Shela... Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan laki-laki yang belum ia kenal demi mendapatkan uang dari ibu laki-laki itu untuk biaya operasi adik satu satunya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akahkah dia mendapatkan cinta Zevan yang sama sekali tidak mencintainya atau dia harus pergi dan mengakhiri pernikahannya dengan Zevan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Temenan sama buaya
Jam pulang kantor jalanan lumayan padat, Zevan perlahan mengemudikan mobilnya menuju kantor Shela. Dia menepati janjinya untuk menjemput gadis itu, lebih tepatnya menjemput istrinya.
Mobil yang dikendarainya berhenti didepan sebuah perusahaan, belum terlihat batang hidung istrinya. Merogoh ponsel disaku jasnya, mencari kontak Shela melakukan panggilan.
Shela yang sudah bersiap pulang, meraih ponsel dari dalam tas nya. Tertera beberapa angka dilayar ponselnya, gadis itu belum menyimpan nomor suaminya membiarkan nomor itu tanpa nama.
"Halo!" sahutnya setelah menggeser layar ponselnya
"Kamu dimana? Aku udah didepan kantor kamu"
"Sebentar lagi aku turun" Shela memutus sambungan telponnya.
"Din, Ra, aku duluan ya, udah ditunggu di depan" pamit Shela pada dua sahabatnya.
"Iya, hati-hati ya!" pesan Dinda
"Shel, kalau kamu diculik cepat telpon kita ya" teriak Tiara
"Ra, kalau diculik suaminya ya biarin aja" tukas Dinda
"Tapi suaminya kan....." Tiara tidak melanjutkan ucapannya.
"Udah jangan khawatir, selama ini dia juga gak pernah macem-macem kok. Cuma gak pernah peduli aja. Sebenarnya aku juga bingung dia tiba-tiba berubah jadi peduli sama aku" jelas Shela
"Mungkin dia lagi marahan sama pacarnya" Tiara selalu berfikiran negatif tentang suami Shela, dia sangat benci dengan laki-laki yang suka selingkuh.
"Udah jangan dibahas lagi, aku duluan ya" Shela meninggalkan meja kerjanya dan melambaikan tangan pada kedua sahabatnya.
Keluar dari lobi perusahaan, Shela celingukan mencari dimana mobil Zevan. Setelah melihat mobil itu ada di depan gerbang, Shela segera menghampiri.
Melihat Shela berjalan kearah mobilnya, Zevan segera turun dan membuka pintu mobil untuk Shela. Shela mengernyit menatap Zevan yang tersenyum sangat manis padanya.
Sepertinya dia benar-benar salah minum obat atau kepalanya habis terbentur tembok.
"Kok ngelamun sih?" suara Zevan membuyarkan lamunannya.
"Eh... Gak kok cuma lagi capek aja" jawab Shela
"Oh ya, kamu gak pernah pakai kartu yang aku kasih ke kamu waktu itu?" Zevan tau kalau Shela tidak pernah sama sekali menggunakan kartu itu karena tak pernah ada notifikasi di ponselnya.
"Gak"
"Kenapa?"
"Gajiku masih cukup untuk biaya hidupku"
"Tapi semua kebutuhan mu tanggung jawabku sebagai suami"
"Aku cuma gak mau semakin banyak berhutang Budi sama kamu"
"Apa maksudmu?"
"Mama sudah banyak membantu biaya operasi Reyhan. Aku tidak mau lagi merepotkan mu membiayai kebutuhan hidupku, agar aku tidak merasa terlalu banyak berhutang budi pada kalian saat kita bercerai nanti" suara Shela pelan namun membuat hati Zevan seperti teriris.
Selama ini dia yang selalu gencar mengatakan akan menceraikan Shela, tapi disaat Shela yang mengucapkannya hatinya terasa sakit. Apa Shela juga merasakan hal yang sama saat dia mengucapkan kata-kata itu?
"Kalau gitu kamu simpan aja kartunya, itu udah hak kamu boleh kamu pakai sesuka kamu kalau lagi butuh" akhirnya Zevan tidak ingin memaksa.
"Loh... Ini kan bukan jalan pulang?" Saat Shela menyadari Zevan membawa mobilnya ke jalan yang berbeda. Dia panik teringat ucapan Tiara tadi, kalau Zevan menculiknya cepat telpon aku, pesan Tiara.
"Kok panik gitu? Kayak mau diculik aja?" Jawaban Zevan seolah mengerti kepanikan Shela.
"Emang kita mau kemana?"
"Jalan-jalan. Oh ya kamu lapar gak? Atau kita mau makan dulu?"
"Nanti aja aku belum laper"
Sekitar 20 menit, sampailah mereka disebuah taman dengan pemandangan indah dan menyejukkan. Ada sebuah danau di taman itu. Zevan memarkirkan mobilnya.
"Kita ngapain kesini?" Pertanyaan polos Shela terlontar begitu saja dari bibir mungilnya.
Kita mau kencan sayang, masa gak ngerti sih? Menggerutu dalam hati
"Mau lihat pemandangan, kayaknya disini pemandangan nya bagus" lain dibibir lain dihati.
"Iya bagus, aku mau lihat danau itu" Shela menunjuk danau yang berada tak jauh dari posisi mereka berdiri.
