Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 22 Menghindar
Di Batas Waktu (22)
Kamu harus menjaga jarak dengan Alifa. Sekalipun dia sepupumu, dia bukan mahrammu yang artinya bisa kau nikahi. Melihat sikapnya, sepertinya dia menaruh hati padamu.
Sakha tiba-tiba teringat perkataan Adel saat melihat sikap Alifa pertama kali.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Adel hari ini menemani Keysha mendatangi sekolah TKQ yang lokasinya tidak terlalu jauh dari toko. Masih bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Setelah selesai bersiap, ia langsung menghampiri toko Keysa.
Tidak jauh darinya, Sakha mengamati dari dalam mobil. Padahal dulu, dalam penglihatannya Adel itu biasa saja. Tapi kini, Sakha seolah tak mampu memalingkan wajahnya dari sosok yang biasanya tak ia hiraukan.
Sakha terus melihat ke arah Adel sampai akhirnya Adel masuk ke toko milik Keysa.
" Satria, kalau ada perempuan bernama Alifa mencariku, bilang aku tidak ada. Nanti aku kirim fotonya. Pokoknya alasan apapun yang dia pakai untuk bisa bertemu denganku, tolak saja", Sakha yang baru tiba, segera memberi Satria perintah. Ia sudah tahu kebiasaan Alifa. Ia akan menghampiri ke kafe sekalipun tadi ia menolak mengajaknya. Sungguh merepotkan.
" Baik", jawab Satria singkat. Satria memang pegawai baru, jadi ia belum tahu siapa Alifa.
Sakha berlalu dan langsung menuju ke ruangannya. Begitu pun Satria yang kembali bekerja.
Saat jam makan siang, sesuai perkiraan Sakha, Alifa benar-benar datang ke kafe dan berusaha untuk bertemu Sakha.
" Maaf, Pak Sakha sedang tidak ada di tempat?", jelas Satria saat Alifa mengutarakan tujuannya ke Kafe.
" Saya mau mengantarkan makan siang. Apa kamu tidak tahu saya? Saya Alifa, sepupunya kak Sakha!", kesal Alifa sambil meletakkan bekal makan yang ia bawa. Niatnya mengajak Sakha makan siang bersama dan mengatakan bahwa makanan yang ia bawa adalah masakannya agar Sakha terkesan. Padahal, makanan itu ia pesan secara online.
Justru karena kamu Alifa, orang yang Pak Sakha larang masuk untuk menemuinya. Satria membatin.
" Sekali lagi maaf. Tapi, Pak Sakha memang tidak ada di tempat", Satria tetap menjawab dengan alasan yang sama dan seramah mungkin.
" Kalau begitu biarkan aku menunggu di ruangannya saja", Alifa memaksa.
" Maaf, tapi tidak boleh ada yang masuk ke ruangannya tanpa izin", Satria mencoba tetap bersabar memberi pengertian.
" Aku bilang, aku sepupunya!", Alifa berteriak, ngotot minta di izinkan masuk.
" Dan saya bawahannya yang sedang menjalankan tugas dari Pak Sakha untuk melarang siapapun masuk ke ruangannya tanpa izin. Siapapun itu tanpa terkecuali ", jelas Satria teguh pendirian. Ia tidak mau ambil resiko dengan pekerjaan yang sulit ia dapatkan.
Alifa yang kesal segera pergi dari sana sambil mengutuk Satria yang tidak mau membiarkannya masuk ke ruangan Sakha.
" Awas kamu. Pegawai baru aja belagu!" ,umpat Alifa. Padahal dulu ia begitu mudah keluar masuk ruangan Sakha karena manager yang bertugas saat itu bisa ia ajak kerjasama.
Tanpa Alifa tahu, alasan Sakha sebenarnya memecat manager sebelumnya adalah karena ia yang mudahnya membiarkan Alifa masuk ke ruangannya padahal sudah ada perintah yang jelas bahwa tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke ruangan pemilik kafe apapun alasannya tanpa izin sang pemilik. Namun tidak hanya sekali, manager lama sudah berkali-kali melanggar perintah Sakha. Entah apa alasan manager itu berani menentang perintah Sakha.
