NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berlabuh di Dua Hati

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Lintang ahirnya sampai di taman bunga, mobil Gabby sudah berada di tempat parkir. Lintang yang notabenenya seorang taruna itu sudah terbiasa on time. Namun ternyata Gabby sudah lebih duluan sampai di taman. Segera Lintang memarkirkan mobilnya di samping mobil Gabby dan berjalan melalui pintu taman.

Gabby tengah duduk di kursi taman, tempat pertama dia berjumpa dengan Lintang beberapa bulan yang lalukabar, sambil sesekali melihat ponselnya berharap Lintang memberikan kabar.

Tiba-tiba dari arah belakang, ada yang menepuk bahunya seraya berkata,

"Hayyy... udah lama nungguin?" Suara seorang laki-laki mengejutkannya.

Segera Gabby memalingkan wajahnya ke belakang, dan ternyata benar, Lintang sudah berdiri tegak di belakang kursi taman.

Gabby bangkit dari tempat duduknya, lantas mengulurkan tangannya untuk bersalaman, dan Lintang pun membalas uluran tangannya.

"Heyyy... Lintang... nggak kok, baru aja." Jawab Gabby.

Tak dapat dipungkiri, Lintang benar-benar terpesona melihat kecantikan Gabby sore itu. Rambut tergerai, dibalut dengan dres lengan pendek warna putih sepanjang lutut, dan sepatu juga tas kecil yang warnanya senada dengan dress yang ia kenakan.

Gabby pun cukup terpana dengan laki-laki yang ada di hadapannya itu. Rambut model taruna yang rapi mempesona, mengenakan kemeja warna putih dan sweater warna maroon, juga celana chino warna mocca.

Keduanya pun ahirnya duduk di kursi taman.

"Makasih ya Lin... kamu udah mau dateng." Kata Gabby.

"Iya... Sama-sama." Jawab Lintang.

Meski baru dua kali berjumpa, mereka merasa seolah sudah sering berjumpa. Tak canggung lagi bergurau satu sama lain, hingga membuat keduanya lupa bahwa mereka sudah memiliki tunangan.

"Lintang..." Gabby memanggilnya.

"Iya, kenapa?" Tanya Lintang.

Gabby mulai mengawali pembicaraan yang serius.

"Eeemm... aku pengen ngomong sesuatu." Kata Gabby.

Ucapan itu membuat jantung Lintang mulai berdetak cepat. Sama saat ia sedang bersama dengan Gendhis.

"Soal apa?" Tanya Lintang.

"Aku tahu ini sulit, aku juga udah berusaha mencegah ini agar tak terjadi, tapi ternyata aku nggak bisa. Aku terlalu lemah untuk mencegahmu masuk dan mengisi kekosongan dalam relung hatiku." Ucap Gabby.

Lintang terus mendengarkan ucapan Gabby, tanpa memotongnya sedikitpun.

"Aku tahu aku sudah bertunangan, tapi semenjak pertemuan kita beberapa bulan lalu, aku seperti menemukan apa yang selama ini aku cari. Semua ini ada di kamu...! Lintang... aku... suka sama kamu, aku cinta sama kamu. Dan aku nggak bisa jika sehari saja, kamu berhenti memperhatikan ku." Gabby menyatakan perasaannya.

Lintang semakin tak menentu. Bahkan dia belum pernah mendengar ucapan semanis itu dari mulut Gendhis. Lintang tak pernah sedikitpun meragukan cinta Gendhis padanya, namun Gendhis terlalu lugu untuk menyatakan isi hatinya.

"Lintang... kenapa kamu diem? Apa kamu nggak punya perasaan yang sama? Apa kamu nggak suka sama aku?" Gabby bertanya sambil terus menatap wajah Lintang yang semakin gusar tak menentu.

Lintang bingung harus jawab apa. Di satu sisi dia tak bisa membohongi perasaannya, bahwa dia memang sudah tergoda dengan kecantikan Gabby. Dia ingin bisa membalas cinta Gabby. Tapi di sisi lain, dia juga mencintai Gendhis dan ikatan yang sudah mereka bentuk akankah tergoyahkan dengan kehadiran Gabby?

