NovelToon NovelToon
Hate Is Love

Hate Is Love

Status: tamat
Genre:Romansa / Tamat
Popularitas:6.2M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.

Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.

Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.

"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.

"Dasar tukang ngomel!"

"Apa kamu bilang?"

"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Caring

“Opa Kevin sedang mencoba menjodohkan Aya dengan dokter Rafa. Tapi sepertinya pria tua itu kesulitan. Kamu bisa kasih tahu informasi soal dokter Rafa?”

Irzal terdiam sejenak. Dokter Rafa adalah seorang duda tanpa anak. Istrinya sudah meninggal tiga tahun lalu. Dan sampai saat ini masih betah menyendiri karena belum bisa melupakan mendiang istrinya. Sudah banyak dokter atau suster yang mencoba mendekati, namun hasilnya nihil.

“Apa kamu punya ide bagaimana cara mendekati dokter Rafa? Apa saja kesukaan atau hobinya? Bagaimana istrinya dulu?”

“Kalau menurutku, lebih baik Aya mencari tahu sendiri tentang dokter Rafa. Jadilah diri sendiri, jangan berusaha menjadi almarhumah istrinya, karena itu hanya akan memperdalam perasaan dokter Rafa pada istrinya.”

“Hmm.. kamu benar. Apa dia suka dengan gadis agresif atau pendiam?”

“Setahuku, istri dokter Rafa itu pendiam dan lemah lembut.”

“Aya juga sedikit pendiam, tapi kalau lemah lembut, kakek ngga yakin, hahaha…”

“Bukankah lebih baik kalau sifat mereka berbeda?”

“Iya, kakek setuju.”

Sebuah mobil berhenti di depan kediaman Abi, menjeda percakapan kedua orang tersebut. Panjang umur, ternyata orang yang dibicarakan datang. Dayana turun dari mobil lalu menghampiri kakeknya.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Kakek sehat?”

“Alhamdulillah.”

Dayana mencium punggung tangan dan pipi sang kakek, lalu duduk di dekatnya. Dia melihat pada Irzal yang hanya memandanginya tanpa ekspresi.

“Kamu sudah mengenal Irzal?” tanya Abi.

“Udah, kek.”

“Irzal ini kenal dokter Rafa loh.”

“Masa?”

Mata Dayana langsung berbinar ketika mendengar nama Rafa. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke dekat Irzal. Siapa tahu saja pria yang digadang-gadang menjadi calon suami sepupunya ini bisa memberikan informasi penting soal Rafa.

“Abang tau ngga makanan kesukaan dokter Rafa?”

“Tau.. dia suka dodol Cina.”

“Hah? Masa sih?” Dayana menggaruk kepalanya.

“Warna kesukaannya apa?”

“Coklat.”

“Dia suka nonton film apa?”

“Shinbi House.”

“Minuman kesukaannya apa?”

“Bajigur.”

Dayana kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Keningnya berkerut mendengar jawaban dari Irzal. Apa jawaban yang dikatakan pria itu benar adanya. Dia melirik pada Abi yang tidak bereaksi apa-apa. Kemudian melihat lagi pada Irzal yang tengah menyeruput tehnya.

Kok jawabannya aneh, ya. Tapi masa sih bang Irzal bohong. Dia kayanya ngga jahil kaya bang Zar. Mesti gue tes dulu nih, bener ngga yang dia bilang. Antara yakin sama ngga sih. Tapi ngga apa-apalah gue coba dulu.

🍁🍁🍁

Sambil berlari Renata memasuki lobi rumah sakit. Dia baru saja mendapat kabar dari Fathir kalau sudah menemukan Damar dan Dygta. Kedua anak tersebut ditemukan dalam kondisi yang tidak baik. Mereka ditinggalkan begitu saja di sebuah gudang kosong yang ada di daerah Purwakarta. Sudah tiga hari tidak makan dan hanya minum dari tetesan air hujan.

Damar dan Dygta langsung mendapatkan pemeriksaan menyeluruh. Aqeel sendiri yang memeriksa kedua anak tersebut, termasuk memeriksa apakah organ tubuhnya masih utuh. Untung saja orang tua palsu yang mengadopsi anak kembar tersebut keburu tertangkap. Mereka memang sudah bersiap untuk menjual kedua anak itu untuk diambil organnya.

Pintu ruang rawat Damar dan Dygta terbuka dengan kasar. Renata masuk kemudian mendekati bed mereka yang berdekatan. Dipeluknya satu per satu adik pantinya itu. Airmata tidak berhenti mengalir di pipinya. Sundari, wanita yang bertugas mengurus panti juga hanya bisa menangis. Seharusnya dia memeriksa lebih lanjut sepasang suami istri laknat tersebut.

“Maafin kakak… karena kakak kalian jadi korban. Maafin kakak,” ujar Renata di sela-sela tangisnya.

Pintu kembali terbuka, Aqeel masuk untuk memeriksa kondisi Damar dan Dygta. Dia cukup prihatin begitu kedua anak itu datang ke rumah sakit. Pria itu mendekati bed Damar lebih dulu.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Aqeel ramah.

“Baik, dok.”

“Tidak ada yang sakit?”

“Ngga.”

“Syukurlah. Makan yang banyak, jangan lupa istirahat,” Aqeel mengusak puncak kepala Damar.

“Dokter.. kita bakalan lama ngga di sini? Aku kangen teman-teman di panti,” celetuk Dygta.

Aqeel berpindah tempat. Dia segera menuju bed Dygta. Ditariknya kursi yang ada di sana kemudian mendudukkan diri di dekat bed anak itu.

“Kalau keadaanmu sudah membaik, kamu boleh pulang.”

“Aku udah bolos sekolah tiga hari. Bu guru marah ngga ya?”

“Bu guru ngga akan marah. Nanti dokter yang bilang ke bu guru.”

“Benar ya dokter?”

“Iya.”

Sebuah senyuman dilemparkan oleh Aqeel. Dua saudara kembar ini baru berusia enam tahun. Aqeel tak bisa membayangkan kedua anak ini pasti ketakutan saat dikurung di gudang kosong selama tiga hari. Mengingat itu tentu saja membuatnya geram. Pandangannya kemudian beralih pada Renata.

“Kamu baik-baik aja?”

“Iya, bang.”

“Lain kali jangan bertindak gegabah. Kalau ada sesuatu langsung ceritakan pada kami.”

“Iya, bang.”

“Saya permisi dulu bu Sundari.”

“Iya, dok. Terima kasih.”

Aqeel bangun dari duduknya kemudian keluar dari kamar. Di luar dia bertemu dengan Fathir dan langsung mendekatinya. Pria itu mendengarkan laporan yang dikatakan oleh wakil pimpinan keamanan keluarga Ramadhan tersebut pada Elang via telepon. Melihat Fathir sudah selesai melapor, Aqeel mendekatinya.

“Di mana kedua orang itu?” tanya Aqeel.

“Di markas, dok. Pak Elang sudah berangkat ke sana.”

“Kerja bagus. terima kasih sudah menemukan mereka tepat waktu.”

“Sama-sama mas. Kalau begitu saya permisi dulu. Saya harus kembali ke markas.”

“Iya, silahkan.”

Bertepatan dengan kepergian Fathir, Daffa datang bersama dengan Arsy. Kedua orang tersebut berbicara sebentar dengan Aqeel. Daffa nampak emosi mendengar apa yang dikatakan sang kakak. Dia langsung masuk untuk melihat keadaan Damar dan Dygta.

“Halo adik-adik abang yang ganteng,” sapa Daffa begitu masuk ke dalam. Dia menyingkirkan amarahnya begitu bertemu dengan mereka.

“Kak Daffa…” panggil keduanya bersamaan.

Daffa mendekati mereka, posisinya kini berada di tengah. Di sebelah kanan bed Damar, sebelah kiri bed Dygta. Kemudian dari saku jasnya mengeluarkan dua buah coklat kesukaan dua anak kembar itu. Wajah Damar dan Dygta berbinar melihatnya.

“Siapa yang mau ini?” tanya Daffa dengan dua coklat di tangannya.

“Aku..” Damar.

“Aku..” Dygta.

Daffa menyerahkan kedua coklat tersebut pada Damar dan Dygta. Setelah mengucapkan terima kasih, keduanya langsung membuka coklat tersebut. Daffa duduk di pinggir kasur, matanya terus memperhatikan dua anak itu yang tengah menikmati coklat pemberiannya. Kemudian dia melihat pada Renata.

“Lain kali, kalau ada masalah seperti ini, ceritakan pada kami. Apa kamu masih belum menganggap kami ini bagian keluarga kalian?”

