kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbeda
"Al, ayo"
"ii--iya, mas" Tolong siapapun bantu Alya untuk menyakinkan dirinya, jika Naila tidak semenyeramkan itu.
Alya mengekor di belakang Rafa, telapak tangan nya semakin dingin.
"Pagi, pak"
"pagi pak" sapa satpam, dan pekerja di rumah megah Rafa, mereka mengambil alih koper Milik alya yang tadi di geret Rafa.
"Al, sini" Rafa menarik lengan Alya agar wanita itu berjalan di sampingnya, ia genggam tangan kecil milik Alya
"kamu gugup?"
Alys hanya menatap rafa, tidak memberikan respon lebih
"nggak usah takut, Naila baik"
"mas" keduanya beralih menatap wanita yang berjalan mendekat, Naila tersenyum hangat menyambut kedatangan suami dan madunya, ia Salimi tangan Rafa seperti biasa, tapi tidak sekalipun Naila menatap Alya.
"masuk, mas"
"nggak usah nai, mas langsung berangkat, mas titip Alya ya, kalian akur-akur"
"iya mas, kamu nggak usah kawatir " Naila melirik kedua tangan manusia di depannya yang tidak terlepas sama sekali, sadar akan fokus naila, Rafa melepas tautan tangannya dengan Alya.
"ya udah, mas berangkat sekarang ya nai" Naila mengangguk,
"Al, kamu baik-baik di sini bareng Naila, ya. saya pergi dulu "
"ii--iya mas" kedua wanita itu memandangi suami mereka yang mulai menjauh, Naila kembali masuk ke dalam rumah, tanpa sedikitpun berniat mengajak Alya bicara atau sekedar basa basi saja, semakin takut lah Alya melihat raut wajah datar Naila Padanya
Alya meneguk salivanya, ia dengan takut - takut mengekori Naila, wanita itu duduk kembali di kursi makan, ia kembali melanjutkan sarapan paginya yang tertunda, ia abaikan kehadiran Alya di depannya.
"m--mbak" Naila mengangkat wajahnya, ia tatap Alya dingin.
"maaf Mbak, kamar saya di mana ya"
"BII, bii Inah!" bukannya menjawab, Naila justru berteriak memanggil pelayan di rumah nya.
"bi, ruangan di samping kamar bibi kosong kan?"
"iya, Bu"
"ada kasurnya?"
"iya buk, kasur bekas intan" salah satu pelayan di rumah Naila yang sudah tidak bekerja di sana lagi.
"bi, antar dia ke sana" Naila sungguh enggan menatap Alya. Tidak ada satupun yang tau status Alya sebagai istri kedua dari Rafa, Alya mengikuti perempuan berumur hampir lima puluh tahun itu.
Alya memperhatikan sekitar, ruangan yang berada di samping dapur, ruangan kecil dengan kasur tipis di dalamnya, hanya ada kipas sebagai penyejuk. Alya kesusahan membawa koper besarnya.
"sekarang kamu tidur di sini ya, di sebelah itu kamar saya, kamu bisa panggil saya bi Inah "ucap bi Inah ramah, ia mengira Alya pelayan baru di sana.
"kamu bisa beresin barang-barang kamu dulu, nanti saya panggil untuk nyiapin makan siang buat ibu Naila"
"ibu Naila sudah bilang sana saya, kalo bakalan ada pembantu baru buat gantiin intan... pembantu yang satu bulan lalu resin"
sekarang Alya paham kenapa ia di bawa ke ruangan kecil ini, ia hanya di anggap pembantu ternyata, lucu sekali, tapi Alya juga tidak ingin kehadirannya dianggap, tapi ia hanya tidak menyangka, jika wanita yang selalu Rafa sebut baik tega memperlakukannya seperti itu.
"makasih ya buk, kalo gitu saya masuk beresin barang-barang dulu"
"iya Al, kita akan jadi partner kerja, kamu Santai aja, ya... sama saya"
"iya bi"
....
Alya baru saja selesai dengan pakaiannya, rasa lelah belum lagi hilang, tapi ia harus bergegas karena bi Inah memintanya bersiap untuk berbelanja bahan dapur bersamanya.
