Hasna Az Zahra terpaksa harus menikahi Mantan Mertuanya setelah tunangannya meninggal dunia. Dalam pernikahan ini, dia menjadi orang ketiga, di perlakukan tidak adil, menjadi istri yang tak di anggap. Mantan Mertuanya sangat membencinya dan menyalahkan dirinya atas kecelakaan anak semata wayangnya.
Akankah Hasna bertahan menjadi madu Mantan Mertuanya atau memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Kehamilan Alena
Serkan melangkah dengan lebar sambil mengepalkan kedua tangannya, urat-urat di tangannya terlihat jelas, seakan ingin keluar, bibirnya terkatup rapat menahan amarah yang sejak tadi ia tahan.
"Tuan," Pak Aren menghampiri Serkan di ikuti salah satu Art. Sekalipun di Jakarta, Serkan tetap menggunakan Ketua pelayan, yang akan mengurus semua tentang ART di rumahnya. Gaji pun, ketua pelayanlah yang mengawasi, semua keperluan rumahnya urusan Ketua Pelayan.
"Dimana Nyonya?"anya Serkan begitu dingin. Bulu kuduk Ketua pelayan pun langsung berdiri.
"Nyonya berada di lantai atas, mungkin ada yang mengusik Nyonya, tadi Nyonya menangis dan pingsan, jadi Nyonya saat ini ..." Pak Aren tak meneruskan perkataannya saat Serkan
Mampuslah orang yang sudah membuat Nyonya Alena menangis, pasti orang itu akan menjadi bubur batin Pak Aren.
Serkan pun kembali melangkah, dia ingin secepatnya bertemu dengan Alena. Istrinya itu telah melakukan di luar batasnya.
"Tuan biar saya ..." Belum sampai Pak Aren membuka handle pintu di depannya, Serkan langsung menendang pintu di depannya.
Pak Aren membulatkan kedua matanya, karena pintu itu belum terbuka, dia langsung mengambil alih untuk membukanya.
"Alena! Teriak Serkan. Wanita yang duduk di tepi ranjang dengan menghadap ke belakang. Dia pun tersenyum sinis. Usaha yang telah ia lakukan bersama Serkan telah banyak, ia tidak akan menyerah. Dia berdiri dan melempar sebuah foto ke lantai.
Serkan menghampiri Alena, dia menatap foto pernikahannya dengan Serkan.
"Kau ingin seperti ini?" tunjuk Alena pada foto di lantai dengan pecahan kaca di figura itu.
"Inilah pernikahan kita saat ini Serkan, hancurnya hati ku seperti ini. Kenapa kau tidak merasa bersalah sedikit pun?"
"Cukup Alena!" Serkan menunjuk wajah Alena dan membuatnya tersentak kaget. Walaupun ia dalam ketakutan, tapi ia tidak ingin menunjuk ketakutannya.
"Kau sudah melakukan sesuatu yang memuakkan, aku sudah memperingati mu untuk tidak mengganggu Hasna dan melakukan di luar batas mu."
"Aku istri mu Serkan, aku berhak."
"Kau memang berhak, tapi tidak harus mengatur ku. Kau ingat perjanjian pertama kita, aku meminta mu untuk tidak ikut campur dengan urusan ku selama menjadi istri ku."
Alena sangat ingat, sewaktu dia menikah dengan Serkan. Pria itu memang mengatakannya untuk tidak ikut campur.
"Aku ingat, tapi masalah ini aku tidak ingin menepati janji itu. Selama ini aku di anggap apa di hati mu Serkan?"
Alena mengambil sebuah kertas di laci, dia langsung melemparkannya ke wajah Serkan.
"Aku ingin bercerai dengan mu, tapi setelah melihat itu. Aku tidak mau,"
Serkan mengambil kertas di lantai itu. Wajahnya tampak serius, kedua bibirnya komat kamit membaca isi kertas itu.
"Kau hamil?"
"Iya! sudah dua minggu. Sekarang kau tinggal pilih, kau mau anak ini atau menceraikan Hasna."
"Dua-duanya, aku mau anak itu tapi juga mau dengan Hasna."
"Kau jangan serakah!" teriak Alena. Padahal dia sudah menyusul rencana, ternyata Tuhan berpihak padanya.
"Hah? aku memang serakah dan maafkan aku. Aku tidak bisa meninggalkan Hasna. Aku menyukainya."
"Serkan!" teriak Alena. Dadanya naik turun. Ia bertahan sampai sejauh ini hanya demi Serkan. Sekalipun Azzam tidak menganggapnya, ia tetap bertahan.
"Baik, kau tidak ingin melihat ku kan?" Alena mengambil serpihan kaca di lantai. Dia menunjuk ke lengannya.
"Alena," Suara Serkan melembut. Kalau Alena hamil, ia tidak ingin kehilangan anaknya.
"Kau pilih aku atau Hasna."
"Jangan mendekat atau aku akan menggores lengan ku."
Serkan menatap kaca di tangan Alena. Dengan sigap dia menahan lengan Alena. "Hentikan Alena! kau gila, kau bisa membahayakan nyawa mu."
"Lepaskan aku! kau tidak ingin anak mu, kan?"
"Serkan! aku ingin dirimu, aku tidak ingin lainnya." Alena menangis begitu lirih. Dia melepaskan pecahan kaca itu dan langsung memeluk Serkan.
Sedangkan Serkan memejamkan kedua matanya, Alena hamil, wanita ini hamil anaknya.
makanya Azzam memilih calon istrinya utk mendampingi ayahnya