Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 》》JANGAN PUKUL BUNDA ,,,
Sebelum memulai ceritanya, Andhini menarik napas panjang untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Sungguh Andhini tak ingin lagi mengungkit masa lalunya yang menyedihkan. Wajah Andhini tiba-tiba murung membuat Zelena ikut merasa sedih.
“Aku melarikan diri ke Turki dan melanjutkan S2 ku disana. Satu minggu sebelum wisuda aku dinikahkan dengan sahabat bang Niko dan posisiku saat itu sebagai istri kedua,” Andhini memulai kisahnya dan sukses membuat Zelena lena menganga tak percaya.
Cerita Andhini mengalir dan Zelena menjadi pendengar setia. Kisah pilu sang sahabat membuatnya tak bisa berkata-kata selain hanya mendengar hingga akhir.
“Kok bisa sih bunda sama bang Niko setuju dan menerima lamaran pria itu ?!” Zelena semakin penasaran. Setau dirinya Andhini sangat dijaga dan disayang oleh bunda dan abangnya. Tapi kisah sahabatnya ini benar-benar di luar nalar. Pertanyaan demi pertanyaan mendominasi kepala Zelena sehingga otak wanita berlesung pipi itu tak bisa lagi berpikir.
“Entahlah Na, sampai detik ini pun aku gak tau penyebabnya, ya sudahlah semua sudah terjadi,,,” Andhini tak ingin membahas lebih lanjut. Dan Zelena pun mengerti.
“Jadi apa rencanamu selanjutnya ?!” Zelena akan selalu menjadi pendukung sahabatnya yang ternyata memiliki kisah hidup yang memprihatinkan.
Dilain sisi keprihatinan Zelena, wanita dewasa itu juga kagum akan kemampuan Andhini hidup jauh dari keluarga dengan keadaan yang tak lazim. Membayangkannya saja Zelena tak kuasa.
“Besok pagi aku titip Disha sama kamu karena pengasuhnya kembali ke kampungnya. Jangan khawatir Disha sangat pengertian. Meskipun usianya baru tiga tahun tapi anaknya penurut dan tidak rewel. Tapi tolong jangan sampai bang Niko atau bunda tau.” Lagi-lagi Andhini menekankan jika kedatangannya ia rahasiakan.
“Ok, jangan khawatir, besok pagi-pagi aku jemput Disha. Kamu fokus saja pada pekerjaanmu,” Zelena memang sahabat yang bisa di andalkan setiap saat.
Apapun yang diinginkan Andhini akan ia lakukan asalkan sesuai dengan kemampuannya. Apalagi hanya menjaga Disha yang terlihat sangat menggemaskan. Zelena sangat menyukai anak-anak.
“Bund,,, Disha lapar ,,,” Rengekan gadis kecil itu membuat kedua sahabat yang terpisah lama akhirnya menyadari jika mereka melupakan keberadaan Disha.
“Astaga ,,, maafin bunda sayang, bunda keasyikan cerita sama aunty,” Andhini meringis merasa bersalah karena lupa jam makan siang putri kecilnya.
“Yuk, aunty juga lapar, Disha sukanya makan apa, hm ?!” Zelena meraih ponsel dan memasukkannya ke dalam tasnya.
Ketiganya lalu keluar sambil bergandengan tangan dengan posisi Disha berada di apit wanita dewasa. Disha terlihat bersemangat dan terus berceloteh. Usia Disha memang sedang cerewet-cerewetnya.
“Mbak, aku mungkin gak balik ya. Kalo ada yang cari bilang aja lagi sama tamu istimewa,” Zelena memang berencana akan memanfaatkan waktu bersama sahabat dan putrinya. Masih banyak hal yang belum mereka bahas setelah sekian lama berpisah.
“Baik bu ,,,” Balas sekretaris Zelena sopan.
Ketiga wanita beda generasi itu kembali melangkah dengan riang. Mereka memasuki lift khusus untuk Zelena yang akan membawa mereka langsung ke basemen. Tak sampai satu menit mereka telah tiba di mana mobil Zelena di parkir.
“Mobilnya bagus bund, seperti mobilnya papa ,,,” Ucapan Disha sukses membuat Zelena melirik tajam pada Andhini yang duduk di sampingnya.
“Iya sayang, aunty kan rich woman ,,,” Andhini terkekeh mendengar ucapan putrinya yang ternyata sudah bisa membandingkan sesuatu dengan sangat baik.