Walau rencana makan siangnya gagal, Alifa tak patah arang. Ia akan melakukan banyak cara untuk menarik perhatian Sakha. Seperti dugaan Adel, Alifa memang memiliki rasa pada Sakha. Sementara Sakha hanya menganggapnya sebatas adik saja. Karena itu, ia mencari cara agar perasaannya terbalaskan termasuk dengan menjelek-jelekkan Adel di depan Sakha. Dulu, Lisa yang jadi sasaran karena ada di samping Sakha, sekarang Adel.
Alifa memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi bahwa ia bisa menyingkirkan Adel karena ia tahu alasan pernikahan mereka yang hanyalah permintaan sang paman yang kini telah tiada. Menurut Alifa, justru Lisalah yang sulit untuk di singkirkan karena sudah bisa mencuri hati Sakha.
Sambil melangkahkan kakinya keluar dari kafe, Alifa terus berpikir. Menyusun rencana yang akan ia jalankan selama menginap di rumah Sakha.
Hari-hari pun berlalu. Adel yang seperti biasa sibuk di toko, kini selalu menyempatkan waktu mengantar atau menjemput si kembar ke sekolah. Padahal Keysa sudah melarang tapi, Adel memaksa. Adel yang memang menyukai anak kecil senang bisa menghabiskan waktu bersama keduanya.
Sementara Sakha sendiri, semenjak Alifa menginap di rumahnya ia tidak pulang ke rumah. Ia tidur di kafe, di ruang pribadinya. Ia ingin menghindari Alifa yang semakin menunjukkan aksinya yang ingin mendekatinya.
" Tan, apa Kak Sakha tidak pulang lagi?", tanya Alifa setelah makan malam selesai.
" Iya. Ia bilang begitu", jawab Mama Ria singkat.
" Ish, padahal ada aku yang menginap disini tapi, malah kak Sakha menginap di tempat lain. Memangnya Kak Sakha menginap dimana sih , Tan?", Alifa penasaran.
Mama Ria hanya mengangkat kedua bahunya. Ia tak ingin memberikan informasi apapun pada keponakannya itu. Walau sebenarnya ia tahu dimana sang anak tidur selama beberapa hari ini dan juga apa alasannya.
Mama Ria juga bisa melihat gelagat Alifa yang selalu menempel pada Sakha. Jika di ingatkan ia pasti mengelak. Padahal sekalipun mereka sepupu, ia harus tahu batasan.
" Kamu sendiri, apa masalahmu dengan Pandu belum selesai?", Mama Ria mengalihkan topik pembicaraan.
"Ehmm, sebenarnya besok kami akan pulang", jawab Tante Mala tanpa menjawab apakah kesalahpahaman nya sudah di selesaikan atau belum.
" Baguslah kalau begitu. Tidak baik juga meninggalkan suami lama-lama. Tugas seorang istri adalah melayani kebutuhan suami, jika kamu terus disini siapa yang akan melayani suamimu?!", Mama Ria menasehati. Ia pun tak bisa membiarkan adik iparnya terus menginap yang artinya membuat Alifa juga ada di rumahnya.
"Iya, kak", jawab Tante Mala mengangguk pelan.
Alifa yang tidak mau mendengarkan masalah orang tuanya segera berlalu dari sana dan menuju kamar tamu. Namun, ia melihat ke kanan dan kiri lalu langsung menuju ke kamar Sakha sambil membawa selembar foto yang akan ia simpan di kamar Sakha, sayangnya ternyata pintunya terkunci. Padahal, biasanya tidak pernah di kunci. Akhirnya, ia kembali ke kamar tamu dengan menghentakkan kakinya karena kesal. Gagal lagi rencananya.
" Kamu kan sudah lama mengenal Pandu. Tahu dia seperti apa. Jangan mudah berprasangka dan lari dari masalah. Anakmu sudah dewasa jangan sampai ia meniru kebiasaanmu saat ada masalah dengan suaminya kelak." Tante Mala hanya diam mendengarkan. Nasehat yang sama yang selalu ia dengar namun tak pernah menjadi pembelajaran. Seolah menguap begitu saja.
" Mbak bukan gak suka kamu disini. Hanya saja yang namanya masalah rumah tangga sebaiknya di selesaikan berdua. Jika tidak bisa, minta tolong orang yang kalian anggap bisa membantu menyelesaikan. Bukan menghindari masalah dengan kabur-kaburan. Apalagi kalian mempertontonkan di depan anak kalian", Mama Ria tak bosan menasihati adik iparnya. Walaupun entah di dengar atau hanya di anggap angin lalu saja.