Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
TING TONG TING TONG
ceklek
"Loh... Mbak Kania," ucap Art-nya Pak Hasan membelalakkan matanya.
"Ya, kenapa mukamu gitu, kaya ngelihat hantu aja, Huh!" gerutu Kania.
"Ma-maaf Mbak, saya udah lama ga ketemu. Cuma kaget aja tiba-tiba Mbak ada di sini, mau cari siapa Mbak?"
"Tante dan Om ada di rumah, kan?"
"Ada, Mbak."
"Oke, tolong panggil keduanya, aku mau ketemu sama mereka berdua."
Art Pak Hasan mengangguk dan mempersilahkan Kania masuk. Kania duduk di sofa ruang tamu, beberapa saat kemudian Bu Evelyn dan Pak Hasan menemui Kania. Pak Hasan dan Bu Evelyn duduk di hadapan Kania.
"Masih punya nyali juga kamu datang kesini," ucap Pak Hasan. Kania yang sedang fokus melihat hpnya seketika mengangkat wajahnya.
"Ada yang ingin aku tunjukkan ke Tante dan Om."
"Apa?" tanya Bu Evelyn penasaran.
Kania menunjukkan foto Anisa dan Arka sedang duduk bersama. Bahkan di foto itu Arka sedang mengelap bibir Anisa yang terkena bubur. Bu Evelyn dan Pak Hasan mengerutkan keningnya melihat foto-foto yang di tunjukkan Kania.
"Mungkin mereka berteman," ujar Pak Hasan.
"Maaf Om, kalau mereka berteman kenapa pria itu mesra sekali ke Anisa. Om lupa ya, Anisa mampu mempermainkan perasaan kedua putramu. Apalagi cowok lain, haha."
"Siapa laki-laki ini?" tanya Bu Evelyn.
"Aku ga tau Tante, tapi waktu aku lihat mereka berdua pergi dalam satu mobil."
"Apa lagi ini, Pa." Bu Evelyn memegangi kepalanya. Ia sangat kecewa dengan menantu yang selama ini dibanggakannya.
"Kania, Aku mohon kamu pergi sekarang juga dari sini!" perintah Pak Hasan.
"Oke, semoga Om dan Tante tidak menyesal. Sebaiknya segera selidiki Anisa, takutnya dia makin menjadi dan kasihan mas Yusuf punya istri tukang selingkuh," cibir Kania.
Kania berdiri dari tempat duduknya, melangkah keluar dari rumah Pak Hasan. Sedangkan Bu Evelyn menangis sesenggukan. Pak Hasan mengusap punggung Bu Evelyn, mereka berdua kembali ke kamar.
"Apa sebaiknya kita beritahu Yusuf, Pa?"
"Jangan!! Aku takut ini hanya salah paham. Kita lupakan saja hari ini, tapi nanti kalau ada yang ke dua dan ke tiga. Aku rasa kita perlu bicara dengan Anisa."
Bu Evelyn mengangguk pelan, dan menerima masukan dari suaminya. Walaupun dalam dadanya terasa bergemuruh. Ingin sekali Bu Evelyn menemui Anisa dan mempertanyakan tentang foto-foto yang di tunjukkan Kania.
KEESOKAN HARI
Anisa sampai di lokasi yang di kirimkan Arka pagi ini. Mengambil tas dan keluar dari mobil, lalu menghampiri Arka yang sudah menunggunya disana. Keduanya berjalan bersama masuk ke toko yang akan menjadi toko roti yang baru.
"Gimana? Kamu suka nggak sama bangunan toko ini?"
"Bagus sih Ka, tapi ini ga kebesaran?"
"Nggak kog, kamu bisa buka resto sekalian. Jadi ga sekedar toko roti, mungkin bisa dikembangkan dengan oleh-oleh khas daerah mana saja yang kamu inginkan."
"Emm... bagus juga idenya. Nanti aku coba bicara dulu sama Nayla dan kokiku."
"Kalau masih bingung bilang aja, nanti aku datengin chef terbaik dari luar negeri. Kalian belajar dulu dari dia, nanti kalau udah pinter kan tinggal inovasi sendiri."
"Aku sebelumnya juga udah kursus sih, tapi kursus di kota ini saja."
"Apa salahnya nyoba sama chef luar negeri."
"Iya juga ya... makasih sarannya, Ka." Anisa tersenyum manis membuat Arka makin jatuh cinta.
"Seandainya mas Yusuf yang support aku kaya gini pasti aku lebih seneng," batin Anisa.
"Ka, aku pulang dulu ya."
"Oke, mulai sekarang kita resmi kerjasama. Jangan sungkan untuk minta tolong apapun."
"Iya, nanti hasil dari toko ini akan aku bagi sama kamu."
"Ga perlu Nisa, buat kamu semua saja."
Anisa hanya tersenyum tipis karena tidak mau berdebat. Masih sama seperti dulu Arka pasti akan mempertahankan pendapatnya. Arka memandang Anisa yang berjalan menuju mobilnya.
DI RESTORAN VIRAL
Kania duduk seorang diri menunggu seseorang. Tidak kunjung datang yang ditunggunya, hati Kania mulai gelisah, selain itu tidak biasanya bos besar memintanya datang. Beberapa saat kemudian seorang pria kekar memakai setelan jas berwarna biru tua duduk di hadapan Kania.
