Akibat hubungan toxic Ameera sering kali tidak fokus dalam berbagai hal, sang kekasih selalu membuntutinya bahkan menghubunginya setiap saat.
Hal itu berakibat fatal pada malam saat saudari kembarnya meminta Ameera untuk mengantarnya menemui sang suami, akibat mengangkat telepon dari kekasihnya Ameera lalai mengemudikan mobilnya hingga terjadilah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa saudari kembarnya.
Ambeera wafat saat usia kandungannya delapan Minggu, hal itu membuat Ameera dihantui rasa bersalah yang amat sangat besar! Terlebih lagi Liam yang merupakan suami dari Ambeera mengalami depresi parah akibat kematian istri dan calon anaknya.
Liam hanya bisa ditenangkan ketika melihat wajah Ameera, karena itu keluarga besar keduanya memutuskan untuk menjadikan Ameera istri pengganti untuk Liam, siapa sangka ketika depresinya sembuh Liam tidak bisa menerima bahwa Ameera lah yang kini menjadi istrinya.
Ameera harus sabar setiap kali Liam berlaku kasar padanya, baik secara verbal maupun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Liam terkekeh mendengar perkataan Ameera, rupanya Ameera setuju untuk bercerai darinya kali ini! Seharusnya hatinya merasa menang dan juga merasa senang akhirnya Ameera menyerah juga tapi kenapa Liam merasa ada perasaan mengganjal dihatinya mendengar perkataan Ameera.
Masih berdiri ditempat yang sama Liam masih terdiam! Terdengar suara Ameera yang sedang memberikan perhatian pada Charles.
"Char, apa sakit? Kita ke apotik ya!"
Tak ingin memanfaatkan momen berharga ini, Charles pun ingin bermanja-manja pada Ameera.
"Iya Ra aw, aduh sakit sekali Ra isi dalam perutku seperti mau keluar ini Ra!"
"Astaga Char, ayo kita masuk ke mobil kau harus segera obati!"
Ameera memapah Charles masuk kedalam mobil. Hingga mobil Charles sudah melaju meninggalkan tempat tadi sementara Liam masih berdiam diri ditengah hujan dan ditempat yang sama.
Tak sedikitpun Ameera menoleh kearah jendela untuk melihat suaminya itu. Entahlah kenapa kedua kakinya membeku sulit untuk beranjak pergi, seolah ada sesak yang tak dapat diungkapkan oleh Liam. Dia hanya mampu berdiri ditengah hujan setelah mendengar Ameera setuju untuk bercerai darinya.
"Ini kan yang aku inginkan? Dia udah sangat terluka oleh mu Liam, lalu kenapa? Kenapa terasa sesak?
"Seharusnya aku bahagia sekarang! Ya, aku harus bahagia sekarang, karena sebentar lagi aku akan bercerai dari Ameera!" Liam terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang inilah yang dia inginkan selama ini, yaitu perceraian dan dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa bercerai dari Ameera adalah kebahagiaan.
Hari itu Ameera mengobati memar diperut Charles disebuah apotik, pikiran Ameera terasa kosong dan melayang tak jelas apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya.
"Ra,"
"Hmm,"
"Kau yakin mau bercerai dari Liam?"
"Iya aku yakin Char, sekeras apapun aku berusaha menahannya atau mengulur-ulur waktu, aku rasa endingnya akan tetap sama dihati Liam hanya ada rasa benci untuk ku!"
Charles pun menggenggam kedua tangan Ameera.
"Ra, apapun keputusan mu nanti aku akan selalu ada untukmu, aku sungguh-sungguh mencintai mu Ra!"
"Charles, aku harus pulang sekarang! Aku rasa banyak wanita diluar sana yang pasti lebih baik dariku, tolong jangan tunggu aku!"
"Tidak apa-apa kau menolak Ki untuk saat ini Ra, aku juga tidak akan terus mendesak mu kita ikuti saja jalan takdir yang sudah disiapkan didepan kita, kalau jodoh tak akan kemana bukankah begitu?"