"Lintang... tolong jawab pertanyaan ku... apa kamu sudah memiliki wanita lain dalam hidupmu? Katakan Lintang..." Gabby terus mendesak.

Lintang pun bak kucing lapar yang beri ikan segar di hadapannya, tak mungkin bisa menolak.

"Gabby... tapi kamu udah bertungan sama Arnold... Bagaimana kalau sampai dia tahu tentang kita?" Jawab Lintang, padahal jelas-jelas bukan itu alasan Lintang sebenarnya. Sesungguhnya memang inilah yang diharapkan Arnold, bisa menjerat Gabby dengan cintanya sehingga Gabby akan memutuskan perjodohan itu dan Arnold bisa terlepas dari Gabby.

Entah kenapa, mulut Lintang seolah terkunci untuk mengatakan hal yang sebenarnya bahwa dia sudah bertunangan dengan Gendhis.

"Lintang... aku memang sudah bertunangan. Tapi aku nggak bisa bohongin perasaan ku. Dan aku harap... kamu juga merasakan apa yang aku rasakan." Desak Gabby sambil meraih tangan Lintang, seperti yang sering ia lakukan pada Gendhis, hanya saja... Gendhis selalu berusaha lari dan melepaskan diri tiap kali Lintang mencoba memegang jemarinya.

"Katakan sesuatu Lintang... apa kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya Gabby terus mengharap kepastian.

"Iya... eh... maksud ku... iya... aku juga suka sama kamu." Ahirnya Lintang membiarkan hatinya berlabuh di antara dua kapal mengapung di dasar samudera yang tanpa ia sadari, kapanpun bisa menenggelamkannya.

"Makasih ya Lin... untuk cinta mu. Kita akan merahasiakan ini. Sampai tiba saatnya nanti kita akan bicara sama Arnold." Kata Gabby.

Dia sangat bahagia mendengar jawaban Lintang, hingga tanpa disadari dokter cantik itu memegang lengan kanan Lintang seraya menyandarkan kepalanya di pundak Lintang.

Lintang tak pernah sedekat ini sebelumnya dengan gadis manapun. Ini membuatnya semakin tak kuasa menolak cinta Gabby. Sesaat ia masih berfikir, kelak saat tiba saatnya dia akan meninggalkan Gabby dan menikah dengan Gendhis, seperti yang Arnold sarankan padanya.

Tanpa terasa satu jam sudah mereka berada di taman. Mereka pergi dengan mobil Lintang menuju mall untuk membeli beberapa baju seperti yang Gabby rencanakan sebelum mereka berjumpa, lalu pergi ke restaurant untuk makan malam.

Saat sedang asyik menyantap makan malnya, tiba-tiba suara hp Lintang berdering. Ia melihat nama Bu Parti dalam panggilannya.

"Eh bentar ya, ibu aku telepon..." Pamit Lintang bangkit dari tempat duduknya untuk mengangkat menerima panggilan Bu Parti.

"Okey..." Jawab Gabby sambil terus menikmati makan malamnya tanpa sedikitpun menaruh curiga.

Setelah berdiri agak jauh dari meja yang mereka pesan, Lintang mengangkat teleponnya.

"Assalamu'alaikum... Ibu." Sapa Lintang.

Tanpa spasi, Bu Parti langsung menjejalnya dengan segudang pertanyaan,

"Waalaikumsalam... Lintang... sudah jam berapa ini? Katanya cuma pergi sebentar, sebelum magrib sudah pulang? Kamu lupa ya, kita kan ada janji makan malam dengan Gendhis dan calon mertua kamu di rumah..." Suara Bu Parti terdengar sangat cemas.

Lintang melihat jam yang melingkar di lengannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"MasyaAllah... Bu... maaf, Lintang sampai lupa. Ya sudah, Lintang pulang sekarang." Jawab Lintang.

