Putri Kirana
Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.
"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.
Rama Adyatama
Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.
Kala Cinta Menggoda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Hadapi Masa Kini
Flashback on
"Gimana caranya saya bisa pulang? Istri saya sudah menunggu di rumah." Krisna berkata datar. Ia masih berada di klinik bersama Mang Ade dan Kartika. Dara sudah melewati masa kritis dan diharuskan rawat inap. Pernikahan tak diharapkan yang baru hitungan jam itu ingin sekali dibatalkannya. Namun kedatangan Pak RT dan satu warga yang menyusul ke klinik seolah tengah mengawasi.
Kartika menundukkan wajah. Dara tengah tertidur sehingga ia leluasa duduk bertiga di luar kamar perawatan.
"Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Di sini saya juga sama sebagai korban fitnah. Sama sekali tidak mengharapkan pernikahan ini."
"Solusi dari saya. Bawa kami keluar dari kampung. Saya sudah kenyang dengan hinaan dan cemooh tetangga. Karena almarhum bapak saya tukang judi, sampe saya dipaksa nikah dengan bapaknya Dara untuk bayar utang judi. Saya kenyang dihina oleh istri tuanya yang menganggap saya sebagai pelakor. Akhirnya saya dicerai saat Dara berumur sebulan."
"Tadi saja gimana sinisnya mata tetangga melihat saya naik mobil Anda, Pak. Imej saya makin buruk saja dengan kejadian di tenda tadi. Hanya Pak RT yang masih ada silsilah kerabat, yang berlaku baik, warga lain menganggap saya pembawa sial. Jadi, saya mohon bawa pergi kami dari sini. Dan setelah itu Bapak bisa ceraikan saya." Kartika menyusut sudut mata yang berair dengan ujung jilbabnya.
Krisna dan Mang Ade saling pandang. Kemudian sopir itu mengajak majikannya menjauh. Bicara empat mata.
"Pak Kris, saya lihat tidak ada kebohongan di mata Kartika. Dari awal berada di rumah Pak RT saya lihat sorot matanya redup penuh kesedihan. Gimana kalau saya bawa aja ke Tasik. Tinggal sementara sama istri saya."
"Saya gak pernah memandang mata wanita secara mendalam selain kepada Ratna seorang. Kalau menurut Mamang itu baik, lakukan saja. Saya ingin segera pulang."
"Baik, Pak. Sebentar saya telepon istri dulu." Mang Ade nampak berbicara serius dengan istrinya via telepon. Dan berakhir dengan kelegaan. Istrinya siap menampung.
Semua rencana dibicarakan dengan Pak RT jika Kartika dan anaknya akan dibawa pindah esok hari. Dengan jaminan Mang Ade yang tetap berada menemani Kartika, Krisna bisa pulang ke Jakarta sore itu juga mengendarai mobilnya. Sementara Mang Ade dan Kartika esoknya berangkat ke Tasik menggunakan bus.
Flashback off
Tak terasa perbincangan serius ayah dan anak sudah menghabiskan waktu dua jam lamanya. Dan belum usai.
"Saat Papi pulang, Papi bersiap untuk ceritakan semua yang terjadi sama Mami. Tapi malah Mami lebih dulu cerita jika ada kabar buruk dari Ciamis. Anjar, suaminya Ratih ketahuan punya istri muda di Tangerang. Anjar diam-diam menikah lagi sudah 2 tahun lebih dan punya anak bayi."
"Papi urung cerita karena sikon tidak pas. Ditambah Mami pake ngancam-ngancam kalau kelakuan seperti Anjar, Mami akan gugat cerai. Papi gak mau itu terjadi."
"Papi tidak tinggal diam. Besoknya bersiap nyuruh orang untuk selidiki siapa yang udah jebak Papi. Tapi keduluan Rio yang menelpon Papi. Kagetnya lagi, dia mengaku dalang dibalik penggerebekkan kemarin."
Rama yang sedari tadi diam menjadi pendengar, nampak terkejut.