Ameera pun tersenyum mendengar perkataan dewasa Charles. Laki-laki ini sudah banyak berubah dibandingkan satu tahun lalu saat keduanya dijodohkan.
"Ngomong-ngomong aku antarkan kau ke rumah Dady El kan?"
"Tidak, antar aku ke rumah suami ku Char!"
"Hah? Tapi bukannya kau sudah sepakat bercerai darinya? Kenapa pula masih pulang ke rumah laki-laki itu?"
"Tidak apa-apa Char sampai ada keputusan pengadilan aku masih istrinya, jadi aku harus tetap pulang ke rumah suamiku!"
Charles pun merasa kagum dengan sikap Ameera bahkan dia masih bisa tersenyum dan masih mau tinggal di rumah Liam yang sudah jelas-jelas terlalu sering menyakiti hatinya! Tapi itulah Ameera, wanita luar biasa karena tidak semua wanita bisa sabar seperti dirinya.
Setelah mengobati lukanya, Charles mengantar Ameera pulang ke rumah Liam! Hujan pun sudah reda, dan Ameera turun dari mobil Charles kemudian masuk kedalam rumah karena pakaiannya harus segera diganti.
Terlihat mobil Liam tidak ada di halaman rumah, itu artinya Liam belum pulang juga sejak tadi. Ameera merasa resah karena tadi pun pakaian Liam basah kuyup, jika sampai sekarang dia belum juga pulang Ameera takut Liam sakit.
Namun untuk menghubungi Liam pun Ameera tidak berani karena tau suaminya itu pasti tidak akan mau mengangkat panggilan telepon darinya.
Saat Ameera sedang mandi, mobil Liam sudah datang! Dengan tubuh yang membiru karena kedinginan sejak tadi dia tetap berada didekat pemakaman Liam berjalan sempoyongan.
"Tuan, anda sakit? Wajah anda pucat Tuan, mari saya bantu keatas!" ujar salah seorang security.
"Saya akan panggilkan Dokter agar segera datang kesini Tuan!" ujar security satunya lagi.
"Tidak perlu! Aku mau istirahat di kamar, dan aku bisa sendiri tidak usah bantu aku!"
"Tapi Tuan!"
Liam kekeh ingin berjalan sendiri menuju kamarnya meskipun dengan sempoyongan karena pandangan kedua matanya sudah tidak jelas melihat sekelilingnya. Didalam kamar Liam langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang tanpa mengganti pakaiannya.
Setelah terkena air hujan memang paling pas bila segera dibasuh oleh air di rumah, tubuh jadi lebih segar dan badan pun terasa enak! Ameera keluar dari dalam kamar mandi, lalu memakai pakaian rumahan yang nyaman dia kenakan.
Tok.
Tok.
Tok.
Klek..
Dibukanya pintu kamar oleh Ameera karena ada yang mengetuk.
"Nona, tolong lihat Tuan di kamarnya dia sakit nona!" ujar security.
"Tuan? Apa Liam sudah pulang?"
"Iya baru saja dan wajahnya pucat, tapi Tuan menolak ketika saya bantu untuk ke kamar ataupun memanggil Dokter!"
"Liam," lirih Ameera buru-buru Ameera menuju kamar suaminya itu.
Terlihat sepatu masih terpasang dikaki Liam, pakaian juga masih pakaian yang basah saat tadi kehujanan. Ameera segera melepaskan sepatu serta kaos kaki yang sudah basah kuyup itu.
Setelah itu Ameera memegang dahi suaminya yang sedang tertidur dengan wajah yang pucat dan bibir membiru.
"Astaga Am, kau demam!" Ameera sangat khawatir atas keadaan Liam yang demam tinggi seperti ini.
Satu persatu kancing kemeja Liam yang basah dibuka oleh Ameera.
Kenapa Am? Kaget ya akhirnya Ameera setuju juga untuk cerai?