"Gini banget nasib gue jadi istri ke dua" Alya menghembuskan nafas berat sebelum keluar.
di luar ia berpapasan dengan Naila yang ingin ke dapur, Alya tersenyum ramah pada wanita itu, tapi justru sebaliknya, Naila hanya memberikan tatapan dingin Padanya.
"Alya ayo, Nanti kita ketinggalan angkot"
"iya bi"
di atas angkot bi inah terus memperhatikan jari manis Alya yang terdapat cincin pernikahannya dengan Rafa, tapi bi inah sungkan bertanya, mereka baru saja kenal,. tidak sopan rasanya tiba-tiba mempertanyakan hal pribadi orang lain, tapi Alya menyadari rasa penasaran bi inah yang terus menatap jarinya.
"saya sudah menikah bi" pernyataan Alya yang tiba-tiba membuat BI Inah kaget.
"kamu sudah menikah?" Bu Inah hanya memastikan tidak salah dengar.
'iya bi, saya juga sedang mengandung "
"kamu hamil?" Alya mengangguk
"kamu hamil muda kaya gini kenapa harus kerja, suami kamu mana, nak. harusnya kamu di rumah aja" BI Inah mengusap punggung Alya, ia tidak menyangka wanita muda itu sedang mengandung, BI Inah jadi merasa iba karena Alya seumuran dengan putrinya.
"suami saya keluar kota" Alya juga bingung seperti apa menjelaskan pada bi Inah, kemana suaminya, apa pekerjaannya, Kenapa ia ada di rumah besar milik Naila, tidak mungkin Alya jujur, bisa-bisa ia di anggap tidak waras.
"ibu Naila tau keadaan kamu?" Alya kembali mengangguk
"beliau orang baik, saya yakin ibu paham betul kondisi kamu, beliau nggak akan ngasih kamu pekerjaan yang berat, saya sudah bekerja sejak Tuan rafa dan ibu Naila menikah, mereka suami istri yang baik, tapi sampai sekarang... tuhan belum titipkan kepercayaan untuk memiliki anak pada mereka, saya selalu berdoa semoga ibu Naila juga bisa merasakan nikmatnya sebagai seorang wanita.
Alya hanya tersenyum sambil mengangguk - anggukan kepalanya, semua orang yang mengenal Naila selalu mengatakan Naila wanita baik, tapi kenapa Naila begitu membenci dirinya, apa karena ia istri ke-dua Rafa, tapi bukannya Naila sendiri yang meminta Rafa untuk menikah lagi, entahlah.
mereka berbelanja segala keperluan dapur, setelahnya kembali pulang.
....
selama hamil Alya sering merasa mudah lelah, ia bukannya ingin bersikap manja, Alya sudah sering melakukan pekerjaan berat demi bertahan di kota orang, pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga mungkin tidak ada apa-apanya untuk Alya sendiri, tapi kondisinya Berbeda, ia sedang hamil muda, Tubuhnya tidak sekuat sebelum hamil, ini saja baru memutari pasar untuk keperluan dapur, Alya sudah ingin pingsan rasanya.
Alya masih duduk memandangi bi inah yang sibuk menyusun belanjaan mereka ke tempatnya masing-masing, BI Inah sendiri yang meminta Alya untuk istirahat saja.
"bi Inah, kenapa kerja sendiri, bukannya sekarang sudah ada temannya" Alya langsung berdiri mendengar suara Naila, wanita itu tidak berteriak, hanya kalimatnya saja di beri penekanan.
"nggak papa Bu, ini cuman nyusun barang aja"
"nggak bisa Dong BI Inah, masa yang satu kerja, yang satu cuman berleha-leha, saya nggak suka kaya gitu"
"maaf bu, saya yang salah" ucap Alya yang sudah berdiri di samping Bi Inah
"emang kamu yang salah, harusnya kamu sadar di mata tempat kamu sekarang, jangan berlaga ingin menjadi tuan rumah di rumah saya"tandas Naila, BI Inah sampai menganga, baru kali ini ia melihat Naila semarah itu pada pekerjannya, padahal hanya masalah sepele, bahkan ia pernah melakukan kesalahan yang jauh lebih besar tapi Naila masih bisa memaafkannya, sedangkan Alya hanya menunduk.
"bantu bi Inah, jangan istirahat sebelum BI Inah istirahat juga, kamu mengerti?
"iya Bu"
note: maaf ya ges kalo up-nya lama
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya