HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, PASTIKAN UDAH PUNYA KTP YA BUND😙
Bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan tuntutan keluarga perihal pasangan hidup lantaran usianya kian dewasa, Kanaya rela membayar seorang pria untuk dikenalkan sebagai kekasihnya di hari perkawinan Khaira, sang adik. Salahnya, Kanaya sebodoh itu dan tidak mencaritahu lebih dulu siapa pria yang ia sewa. Terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri, hancur dan justru terikat salam hal yang sejak dahulu ia hindari.
"Lupakan, tidak akan terjadi apa-apa ... toh kita cuma melakukannya sekali bukan?" Sorot tajam menatap getir pria yang kini duduk di tepi ranjang.
"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini bagian dari pekerjaanku ... tapi perlu kau ingat, Naya, jika sampai kau hamil bisa dipastikan itu anakku." Senyum tipis itu terbit, seakan tak ada beban dan hal segenting itu bukan masalah.
Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
“Dasar lemah … kupikir suhu, nyatanya cupu.”
Pria itu menghela napas kasar, sejak satu jam setelah perkenalan menyebalkan itu dia merelakan diri untuk menemani wanita ini menghibur diri. Niat hati ingin menikmati, nyatanya dia bagai tertimpa bencana kala pemilik surai indah ini mendadak ambruk dalam pelukannya
“Bawa aku,” racaunya tak jelas sembari menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria tampan yang ia bayar mahal secara cash 12 jam lalu.
“Kemana? Hm?” Layaknya seorang pria memperlakukan wanitanya, tangan kekar itu menahan tubuh si wanita agar tidak jatuh ke lantai dan sudah jelas dia juga akan menjadi pusat perhatian nantinya.
“Kemanapun, surga jika bisa,” pintanya dengan mata terpejam, namun masih dapat terdengar jelas oleh pria itu meski perlu sedikit usaha.
Ck, kenapa juga wanita ini manis sekali. Aromanya benar-benar candu dan dia begitu familiar. Tak perlu pikir panjang, pria tampan itu membopong wanita merepotkan namun sangat menyedihkan itu dengan santainya. Tubuh mungil yang mungkin sekali banting tulangnya akan patah, pikir pria itu menarik sudut bibir.
Hendak pulang kemana, alamat wanita ini dia tidak tahu. Sekalipun dia mengetahui, sepertinya mengantarkan wanita ini kepada keluarganya dalam keadaan mabuk berat seperti ini sama halnya dengan bunuh diri.
Kanaya Alexandra, masih terbayang jelas dalam benaknya bagaimana wanita ini tiba-tiba nekat menawarnya dengan harga 10 juta cash hanya untuk menyamar menjadi kekasihnya untuk waktu dua jam saja. Hina sekali dia sampai menjual diri, pikir pria itu menarik sudut bibir.
“Dasar boddoh,” umpatnya memacu laju kendaraan, apa yang salah dengan penampilannya tadi pagi hingga Kanaya berani menawarnya begitu mudah.
Tak ia kira jika bayaran 10 juta ternyata seberat ini, memastikan wanita ini tidur dengan baik di hotel bintang lima yang tentu saja dia yang harus membayarnya.
“Kau membayarku untuk menjadi pengasuhmu malam ini, Nona?”
Pria itu bermonolog, karena sejak tadi Kanaya hanya meracau tanpa menjawab ucapannya walau sedikitpun. Yang ia tahu saat ini hanya bersama pria bayaran yang menguras gajinya satu bulan, sungguh sial sekali.
Mendapat tekanan dari pihak keluarga lantaran terlalu fokus dengan karirnya, padahal umur Kanaya belum setua itu. Heran juga sebenarnya kenapa para keluarganya menganggap Kanaya sepuh yang sudah peyot.
“Shiit! Berat juga ternyata,” keluh pria itu menyeka keringatnya, nyatanya wanita mungil itu berat juga karena sejak dari club memang kakinya tak pernah menyentuh lantai sedikitpun.
Masuk kamar hotel di jam segini, wanita mabuk dalam pelukan dan wajahnya secantik ini jelas saja membuat nalurinya hidup sejak tadi. Belum lagi kala jemari Kanaya mendorong tubuhnya hingga membentur tembok, walau sebenarnya bisa lepas dengan mudah, namun pria itu seakan enggan menjauh dan membiarkan Kanaya melakukan apa kehendaknya.
“Kamu ….”
Aroma alkohol menyeruak indera penciumannya, wanita ini justru tak lebih baik dari penghibur yang biasa ia temui. Sengaja tak membalas, pria itu hanya menerima begitu Kanaya meraih tengkuknya.
“Boleh juga,” tutur batin pria itu menikmati setiap sentuhan yang Kanaya lakukan, tak peduli dia mabuk atau sadar. Yang jelas, dia juga merindukan sentuhan wanita seperti ini.
“Dewasa maksud mas itu yang begini kan?”
Kembali meracau tak jelas, Kanaya kini mendorong tubuh pria itu kasar hingga terjerambab ke tempat tidur. Yang dibayar dalam kerja sama ini siapa sebenarnya, pria itu menarik sudut bibir, sejenak mengusap wajahnya kasar sembari menggigit sudut bibir.
“Come on baby, liar sekali.”
Gadis … ah tidak kalimat gadis rasanya terlalu muda untuk Kanaya. Pria itu menarik sudut bibir kala wanita itu mendekatinya. Rambut sudah kemana-mana, padahal belum apa-apa, pikir pria itu merasa sedikit heran yang membuat wanita itu lelah apa sebenarnya.
Kecantikan dengan kadar hampir sempurna dan seakan mengacaukan dunia pria itu. Mata Kanaya tak terbuka dengan sempurna, sama persis sepertinya bibirnya yang sejak tadi meracau tak karuan seakan menuntut prianya mengambil tindakan.
“Baiklah, sepertinya duniamu kacau sekali ya … akan kubawa ke surga yang kau minta.”
Dengan sekali gerakan tangan, posisi mereka sudah berubah dengan Kanaya yang berada dalam kungkungan pria itu. Sempat tak tega dan tak ingin melakukan lebih dalam lagi, akan tetapi nalurinya sebagai laki-laki mana bisa menolak hal semanis ini.
Hal tergila yang sama sekali tak ia duga, Ibrahim Mergantara sama sekali tak berpikir setelah sekian lama tak merasakan kehangatan setulus ini dia merasakan kembali.
-
.
.
.
Pria dewasa yang juga rindu akan belaian dipertemukan dengan wanita yang nampaknya menuntut belaian pula. Pas sekali, bagai kucing disuguhi ikan asin, mana mungkin Ibra menolak, belum lagi untuk melakukan semua ini dia dibayar cash tanpa proses tawar lebih dahulu.
Dalam keadaan yang tak sadar 100 persen, Kanaya terbawa buaian Ibra yang selembut memperlakukannya. Perasaan aneh yang sama sekali belum pernah dia rasakan sebelumnya, andai saja Kanaya dalam keadaan sadar, tentu dia akan sibuk memikirkan biaya tambahan atas apa yang ia dapat dari pria bayarannya.
“Ibra stop!! Ini bukan ranahmu,” teriak batin Ibra sesaat setelah menyadari wanita dalam pelukannya kini sudah sepolos bayi yang baru lahir.
Ibra susah payah mengatur napas, tidak!! Miliknya sudah sesak dan mangsa di hadapannya terlalu manis untuk dilepaskan begitu saja. Bukankah dirinya sesulit itu mencari wanita yang seperti ini? Lagipula, bukankah wanita ini yang meminta dia melakukannya, pikir Ibra menatap kagum tubuh polos Kanaya.
“Sialan! Kenapa harus meliuk-liuk setaan!!”
Mau gila rasanya, Ibra semakin panas saja. Wajahnya seakan memerah dan ubun-ubunnya seakan hendak meledak. Tapi bagaimana mungkin Ibra melawan prinsip yang biasa dia terapkan, melakukan hubungan dalam keadaan sadar, sama-sama mau dan pihak wanita yang memohon. Dan kini, bisa-bisanya prinsip itu seakan hilang dari dalam diri Ibra.
“Eeeuuunnngg,” lenguh Kanaya dan terdengar merdu di telinga Ibra, kenapa juga kau harus mabuk!! Ibra kesal bukan main.
“Tapi … bukankah kita sudah terlalu jauh untuk berhenti? Ada baiknya kita teruskan saja bagaimana?” Ibra berbisik dan menepis semua pikiran yang berusaha melawan gejolak batinnya, persetan dengan prinsip atau apapun itu, jika tidak dia lakukan mungkin pusingnya sampai lusa, pikir Ibra.
“Ehm, aku membayarmu mahal … tugasmu masih satu jam lagi wooey!!” teriak Kanaya dengan sisa suaranya, hampir tak mampu namun bagi Ibra ini adalah candu.
“Satu jam, benar katamu, aku harus melakukan tugas setelah kau membayarku bukan?” Ibra tersenyum miring dan kini kembali menenggelamkan wajahnya di sana.
“Naya,” panggil Ibra dengan suara serak yang kian berat sembari melempar kemejanya yang sejak tadi sudah terbuka.
Tbc
Hai selamat datang di karya baru❣️