“Maaf..”

“Apa kamu sudah meminta maaf pada Zar?”

“Sudah. Tapi sepertinya dia membeciku. Aku memang sudah keterlaluan memfitnahnya. Apapun sikapnya padaku akan kuterima dengan lapang dada.”

“Bersabarlah. Zar itu laki-laki yang baik. Dia pasti akan memaafkanmu.”

Renata menganggukkan kepalanya. Arsy yang berada di dekat pintu hanya memperhatikan apa yang dilakukan Daffa. Melihat Renata, perasaannya jadi sedikit melunak. Gadis itu memang sudah menuduh sang kakak, tapi itu dilakukannya dengan terpaksa. Apalagi ketika Arsy melihat Damar dan Dygta, gadis itu tahu bagaimana perasaan Renata.

“Bang..”

Perhatian Arsy teralihkan begitu mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Nampak Irzal datang mendekat. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah dalam kamar. Dia masih kesal pada Irzal. Dan tidak akan menegurnya, kecuali pria itu meminta maaf lebih dulu padanya.

“Damar sama Dygta baik-baik aja?” tanya Irzal begitu sampai di dekat Aqeel.

“Iya, kondisinya baik. Organnya juga masih utuh. Syukurlah Fathir bisa menemukan tepat waktu.”

“Alhamdulillah.”

“Kamu ngga ke markas?”

“Ngga boleh sama ayah.”

“Hahaha… bisa dibikin bubuk rangginang kalo kamu ketemu sama dua orang itu. Oh ya, soal Richie gimana? Sudah ketemu?”

“Belum. Kayanya ada yang membantunya.”

“Siapa? Orang tuanya?”

“Bukan. Orang lain.. aku curiga bu Tania.”

“Siapa tuh?”

“Ngga usah tau, ngga penting juga. Dia cuma cewek ganjen yang sering usaha godain ayah.”

“Bunda tahu?”

“Ngga.”

“Harusnya kasih tau. Biar disleding sama bunda, hahaha…”

Aqeel menepuk lengan Irzal kemudian berlalu dari sana. Irzal yang hendak masuk ke dalam ruangan terhenti ketika melihat Arsy yang berdiri di dekat pintu. Pria itu berjalan mendekat kemudian berhenti sebentar di dekat Arsy.

“Kamu ngga mau masuk?”

“Siapa kamu?” tanya Arsy ketus lengkap dengan wajah cemberutnya.

Irzal sama sekali tidak menanggapi perkataan Arsy. Dia langsung masuk ke dalam dan menghampiri Damar juga Dygta. Arsy bertambah kesal melihat sikap Irzal yang sepertinya sama sekali tidak memiliki dosa padanya.

“Halo jagoan abang.. bagaimana sudah baikan?”

“Sudah bang,” jawab Damar seraya tersenyum.

“Makannya jangan belepotan dong.”

Tangan Irzal menarik tisu di atas nakas kemudian mengusap sudut bibir Damar yang belepotan oleh coklat. Arsy sedikit tidak percaya melihat sikap Irzal yang begitu manis pada kedua anak itu, berbanding terbalik jika dengannya. Tapi dia juga bersikap manis dengan keponakannya, saat Arsy datang ke rumahnya dulu.

Cih.. giliran sama anak kecil bisa manis gitu. Kalo sama gue, gedekin abis, nyebelin tingkat dewa. Udah gitu ngga minta maaf lagi. Bener-bener bikin darting. Balik ah, males gue lihat dia.

Arsy membalikkan tubuhnya, kemudian meninggalkan ruangan tersebut. Dari sudut matanya, Irzal melihat gadis itu pergi. Pria itu melanjutkan percakapannya dengan Damar dan Dygta. Diam-diam Renata memperhatikan Irzal, namun tidak berani menegurnya. Dia masih takut pada pria itu.

“Abang pergi dulu, ya. Nanti sore, In Syaa Allah abang ke sini lagi. Kalian mau dibawain apa?”

“Pizza,” jawab Damar dan Dygta bersamaan.

“Ok.. pizza extra cheese, right?”

“Right!”

“Sekarang kalian istirahat.”

Kedua tangan Irzal mengusak puncak kepala Damar dan Dygta. Dia kemudian berpamitan pada Sundari dan hanya melihat sekilas pada Renata. Bersama dengan Daffa, dia meninggalkan ruangan.