"Gimana to... kok bisa lupa. Ya sudah, cepet pulang ya Nang... sebentar lagi mereka datang lho." Pinta Bu Parti.

"Iya... iya... Bu, Lintang pulang sekarang."

Setelah menutup teleponnya Lintang kembali ke meja makannya dan segera menghabiskan pesanannya.

"Gabby... maafin aku ya, barusan ibuku telepon kalau aku harus pulang sekarang karena di rumah lagi ada acara. Kamu tahu sendiri kan, baru tadi pagi aku sampai rumah..." Lintang bicara pada Gabby.

"Kok cepet banget sih pulangnya... kita kan baru jadian, sebenernya aku masih pengen jalan-jalan sama kamu. Tapi ya udah lah... lain kali aja kalo kamu ada acara." Kata Gabby sedikit kecewa.

Setelah selesai makan, Lintang mengantarkan Gabby mengambil mobilnya yang masih terparkir di taman kota.

Sepanjang perjalanan mereka masih terus mengobrol seakan belum ingin berpisah. Tiba-tiba mobil hitam itu berhenti dan ternyata mereka sudah sampai di tempat parkir taman.

"Makasih untuk hari ini ya Lin... telepon aku saat sampai rumah nanti." Pesan Gabby sambil membuka pintu mobil Lintang.

"Okey... Hati-hati di jalan ya..." Pesan Lintang.

"Kamu juga yaaa... Bye..." Ucap Gabby.

"Bye..." Balas Lintang sambil melambaikan tangannya.

Keduanya pun ahirnya pulang dengan nerat hati harus pulang mobil masing-masing.

*****

Lintang melajukan mobilnya dengan sangat cepatcepat. Dia tak ingin sampai terlambat tiba di rumahnya. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit karena kabut di puncak Sumbing cukup tebal, ahirnya Lintang sampai di halaman rumahnya. Segera ia turun dari mobil lalu masuk menuju ruang tamu, dan ternyata benar, Pak Ratno dan Bu Sari juga Pak Argo sudah lama menunggu di ruang tamu. Segera Lintang mengucap salam dan mencium tangan mereka.

"Maaf Pak, Bu... Jadi lama menunggu." Ucap Lintang.

"Iya Nak Lintang, nggak papa, kami juga baru datang kok." Jawab Pak Ratno basa basi.

"Dari mana saja kamu Lintang... sudah ditunggu dari tadi lho..." Pak Argo bertanya.

"Iya Pak... tadi mengantar teman taruna pulang dulu setelah acara, dan kebetulan rumahnya cukup jauh, jadi..." Lintang belum selesai mengatakan alasan palsunya, Bu Parti sudah datang dari dapur membawa menu makan malam mereka ke meja makan, dibantu dengan Gendhis.

"Sudah... sudah... ngobrolnya dilanjutkan nanti saja, karena Lintang sudah pulang, kita makan malam sekarang." Kata Bu Parti.

"Oh.. iya... mari... mari... Pak Ratno, Bu Sari... mari kita langsung menuju meja makan. Sudah sejak siang tadi saya juga belum makan." Ajak Pak Argo sambil bercanda.

"Husss... Bapak ini lho, sore tadi yang makan nasi jagung habis dua porsi itu siapa to?" Bu Parti pura-pura bertanya pada suaminya.

"Itu kan nasi jagung, Bu... belum makan nasi putih maksud Bapak..." Jawab Pak Argo tersenyum.

Bu Parti hanya menggelengkan kepalanya mendengar canda suaminya.

Lintang menatap wajah polos tunangannya yang sedang sibuk membantu Bu Parti menyiapkan makan malam. Ada setitik rasa bersalah dalam hatinya. Bertahun-tahun ia berusaha menjaga hubungan mereka, tak rela jika Gendhis di dekati lelaki manapun. Tapi lihat sekarang... Lintang justru memberikan celah pada wanita lain untuk masuk dalam kehidupannya.

*****

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!