Dijual oleh Ayah kandungnya sendiri sebagai pengganti taruhan berjudi, Zena gadis berusia 21 tahun yang pergi dari rumah, dia meminta pertolongan dari ibu kandungnya, tidak disangka, ditempat ibu kandungnya dia hampir dilecehkan oleh Ayah tirinya,
Depresi, trauma sempat mengguncang jiwa Zena, lalu tidak disengaja dewa penyelamat datang, Steven Fernando, pria berusia 35tahun yang sudah 3 tahun bertahan dengan statusnya yang Duda,
Setelah diselamatkan oleh Steven, siapa sangka hidup Zena semakin hancur, Steven meminta Zena menjadi partner ranjangnya,
Ancaman akan dikembalikan pada rentenir paruh baya itu dan keselamatan keluarga ibunya mengakibatkan Zena menurut patuh menyetujui semua syarat dan peraturan yang diberikan Steven
Hari demi hari Zena menjadi partner ranjang dari seorang Steven yang mempunyai libido akut,
Akankah Zena bisa bertahan dan mencintai Steven
Jika berjalan maju membuat Zena menelan kepahitan, dan jika berjalan mundur Zena akan membuat keluarga ibunya hancur.
Seperti apa kisahnya, ayok kita simak cerita Zena dan Steven
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31_Makan Bersama
"Kau lalai mendidik putri dan istrimu! "
"Cepat! " Bentak Steven
Rey berdiri lalu bersujud dihadapan Zena, Tiba-tiba ingatan Zena kembali pada pelecehan Rey, Zena ketakutan, dia reflek memeluk Steven
"A-aku takut, ayo kita pulang, aku takut hiks..hiks.. "
"D-dia, dia- aaa aku takut" Zena menggeser kakinya biar lebih dekat dengan kaki Steven,
"Aku takut hiks.. hiks.. "
"Jangan sentuh aku! " Teriak Zena saat Rey hampir memegang kakinya
"Hei bedebah! Lancang sekali kau menyentuh kakinya! Singkirkan tangan kotormu itu! " Pekik Steven, Rey reflek langsung melepaskan kaki Zena
"Aku takut" Zena semakin mempererat pelukannya, bahkan wajahnya sudah dibenamkan di dada bidang Steven
"Berdiri! "
Rey berdiri lalu duduk kembali,
"Kali ini aku maafkan tapi! Jika ada yang berani membuat masalah dengannya, akan kupastikan hidup kalian tidak tenang! " Ancam Steven yang bangkit dari duduknya lalu memapah Zena yang ketakutan
"Tu-tuan, kalau boleh tahu, hubungan anda dan Zena seperti apa? " Tanya Maya, dia juga ingin memastikan yang berada dipikirannya adalah salah,
"Apa itu penting bagimu! "
"Aku takut sayang, takut hiks.. hikss. "
"Kenapa kamu harus membawaku ketempat terkutuk itu" Ucap Zena sambil memeluk erat Steven
***
"Lebih cepat!! " Titah Steven pada sekertaris Nanda saat mengetahui istrinya pingsan, sekertaris Nanda yang baru tiba pun langsung membuka pintu mobil Steven
"Tuan, apa perlu kita ke rumah sakit? " Tanya sekertaris Nanda sambil mengendarai mobilnya
"Tidak, suruh dokter Riyan untuk ke kantor, aku tidak ingin istriku sendirian dirumah sakit tidak ada yang menjaganya"
"Baik Tuan, " Sekertaris Nanda langsung menghubungi dokter Riyan agar datang cepat ke kantor Steven dan sekertaris Nanda juga sudah sharelok lewat chatnya
Setelah beberapa menit, Steven sampai di kantor dia menggendong Zena ala Bridestyle, dan dokter Riyan sudah menunggu di lobby, sekertaris Nanda langsung menyuruhnya mengikuti Tuan Mudanya
Direbahkan tubuh Zena di kasur pribadi milik Steven yang berada diruangannya lalu dia memberi ruang untuk dokter Rian untuk mengecek keadaan istrinya