"Kog bukan bos yang datang?" tanya Kania mengerutkan dahinya.
"Dia menyuruhku yang datang dan menyampaikan padamu berita ini."
"Berita apa? Baik atau buruk?"
"Bos menghentikan bantuan uang untukmu. Dan sekarang toko roti itu tergantung pengelolaanmu sendiri, kalau untung ya bertahan, kalau buntung ya tutup saja."
Brak!!!
"Ga bisa gitu dong, kemarin bos yang menentukan harga. Kamu sendiri juga tau kan kalau aku selama ini ga ambil untung, bahkan toko itu rugi besar." Kania menggebrak meja dan marah dengan berita yang disampaikan orang suruhan bosnya.
"Kania ikuti saja keinginan bos dan jangan banyak protes atau kamu akan lenyap dari dunia ini," ancam pria itu.
Kania membuang napas kasar dan memandang orang tersebut pergi dari hadapannya. Ia merasa tertipu dengan peraturan yang di buat oleh bosnya selama ini. Kania mengacak-acak rambutnya dan mengepalkan kedua tangannya.
Lalu saat sedang memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Kania melihat Yusuf masuk ke restoran yang sama. Ia putuskan menunggu Yusuf hingga selesai rapat dengan koleganya.
"Mas," panggil Kania dengan nada lembut.
"Ada apa?" Yusuf menoleh sebentar dan merapikan kertas yang ada di hadapannya.
"Emm... apakah aku boleh kerja di tempatmu? Aku mohon Mas, Rena masih kuliah dan butuh biaya besar. Aku mau kerja di bagian apa saja."
Yusuf menghela napas panjang, terdiam sesaat dan menatap Kania yang berdiri di sampingnya. Dalam hatinya Yusuf merasa tidak punya masalah dengan keluarga Kania. Dia juga sudah dekat dengan keluarga mantan istrinya tersebut, terlebih Rena juga sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
"Bukannya kamu sudah sukses dengan toko rotimu?"
"Eh... iya tapi hasilnya tipis sekali Mas, boleh ya aku kerja denganmu."
"Ada, tapi bagian produksi. Kalau kamu mau, buat surat lamaran dan kirim ke pabrik."
"Serius Mas?" ujar Kania antusias.
"Ya serius... Aku pergi dulu."
Kania lega akhirnya mendapat pekerjaan lagi. Walaupun pekerjaan kali ini akan lebih berat, setidaknya masih ada pemasukan tiap bulan. Lalu Kania mengambil tasnya dan pulang untuk mempersiapkan dokumen yang akan di antarkannya ke pabrik Yusuf.
Setelah semua dokumen lengkap, Kania datang ke pabrik Yusuf dan memberikan surat itu pada satpam. Kania di persilahkan pulang dan menunggu panggilan interview. Kania melangkahkan kakinya keluar pabrik dan berharap bisa bekerja di pabrik itu.
Satpam yang bekerja sudah lama melihat Kania memberikan amplop coklat, setelah Kania pergi dia datang menghampiri satpam baru yang menerima amplop dari Kania. Mengambilnya dan membaca isi surat lamaran dari mantan istri bosnya.
"Ini kan mantan istrinya Pak Yusuf."
"Wah... trus gimana dong sama surat ini, di kasih ga ke HRD?"
"Kasih aja, siapa tau emang pabrik lagi butuh tambahan karyawan."
Kemudian satpam baru itu memberikan surat lamaran pada HRD. Yunus yang kebetulan ada disana menghampiri satpam di pos. Karena penasaran dengan apa yang di lakukan Kania di pabrik kakaknya.
"Tadi Kania, kan? Atau aku yang salah lihat?" tanya Yunus.
"Betul Pak, tadi Bu Kania," jawab satpam.
"Apa yang dia lakukan disini? Apa yang dia berikan tadi?"
"Surat lamaran kerja, Pak. Tapi sudah saya suruh berikan ke HRD."
"Ya sudah, aku pergi dulu."
TOK TOK TOK
"Masuk!!" teriak Yusuf dari dalam.
Ceklek
"Kak, tadi aku lihat Kania datang dan melamar kesini. Kakak mau terima atau tolak nih?" tanya Yunus.
"Aku terima dia Yunus, bahkan aku yang menyuruh dia masukkan lamaran kesini."
"Apa??? Menyuruh Kania melamar kesini?? Gimana kalau Anisa tau hal ini Kak?"
"Anisa ga mungkin tau karena Kania di bagian produksi. Kecuali kalau kamu yang kasih tau," sindir Yusuf.
TOK TOK TOK
"Masuk!!!" teriak Yusuf.
Ceklek
"Pak, ada proposal masuk ingin kerjasama. Mungkin Bapak berminat, bisa baca dulu proposalnya."
Kevin meletakkan proposalnya di meja dan Yusuf membaca nama pemilik dan perusahaannya.
"Dewa Mahendra ini siapa, Vin? Coba kamu cari tau dulu profilnya dan perusahannya."
"Siap, Pak."