“Arsy mana?” tanya Daffa seraya menengok ke kanan dan kiri.

“Udah pergi.”

“Ooh… dia empet kali ama abang, hahaha…”

“Emang gue salah apa?”

“Kamu naenya? Kamu bertanya-taenya? Hahaha…”

“Kampret.”

Sebuah toyoran mendarat di kepala Daffa, tapi sepupunya itu terus saja terpingkal. Keduanya kemudian masuk ke dalam lift. Diam-diam Daffa mengambil ponselnya lalu menanyakan di mana keberadaan Arsy. Ternyata gadis itu ada di rooftop.

“Aduh.. gimana ya,” ujar Daffa.

“Kenapa?”

“Tadi suster Mela kasih tau. Arsy tuh pesen iced cappuccino sama kue coklat di kantin. Eh tuh pesanan diembat sama dokter Genta. Suster Mela minta aku gantiin pesanan Arsy, dia takut disemprot Arsy. Tapi gue udah ditunggu papa di ruang operasi,” ujar Daffa tanpa melihat pada Irzal.

“Biarin aja. Nanti dia juga dia beli lagi. Masa cuma gitu doang marah.”

“Arsy gitu loh.”

Daffa keluar di lantai tiga begitu lift berhenti di sana. Dia harus bertemu dulu dengan Reyhan dan tim membicarakan operasi yang akan mereka lakukan setengah jam lagi. Irzal tetap bertahan di dalam lift sampai ke lantai dasar. Pria itu segera menuju kantin untuk memesan iced cappuccino dan kue coklat yang tadi disebutkan Daffa.

Dengan bungkusan di tangannya, Irzal keluar dari lift kemudian menaiki tangga yang membawanya ke rooftop. Daffa memberitahunya kalau Arsy ada di sana. Suasana rooftop siang ini cukup ramai. Irzal berjalan dengan mata menyapu keadaan di depannya, mencari keberadaan Arsy. Kemudian matanya menangkap Arsy tengah duduk sendiri di dekat pohon rindang. Dia segera melangkahkan kakinya ke sana.

Arsy terjengit ketika melihat sebuah tangan menyodorkan bungkusan berisi iced cappuccino dan kue coklat. Dia mendongakkan kepalanya dan melihat Irzal berdiri di sebelahnya. Karena Arsy tak kunjung mengambil bungkusan di tangannya, Irzal duduk di samping gadis itu. Dia mengeluarkan iced cappuccino kemudian memberikan pada Arsy.

“Terima kasih,” ujar Arsy seraya mengambil minuman tersebut. Pantas saja tadi Daffa menanyakan ingin dibawakan apa. Ternyata dokter residen itu mengirimkan sepupunya untuk membawa pesanannya.

“Ini kuenya,” Irzal menyodorkan kue coklat yang berada di kotak kecil transparan.

“Terima kasih lagi.”

Irzal mengeluarkan iced Americano dari bungkusan kemudian menyeruputnya pelan. Keduanya menikmati minuman tanpa berkata apa-apa. Arsy sibuk menerka-nerka, apa gerangan yang membawa Irzal menemuinya dan membawakannya minuman serta kue.

“Soal kejadian semalam, aku minta maaf kalau kamu tersinggung. Aku punya alasan sendiri melakukan itu.”

“Ngga apa-apa, lupain aja.”

“Tanganmu bagaimana?”

“Ada apa dengan tanganku?”

“Sepertinya kemarin aku menariknya terlalu keras.”

Refleks Arsy melihat ke pergelangan tangannya. Memang kemarin Irzal menariknya sedikit keras, tapi tidak meninggalkan bekas sama sekali. Gadis itu melihat kembali pada Irzal kemudian menggelengkan kepalanya.

“Tanganku ngga apa-apa.”

“Sekali lagi aku minta maaf.”

Sebenarnya Arsy tidak ingin langsung memberinya maaf. Tapi sikap Irzal yang manis mau tidak mau membuatnya menganggukkan kepala. Antara pikiran dan bahasa tubuhnya benar-benar tojaiyah alias bertolak belakang.

“Orang yang membawa pergi Damar dan Dygta sudah tertangkap?”

“Sudah. Mereka ada di markas sekarang.”

“Kamu ngga ke sana?”

“Maunya, tapi ngga boleh sama ayah.”