"Bagaimana? " Tanya Steven saat dokter Riyan sudah selesai mengeceknya
"Dia hanya shock saja, sebentar lagi dia akan sadar,"
"Em aku tebak anda berpacaran dengan dia? " Tebak dokter Rian
"Nanda! " Panggil Steven dan sekertaris Nanda langsung masuk kedalam ruang pribadi Tuan mudanya
"Antarkan dia kembali! "Sambungnya lagi membuat dokter Riyan kesal
"Aku akan pergi! Jaga Zena dengan baik, pastikan hidupnya tidak tertekan dan bantulah untuk melupakan traumanya! " Pekik dokter Riyan saat tubuhnya diseret paksa oleh sekertaris Nanda
"Aku bisa sendiri! " Ketus dokter Riyan saat sudah berada diluar ruangan, dirapihkan jas dokternya lalu berjalan dengan tenang saat melewati beberapa karyawan Steven
****
Di satu sisi pria misterius mendapat kabar bahwa melihat ketua musuhnya membawa seorang wanita masuk kedalam mobilnya,
"Apa kau lihat wajah wanita itu? Apa benar dia sedang dekat dengan selebgram yang bernama sheila? " Tanya pria misterius itu pada salah satu anak buahnya yang memata-matai Steven dari kejauhan
"Maaf boss saya tidak melihat jelas wanita yang berada dalam dekapan musuh, dan mungkin saja wanita itu yang kemarin berfoto dengan musuh, karna postur tubuhnya hampir sama"
"Pantau dia, jangan sampai lolos,! "
"Maaf boss, kami kehilangan jejak, mungkin mereka sudah menyadari keberadaan kita"
"Bodoh!!! Balik ke markas sekarang juga!"
"Baik bos"
Setelah panggilan terputus, Dodo memerintah rekan kerjanya untuk kembali ke markas sesuai perintah dari bossnya
"Habislah kita dibunuh oleh boss" Ucap rekan kerjanya pada Dodo
"Ini semua kesalahanmu! Kalau tadi kamu mengikutinya dengan baik, mungkin sekarang kita sudah tahu dimana markas musuh. "
"Lain kali buang hobi makanmu, lihat tubuhmu sudah segendut apa! Aku tidak yakin kamu bisa berlari"
"Aku tidak ahli berlari tapi kemampuan menembaku boleh di coba! " Ucap Bondan rekan kerja Dodo sambil mengeluarkan pistol dan menembak tepat pada burung yang bertengger di pohon dekatnya
"Lihat! Jadi jangan remehkan aku! "
"Ayo kita ke markas, jangan sampai boss kita menunggu terlalu lama"
"Terserah kau saja, aku mau kembali ke markas! " Ucap Dodo
............
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, terlihat Zena baru saja membuka matanya, dia memperhatikan kamar yang menurutnya sangat asing
"Dimana aku? " Gumamnya sambil turun dari ranjang, seketika pemikirannya menjadi cemas, dia langsung berlari membuka pintu, nafasnya begitu lega saat melihat Steven fokus bekerja, jujur saja dia takut jika Steven membawanya pergi lalu meninggalkannya
"Rupanya putri tidur sudah bangun" Ejek Steven melirik sekilas Zena lalu menatap pekerjaannya lagi
"Kemarilah" Sambungnya lagi
Zena patuh, dia berjalan mendekat pada suaminya
"Maafkan aku" Ucap Zena sambil menunduk,
"Duduk" Titah Steven
Zena mengangguk, lalu dia duduk di kursi depan Steven
"Makanlah dan minum vitamin ini" Steven menyodorkan bungkus makanan pada istrinya,
Tanpa sadar kedua sudut bibir Steven tertarik saat melihat istrinya memakan lahap makanannya, jujur saja Steven sengaja membelikan makanan itu untuk istrinya dan dia rela menahan lapar
Kruyuk.. Kruyuk..
