Japra dan Prayogo kemudian melaporkan hasil kerja mereka kepada Pak Ferdinan, yang kemudian mendengarkan dengan saksama. Setelah mereka berdua selesai melaporkan, Pak Ferdinan memuji mereka berdua atas hasil kerja yang baik.
"Kalian berdua telah melakukan pekerjaan yang luar biasa," Pak Ferdinan berkata dengan senyum. "Saya percaya bahwa kalian berdua akan dapat menyelesaikan proyek ini dengan sukses."
"ini Baru tahap awal, Jika waktu dekat Haji bambang melepaskan haknya dan langsung di berikan kita. kamu orang yang pertama ku percaya pegang proyek ini japra, apakah kamu mau?" tanya Koh Ferdinan.
"Mau lah koh, tapi sabar Dulu ini kan belum Selesai prosesnya. ini masih di urus sama Prayogo, bener kan go?" kata japra
mendengar kabar bahwa Pak Ferdinan akan mempercayakan proyek pembangunan kepada Bang Japra. Ia merasa tidak suka dengan keputusan tersebut, karena ia merasa bahwa ia lebih berhak untuk menerima proyek tersebut.
Namun, Prayogo tidak menunjukkan sikap tidak suka secara terbuka. Ia tetap diam dan patuh, tidak ingin menimbulkan kesan bahwa ia tidak setuju dengan keputusan Pak Ferdinan.
Di dalam hatinya, Prayogo merasa panas dan tidak puas. Ia merasa bahwa ia telah bekerja keras untuk mendapatkan proyek tersebut, dan sekarang ia merasa bahwa hasil kerjanya di kasih ke bang japra seniornya di Aliansi Srigethuk.
Tapi, Prayogo juga tahu bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Ia harus menunggu waktu yang tepat untuk mengambil tindakan, dan ia harus berhati-hati agar tidak menimbulkan kesan bahwa ia tidak setuju dengan keputusan Pak Ferdinan.
Prayogo mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk tenang. Ia tahu bahwa ia harus sabar dan menunggu waktu yang tepat untuk mengambil tindakan.
"Aku Harus Sabar..Santai.... Rilexs" batin Prayogo
Pak Ferdinan memandang Bang Japra dengan serius. "Japra, saya ingin kamu segera menyelesaikan tugas-tugas yang masih ada sangkutan dengan Haji Bambang. Saya ingin surat penyerahan SHGU untuk PT Tirta Handayani Sejahtera segera didapatkan, sehingga lahan bisa segera digarap."
Bang Japra mengangguk dengan percaya diri. "Baik, Pak. Saya akan segera menyelesaikan tugas-tugas tersebut."
Sementara itu, Prayogo hanya tersenyum sinis di belakang Pak Ferdinan dan Bang Japra.
Ia tersenyum sinis lagi, melihat mereka bernegosiasi.
Hari pun mulai sore, dan rasa jenuh serta lelah mulai dirasakan oleh Prayogo. Ia merasa bahwa sudah waktunya untuk pulang dan beristirahat.
Di sela-sela percakapan Bang Japra dengan Pak Ferdinan, Prayogo mencubit Bang Japra untuk memberitahu bahwa sudah waktunya untuk pamit pulang.
Bang Japra memahami isyarat Prayogo dan kemudian berpamitan kepada Pak Ferdinan. "Pak, saya pamit pulang dulu. Saya akan melanjutkan pekerjaan saya besok."
Pak Ferdinan mengangguk dan membalas ucapan selamat jalan kepada Bang Japra. "Baik, Japra. Selamat jalan. Besok kita lanjutkan pembicaraan kita."
Bang Japra dan Prayogo kemudian meninggalkan kantor Pak Ferdinan dan menuju ke mobil mereka.