“Kira-kira mereka mau diapain?”

“Ngga tau. Tapi yang jelas mereka ngga akan aman.”

“Tapi kenapa kamu ngga boleh dateng sama om Elang?”

“Ayah sama bang Aslan sudah mengurusnya.”

“Ehmm… mungkin bang Aslan lebih manusiawi ya dari pada kamu, hahaha…”

“Oh ya? Kamu belum tau bang Aslan.”

“Emang kenapa bang Aslan?”

“Ngga usah kepo. Kamu juga bukan istrinya.”

“Ish…”

Mata Arsy mendelik pada pria di sebelahnya. Tapi Irzal terlihat santai dan terus menyeruput kopinya. Arsy mengalihkan pandangannya ke kotak kue pemberian Irzal. Dibukanya kotak tersebut kemudian memotong dan memasukkan ke dalam mulutnya.

“Ehmm.. enak. Kamu mau?”

“Ngga.”

“Cobain dulu, enak loh.”

“Ngaa..”

Arsy langsung memasukkan sendok berisi kue ke dalam mulut Irzal. Senyuman tercetak di wajah cantik gadis itu. Irzal terpaksa mengunyah kue yang sudah kadung masuk ke dalam mulutnya.

“Enak kan?”

Tangan Arsy kembali menyuapkan potongan kue ke mulutnya dengan pandangan menatap lurus ke depan. Irzal menyunggingkan senyuman tipis. Sikap Arsy selalu bisa membuatnya terkejut.

🍁🍁🍁

Uhuk.. Udah suap²an..

Gimana part Bibie sama Arsy udah cukup? Kalau belum, sabaarrr nanti juga mereka nongol lagi, tapi ngga tau ya mereka uwu²an lagi atau ribut🤣

1
Mimi Sanah
ya Allah hahahaha bales dendam terseruh 😃😃😃😃
Mimi Sanah
gaweannya pingsan Bae kamu diki hahahaha 😃😃😃
Mimi Sanah
kok jantung ku bertabuh yah 😀😀😀😀
Mimi Sanah
ini setan apa sule 😀😀😀😀
Mimi Sanah
tamar oh tamar aku yakin dia pawang mu stel 😀😀😀
Mimi Sanah
itulah titisan mu ke , masa muda mu mulut mu pedes level seribu kek 😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
hahahaha modus kek'bi mah biar rencananya mulus😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
yg penting cerita nya bagus dan nyambung di otak ku Thor 😁😁😁🙏🙏🙏🙏
Mimi Sanah
titisan kakek Abi 😀😀😀😀
Sulisbilavano
gantengnya cantiknyaaa
Sulisbilavano
kok rakan kyk zain ya...bpk agen rahasia sebelah🤭🤭🤭
Sulisbilavano
cantik dan ganteng
Sulisbilavano
thor aku baca ini dah ke3 kalinya ngak bosen aku baca ini...novelnua baguuus bgt
Wiwie Aprapti
boleh lahhhhh idenya kakek abi
Wiwie Aprapti
saat ini juga ada pelatihan bultang yg di sponsornya Taufik hidayat kak, semacam akademi gitu, ada beberapa muridnya yg udah bertanding profesional namun blom ada yg di rangking teratas sihhh
Wiwie Aprapti
wehhhhhh...... paksu mana...... paksu.... pengen ngajakin bikin telor gulung sosis nihhhh🤣🤣🤣🤣🤭😛
Wiwie Aprapti
kannnnnnnn iya kannnnnnn hutang 🤭
Wiwie Aprapti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣kalo yg ini mungkin ngutang 🤭🙃😁😛
Wiwie Aprapti
alhamdulillah.... aku sama paksu udah 2 kali kesini kak, gara-gara rekomendasi kakak, aku dan keluargaku jadi tau tempat indah yg ga jauh-jauh dari Jakarta jadi sekalian aku ajak liburan keluarga paksu sama keluarga ku ke tempat yg udah kakak rekomendasi, fulll cakep banget. . 👍👍🙏
Wiwie Aprapti
kak.... waktu bulan puasa tahun ini, paksu kan di pindah tugas ke Jakarta, awal puasanya selama seminggu kita ke Geopark cileutuh, aku penasaran sama semua tempat yg Arya kunjungi, ternyata memang benar Indah bangett.... terimakasih ya kak, buat info tempat wisata yg ada di sekitar Bandung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!