Mereka berjalan beriringan tanpa pegangan tangan, karena yang merasa ini sebuah kencana hanya Zevan. Sedangkan Shela berfikir ini hanyalah hiburan untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja. Setelah sampai di tepi danau Shela tersenyum sumringah, pemandangan matahari sore dengan sinar jingganya terlihat sangat indah.
"Aku suka senja" Nada suaranya terdengar sangat bahagia.
"Alasannya?" Zevan berdiri disisi kiri Shela dan menghadap menatap wajah Shela yang terlihat cantik dibawah langit sore.
"Karena senja mengajarkan kita keindahan tidak selalu datang lebih awal"
"Kalau gitu jadilah seperti senja, yang kehadirannya selalu dinantikan, dan kepergiannya selalu dirindukan"
"Berarti aku gak bisa seperti senja dong?"
"Memangnya kenapa?" tanya Zevan
"Kehadiranku aja gak pernah diharapkan, pasti kepergian ku juga gak akan ada yang merindukan"
Jleeb... Zevan terjebak dengan kalimatnya sendiri.
"Maaf, mungkin kehadiran mu memang gak pernah ku harapkan. Tapi...."
"Udah ahh kok jadi melow sih" potong Shela saat lelaki itu belum menyelesaikan kalimatnya. "Aku mau beli itu" tunjuk Shela pada stand jajanan yang berbaris menjual aneka makanan masa kini.
"Ayo kita kesana" Zevan meraih tangan Shela dan menuntunnya kearah stand penjual jajanan yang bertuliskan cilok.
"Gak usah pegangan segala, kita gak mau nyebrang" protes Shela saat Zevan seenaknya memegang tangannya.
"Takut kamu kesasar" jawabnya asal, yang mendengar hanya mendengus kesal.
"Mbak mau 2 porsi ya?" ucap Shela pada penjual cilok.
"Iya mbak, sebentar ya!" jawab mbak penjual cilok.
"Kok 2 emang kamu laper banget?" tanya Zevan
"Satunya buat kamu"
"Aku gak mau" tolak Zevan karena dia memang jarang memakan makanan masa kini yang menurutnya aneh.
"Ini enak tau, kamu harus cobain"
"Iya" akhirnya pasrah, dia bahagia bisa melihat Shela tersenyum. Karena selama ini Shela sangat jarang tersenyum saat bersamanya.
Setelah membeli beberapa macam cemilan dan minuman, mereka duduk disebuah bangku dibawah pohon. Shela menyeruput es capucino yang tadi mereka beli setelah memesan cilok.
"Kok gak dimakan?" tanya Shela karena cilok nya dia letakkan dibangku disamping nya.
"Makanan apa sih kayak gitu?"
"Ini cilok, masa cilok aja gak tau sih?"
"Tapi itu kenyal-kenyal gimana gitu, aku gak suka"
"Nih cobain dulu, ini enak" Shela menyodorkan sendok berisi cilok ke mulut Zevan. Lelaki itu membuka mulutnya dengan terpaksa ini kesempatan batinnya. Saat Zevan sudah memakan dari sendok yang ia sodorkan, baru ia sadar kenapa dia menyuapi lelaki itu.
"Maaf, aku jadi kebablasan soalnya kamu gak mau nyobain sih" Wajah Shela memerah menahan malu, gadis itu menunduk tak berani menatap wajah suaminya. Padahal suaminya sedang tersenyum, dia senang bukan kepalang disuapi istri yang mulai dicintainya.
Dia lucu banget sih kalau lagi malu-malu gitu. Zevan tersenyum penuh kemenangan.
"Tapi cilok nya jadi terasa enak karena kamu yang suapin"
"Kok aku denger suara buaya ya?" Shela meletakkan tangan nya dibelakang telinga seperti sedang mendengarkan sesuatu.
"Aku beneran loh, bukan lagi gombal"
"Emang aku percaya sama kamu? Pacar kamu itu gak eneg apa kalo digombalin terus?"
"Jangan bahas orang lain" Wajahnya berubah dingin saat Shela menyebut pacarnya.
"Kalian lagi berantem ya?" Bukannya berhenti malah semakin bertanya.
"Gak, udah aku lagi males ngomongin orang lain"
"Pasti beneran lagi berantem" masih bersuara sambil mengunyah cilok terakhirnya.
Santai banget nanya nya, gak ada cemburu-cemburunya sama sekali. Hufff...
"Ayo pulang udah mulai gelap" ajak Zevan agar gadis disebelahnya ini berhenti membahas pacarnya.
"Cilok kamu belum dimakan loh" tunjuk Shela ke wadah cilok yang belum disentuh.
"Males, gak enak"
"Tadi katanya enak?"
"Tadi karena kamu suapin makanya enak"
"Dihh males banget temenan sama buaya"
"Apa? Temenan? Aku ini suamimu Shela? Zevan mengingatkan statusnya.
"Iya suami sementara" Shela sudah berdiri dan berlalu meninggalkan Zevan dibangku tempat mereka duduk.
"Aku hamilin aja kali ya biar jadi selamanya" Bisiknya ditelinga Shela saat dia sudah mensejajarkan langkahnya.
Plak....
.
.
.
.
Bersambung
Ngaco banget dah si Zevan 😂
mampir
thor