"Gila....benar-benar gak nyangka. Papi kira dia teman baik, ternyata menusuk dari belakang. Dia blak-blakan sejak dulu menyukai Mami kamu, Rama. Kalau gak dapat orangnya, ya hancurin rumah tangganya. Dia bilang seperti itu." Krisna mengusap wajah diiringi helaan nafas kasar.
"Breng sek, Om Rio. Jahat sekali dia." Rama menggeram marah. Rasa kesalnya kepada sang ayah mulai terkikis seiring makin terkuaknya kebenaran.
"Rio punya foto dokumen nikah siri Papi dan foto dalam tenda itu. Siap dikirimkan tak hanya pada Mami dan sama Enin tapi juga ke media, jika tidak mengikuti permintaannya."
"Jadi si Rio memaksa Papi untuk menikahkan aku sama Zara. Kalau tidak----"
"Jauh sebelum itu, selama enam tahun ini Rio memeras Papi." Krisna memotong ucapan Rama. "Papi harus setor uang tutup mulut ke rekening dia, 30 juta tiap bulannya."
"APA?!" Rama jelas terhenyak dengan nada tinggi.
"Papi rela kehilangan duit daripada kehilangan senyum di wajah Mami. Apalagi ucapan Enin selalu terngiang, kalau Papi harus bahagiakan Mami lahir dan batin. Tapi percayalah, nak. Allah selalu menolong orang yang terdholimi. Rejeki Papi terus meningkat. Tidak sampe menjual aset meski terus-terusan diperas."
Krisna menyeruput sisa kopinya yang sudah dingin sebelum melanjutkan cerita lagi.
"Bibi Ratih menggugat cerai Anjar. Setelah Ratih resmi bercerai, Enin menjadi sakit-sakitan karena ikut sedih memikirkan nasib bibimu itu. Membuat Papi makin yakin memendam masalah ini sendirian." Krisna mendesah berat.
"Lalu nasib pernikahan siri Papi gimana?" tanya Rama masih dipenuhi keingintahuan karena sang ayah belum membahas lagi.
"Kesibukan bekerja membuat Papi lupa dengan Kartika. Dua minggu berada di Tasik, Bi Isah menelepon Mang Ade mengabari jika Dara sakit dan harus dibawa ke Bandung. Pas sekali Papi akan berangkat juga ke Bandung. Sekalian saja akan menyudahi urusan dengan Kartika."
"Ternyata Dara kritis lagi. Kala itu penyakitnya penyumbatan jantung. Kasihan sekali umur 2 tahun sudah harus mengalami sakit yang berat. Papi tanggung jawab semua biaya pengobatan Dara."
"Dua hari kemudian Dara lepas dari masa kritisnya. Di rumah sakit itu, disaksikan Mang Ade dan Bi Isah, Papi memeluk sebentar Kartika sebagai empati agar sabar dan kuat dengan kenyataan jika imum Dara lemah sehingga rentan terkena penyakit. Kemudian Papi jatuhkan talak karena Kartika juga memintanya."
"Urusan Papi dengan Kartika selesai. Tapi Papi sesekali menyantuni Dara dititipkan lewat Mang Ade untuk menopang biaya nutrisinya. Niat Papi murni semata-mata menolong."
"Saat Dara umur 5 tahun, Mang Ade mengabari jika anak itu dirawat di rumah sakit kena DBD. Saat itu mang Ade udah pensiun jadi sopir. Dan Papi waktu itu pas lagi ada di rumah Enin."
"Papi terpaksa berbohong sama Mami, pergi ke Tasik alasannya untuk bertemu teman. Karena terlanjur selama ini menutupinya. Terlanjur terperangkap dalam dusta yang terpaksa."
"Kedatangan Papi membuat Dara ceria dan bersemangat. Papi merelakan Dara memanggil "Papi" semata untuk memotivasi kesembuhan. Bukan mendahului kehendak Allah. Tapi Papi memprediksi umur Dara tidak akan panjang. Makanya Papi ingin memberinya kebahagiaan."