“Bisa dijelaskan soal papanya Disha ?!” Lirikan tajam Zelena masih terlihat jelas hingga beberapa saat sebelum kembali fokus ke jalan raya.
Ucapan Disha dan sikap santai Andhini membuat pikiran Zelena kemana-mana. Bukan tidak mungkin sahabatnya itu berbuat nekad dan melakukan hal gila dengan menikah tanpa sepengetahuan bunda dan bang Niko.
“Ceritanya gampang tapi bawa kami makan dulu. Kalo kenyang kan enak cerita. Apalagi Disha sudah sangat lapar,” Bukannya Andhini ingin membuat Zelena penasaran hanya saja ia benar-benar sangat lapar sekarang.
Tak ada gunanya Zelena memaksa Andhini untuk bercerita sekarang, sahabatnya itu paling tidak suka di paksa. Apalagi jika sedang lapar seperti saat ini. Sudah menjadi rahasia umum di kampus terutama prodi manajemen dan bisnis jika Andhini sangat mengutamakan perutnya dari apapun.
“Na, makan di resto hotel aja ya, aku takut ke gep sama bang Niko kalo kita makan diluar. Sungguh aku belum bisa ketemu mereka sekarang. Besok siang aku ada meeting, ini sangat penting bagi perusahaan.” Andhini tau betul jika bertemu dengan bang Niko maka persoalan akan berbuntut panjang. Belum lagi jika Satria ikut terlibat. Andhini tidak berani membayangkannya.
“Ok sayang, apapun yang kamu mau kuturuti semua, btw hotel mana yang dituju nih,,” Zelena terus melajukan mobilnya berusaha menerobos kemacetan meskipun akan sia-sia karena padatnya kendaraan.
“Hotel borobudur, aku juga nginap disana. Biar sekalian kita cerita dikamar supaya lebih bebas,” Andhini memutuskan untuk menceritakan bagian yang belum sempat ia ceritakan. Tentu saja ia pun ingin membujuk sahabatnya itu agar menjadi kakak iparnya.
Setelah dua jam berlalu akhirnya Zelena berhasil keluar dari kemacetan yang sudah menjadi salah satu kebiasaan ibukota. Perlahan Zelena menghentikan mobilnya di depan lobby hotel. Selena memberikan kunci mobilnya pada seseorang yang sedang menyambut mereka.
Andhini kembali menggenggam erat tangan mungil putri kecilnya. Ia teramat takut jika Disha lepas dari tangannya dan hilang atau kesasar. Ini kali pertama Disha menginjak tanah kelahiran Andhini dan ia tak ingin hal itu terjadi. Disha adalah penyemangat hidupnya, belahan jiwanya dan gadis kecil itulah alasan dia untuk selalu bahagia. Kehadirannya membuat seluruh jiwa Andhini merasakan sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seluruh jiwa Andhini teralihkan karenanya.
Ketiganya kini sedang menikmati makan siang. Dengan telaten Andhini mengurus gadis kecil yang berusaha mandiri.
“Sifat mandirinya kamu banget, Dhin ,,,” Zelena terkekeh melihat gadis kecil yang menyuap sendiri makanannya tanpa bantuan orang dewasa.
Zelena sangat terhibur dengan tingkah dan cerewetnya Disha yang berusaha terlihat dewasa diusianya yang masih sangat kecil.
“Iyalah, yang mengandung dan melahirkan dia kan aku. Masa iya nurunin sifat kamu yang belum jelas statusnya di keluargaku,” Andhini menimpali sekenanya.
Plaaaakkkk
“Itu mulut dijaga, jangan suka asal. Kamu tuh gak ada berubah-berubahnya, sudah punya anak masih juga suka seenaknya,” Zelena memukul lengan Andhini meskipun tidak terlalu keras namun cukup membuat Andhini meringis.
“Jangan pukul bunda, aunty ,,, kalo bunda sakit gak bisa kerja, trus kalo gak kerja pasti bunda gak punya uang, kalo gak punya uang berarti Disha gak bisa sekolah, beli susu. Kalo gak se ,,,”
“Stop anak cantik, makannya dilanjut aja, ok ?! Aunty minta maaf ,,,,” Zelena memotong kata-kata Disha. Zelena ingin secepatnya mendengar kisah hidup sang sahabat.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Jangan lupa dukung OTHOR yaaakk
^^^Makassar,.4 Juni 2025^^^
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️