Bunyi cacing yang sedang protes terdengar sampai telinga Zena, membuat Zena memandang Steven yang sedang bekerja
"Apa aku mengambil jatah makananmu?" Tanya Zena pada Steven, mulutnya yang terisi makanan membuat ucapan Zena tak jelas
Melihat bibir Zena belepotan karna ulah bumbu ayam bakar serta sambal, Steven langsung meraih tissu dan mengulurkan tangannya membersihkan sisa makanan yang berada di bibir Zena, membuat Zena terpaku atas perlakuan manis suaminya
"Hati-hati, lanjutkan makananmu dan habiskan! " Ucap Steven lalu membuang tissu itu ke tempat sampah
"Aaaaaaaa" Zena menyodorkan sendok berisi nasi dan lauknya kehadapan Steven membuat Steven mengernyitkan keningnya
"Santai, sendok ini masih bersih,
" Makanlah, aku tidak mau kau kelaparan karna ku sayang" Zena berusaha meyakinkan suaminya, karna sedari tadi Zena memakan menggunakan tangan
Cacing diperut Steven semakin berdemo saat mencium aroma makanan yang Zena sodorkan, gengsi beserta malu menyelimuti dirinya
"Ayo makan" Ucap Zena saat Steven menatapnya heran, tak mendapatkan respon dari Steven, Zena berdiri lalu memasukan makanan itu dengan paksa ke mulut Steven, membuat Steven melototkan matanya marah
"Ber-"
"Sudah jangan bicara, makan saja dulu, karna memarahiku harus membutuhkan tenaga ekstra" Ucap Zena tersenyum saat melihat Steven tak jadi berbicara dan mengunyah makanan itu
"Lagi? " Tanya Zena
"Tidak! Itu makananmu" Ketus Steven, padahal didalam hatinya dia menginginkan makanan itu lagi,
"Aaaaaaaa"
"Aku bilang ti-" Makanan itu masuk kedalam mulut Steven lagi
"Jangan marah, ini untuk kesehatanmu" Ucap Zena saat melihat tangan Steven mengepal
"Oh iya, terimakasih sudah mau membelaku di depan keluargaku, aku sungguh tak menyangka kau akan melakukan itu padaku, terimakasih sayang"
Entah mengapa ucapan Zena mampu membuat hati Steven tersentuh
"Duduklah, dan makan makananmu" Titah Steven saat Zena berdiri
"Kita makan bersama, lagipula ini porsinya terlalu banyak, aku tidak akan habis memakan semua ini sendiri" Bohong Zena, di dalam hatinya dia sangat senang saat menyuapi suaminya,
"Terserah kau saja" Steven memainkan jarinya keyboard, dan matanya menatap fokus pada komputer, berulangkali Zena menyuapkan makanan pada mulut Steven, dan Steven pun menerima makanan dari istrinya, sampai tak terasa makanan itu sudah habis
"Minumlah" Titah Zena menyodorkan minumnya yang belum dia minum,
Steven memandang Zena bingung, dia menghentikan jarinya yang sedang menari di keyboardnya
Melihat Steven menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, Zena tiba-tiba tersenyum "Ini belum aku minum" Sambungnya lagi
"Lebih baik kau duduk! Dan jangan ganggu pekerjaanku,, aku bisa mengambil minum sendiri,! " Ketus Steven,
"Ta-tapi"
"Duduk!! "
Zena menurut, dia meminum minumannya yang hendak diberikan Steven lalu meletakkan diatas meja dan membuang bungkus makanan itu ke tempat sampah, saat Zena berjalan membuang bungkus itu, Steven meminum minuman Zena, dia tak jijik dengan bekas istrinya, tapi berbeda dengan Zena, dia terlihat terkejut saat suaminya mau meminum bekasnya
Krek, pintu terbuka dari luar membuat Steven dan Zena menatap pintu itu, terlihat gadis cantik membawa paperbag masuk menghampiri Steven
"Hai mas, aku bawakan ini untuk makan siangmu" Ucap Sheila yang memperlihatkan paperbag itu pada Steven
"Siapa dia? " Tanyanya lagi saat melihat Zena berdiri mematung dengan tangan kotor
Bersambung😘