Rama masih menyimak dalam diam dengan pandangan fokus ke papinya. Mengabaikan ponsel di meja yang di silent, layarnya menyala menampilkan nama Zara.
"Dan kemarin menjadi akhir dari kebohongan. Papi bilang sama Mami meeting dengan relasi di Tasik. Kamu ingat saat waktunya pulang ke Jakarta tapi Papi masih di luar?!"
Rama nampak berpikir sejenak. "Oh iya ingat. Waktu ban mobil Papi kotor banyak tanah kan?!"
Krisna mengangguk. "Papi dikabari Mang Ade kalau Dara kritis. Lagi-lagi anak itu kena DBD dan trombositnya jauh menurun. Feeling Papi sudah gak enak. Papi menjenguknya di ICU rumah sakit. Dara hanya sadar sebentar saat Papi datang. Anak itu bahagia sekali melihat ada Papi. Tersenyum.....tapi tak lama nafasnya tersengal. Dara meninggal dalam damai dan senyum.
Rama terpekùr. Dapat merasakan kesedihan jika ia saat itu berada di tempat yamg sama. Sekaligus dilema. Masalah Papinya menjadi rumit karena terus berbohong untuk menambal kebohongan yang lalu.
"Papi mengantar Dara sampai peristirahatan terakhir. Semua biaya rumah sakit dan pemulasaraan Papi tanggung. Berharap Allah akan berbelas kasih memaafkan perbuatan Papi yang selama ini menyimpan rahasia dari Mami kamu, Rama." Krisna mengusap lagi wajahnya diiringi helaan nafas panjang.
"Dan sekarang waktunya kamu tahu, Rama. Papi sebenarnya tidak sungguh-sungguh menjodohkan kamu dengan Zara. Papi hanya mengikuti permainan Rio yang tak lagi memeras asal berganti perjodohan."
Rama membelalakkan mata.
"Mana mungkin Papi mengorbankan kebahagiaan anak-anak demi keegoisan. Yang ada sebaliknya. Papi yang akan berkorban untuk kebahagiaan anak dan istri."
"Pi----"
"Rama, Papi sangat lega sudah mengeluarkan semua beban yang Papi genggam selama ini. Sudah waktunya sekarang memberi tindakan tegas pada Rio. Papi sangat menunggu momen ini. Dan Papi harap kamu bisa bantu."
"Pasti, Pi. Om Rio harus kena batunya. Tapi sebelum itu, Papi harus bicara jujur sama Mami. Meskipun terlambat, tapi itu lebih baik daripada terus-terusan ada yang mengganjal di hati Papi. Aku harap sebelum ramadhan tiba, masalah Papi sama Mami selesai."
"Gimana cara Papi memulainya?!" Krisna sungguh sudah berada dalam puncak lelah hati dan pikiran. Sama sekali tidak ada ide.
"Ajak Mami liburan ke pantai. Ke Lombok misalnya. Bicarakan semuanya di sana. Pokoknya Papi harus sukses membuat Mami tetap percaya sama kesetiaan Papi!"
...***...
Rama menghempaskan tubuh di ranjangnya yang empuk. Panjang lebar rahasia yang diceritakan papinya tadi siang, membuat ia harus merubah lagi rencana awal. Tidak bisa segera memutuskan Zara. Ia harus bersabar... Ada rencana baru yang sudah disusunnya bersama Papi Krisna.
Rama pun sudah meminta maaf karena selama setahun ini sikapnya yang memusuhi. Tentu saja Papi Krisna memaafkan dengan lapang dada. Memaklumi prasangka buruk anaknya selama itu.
Ia lantas bangun. Melangkah untuk membuka jendela balkon. Menengadah menatap langit pekat dengan taburan bintang yang semarak indah. Angannya berpindah arah membayangkan rupa cantik seorang mojang yang belum tergapai hatinya.
Puput lagi ngapain ya....