(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Keesokan paginya Rendi sudah berdandan rapi dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, Rendi juga meminta Mang Udin untuk memanaskan mobil Rolls-Royce kesayangan nya untuk di bawa ke sekolah Nara.
Nara terkejut melihat penampilan abinya yang sangat rapi, Erisa yang melihat penampilan sang suami hanya geleng-geleng kepala meski sebenarnya Erisa akui sang suami masih tampan meski usia lebih 40 tahun.
Selesai sarapan Rendi dan Nara pergi bersama menuju sekolah milik sang kakek dengan mobil Rolls-Royce kesayangan Rendi yang di pakai ketika untuk ke acara penting saja, atau untuk bertemu rekan bisnis.
Sesampai di sekolah semua mata memandang takjub ke arah mobil Rolls-Royce milik Rendi, mobil super mahal yang hanya di miliki oleh orang-orang tertentu saja karena harganya begitu menguras kantong.
Setelah terparkir dengan sempurna Rendi dan Nara keluar dari mobil secara bersamaan, keduanya berjalan beriringan melewati segerombolan murid-murid yang keheranan melihat Nara berjalan dengan Oom kaya.
Dari tempat tak jauh dari parkiran, Selina melongok ketika melihat yang keluar dari mobil super mahal itu adalah Nara, yang di hinanya orang kampung dan hanya anak penulis novel numpang hidup.
Nara berjalan beriringan dengan abinya melewati Selina yang terus menatap heran ke arahnya, Nara justru tersenyum miring melihat wajah keheranan Selina, Selina yang kesal berjalan lebih dulu melewati Nara.
"Itu, Abi. Kakak kelas yang selalu menganggu Nara selama sekolah disini, dia juga yang menghina Nara hanya anak penulis novel" kata Nara memberitahu abinya
"Gak apa-apa, biarin saja. Yang penting Abi menghasilkan uang halal, dari cuma nulis novel Abi bisa kembali bangkit lagi"
"Iya, Abi. Pekerjaan apapun yang penting halal, Nara juga gak malu hanya anak penulis novel" kata Nara sembari tersenyum tulus
"Ohh iya, dimana ruang guru?" tanya Rendi
"Abi lurus saja dari sini, terus belok ke kiri. Atau Nara antar aja?"
"Gak usah, sayang. Kamu masuk kelas saja, biar Abi cari sendiri"
"Ya udah, Nara masuk kelas dulu Abi" kata Nara lalu mencium punggung tangan abinya dengan takzim
Rendi berjalan sesuai arahan dari sang anak tadi, hingga Rendi tiba di ruang guru lalu masuk ke dalam sembari mengucap salam dengan salah satu guru yang ada disitu, Bu Fatimah menjawab salam Rendi.
Bu Fatimah yang memang seorang diri di ruang guru membulatkan kedua matanya melihat pria paruh baya dengan penampilan modis datang pagi-pagi menuju ruang guru, bahkan Bu Fatimah tampak terpesona.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bu Fatimah dalam hati mengakui ketampanan Rendi masih belum luntur di makan usia
"Iya, Bu. Kedatangan saya kesini untuk memenuhi panggilan dari Pak Andre, Beliau meminta Nara untuk membawa orang tuanya hari ini" jelas Rendi sembari tersenyum ramah
"Nara? Kenapa Pak Andre meminta orang tua Nara untuk datang? Setau saya Nara anaknya baik-baik saja, mungkin Pak Andre salah"
"Kalau boleh tau Pak Andre mana ya, Bu. Biar saya bisa menemuinya dan memastikan?" tanya Rendi
"Tadi beliau sudah datang, tapi keluar lagi setengah jam yang lalu. Bapak silahkan tunggu disini saja dulu, mungkin sebentar lagi Pak Andre kembali" jawab Bu Fatimah sembari mempersilahkan Rendi duduk di kursi tunggu
Rendi segera duduk di kursi tunggu, untuk membuang jenuh Rendi memainkan HP-nya dengan cukup serius, selang berapa detik terdengar derap langkah kaki begitu ramai di depan ruang guru.
Para guru saat ini tengah menyambut kedatangan pemilik sekolah yang tak memberi tahu kalau akan berkunjung, suara bising dari luar mengalihkan perhatian Rendi yang tadi fokus dengan HP.
"Rendi, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dokter Perdi terkejut melihat sang menantu di ruang guru
"Maaf, Pak Perdi. Pak Rendi ini orang tua dari Nara, beliau memenuhi panggilan dari Pak Andre yang meminta orang tua Nara untuk datang ke sekolah" jelas Bu Fatimah dengan sopan
"Ohh, Bapak orang tuanya Nara. Mari ke ruangan saya sekarang, saya akan menjelaskan apa masalah Nara di sekolah ini" kata Pak Andre pada Rendi yang masih diam mematung melihat ayah mertuanya berkunjung hari ini
"Tunggu, Pak Andre. Memangnya murid yang bernama Nara telah membuat masalah apa, sampai orang tuanya di panggil?" tanya Dokter Perdi ingin mengetahui masalah yang menimpa cucu kesayangannya
"Nara sudah menjambak rambut Selina, Pak Perdi. Bahkan Nara juga menendang dan mendorong teman-teman Selina" jelas Pak Andre
"Maaf, Pak Andre. Setau saya Selina dan teman-temannya lah yang mencari gara-gara lebih dulu dengan anak saya, anak saya jadi korban bullying mereka" bela Rendi
"Masak? Setau saya Selina itu anaknya baik, karena seluruh anak donatur di sekolah ini memiliki perilaku baik-baik semua"
"Jadi maksud, Pak Andre. Cucu saya Nara memiliki perilaku kurang baik, setau saya cucu saya Nara tak akan membuat masalah jika tidak di ganggu lebih dulu" kata Dokter Perdi penuh penekanan menyebut kata cucu
"Cu-----Cucu? Nara?"
Pak Andre dan semua guru yang tengah berkumpul di ruang guru tentu terkejut mengetahui bahwa Nara ternyata cucu pemilik sekolah ini, selama ini Nara memang tak menampakkan diri kalau cucu orang kaya.
Dokter Perdi mengeraskan rahangnya karena baru mengetahui bahwa cucu kesayangannya di perlakukan tidak adil oleh guru disini, hanya karena cucu kesayangannya tak memberi tahu jati dirinya sebenarnya.
Rendi yang tadi berniat menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, justru ketahuan dari ayah mertuanya tanpa mereka memberi tahu dan pastinya guru BK yang bernama Andre akan di pecat ayah mertuanya.
Disisi lain Nara yang telah duduk di bangkunya terus menjadi bahan perbincangan oleh teman-teman satu kelasnya, mereka sesekali melirik ke arah Nara yang tampak acuh.
"Nara, tadi beneran Abi kamu? Tampan banget, kamu kok gak pernah cerita kalau kamu anak orang kaya" kata Erika yang juga takjub mengetahui Nara adalah anak orang kaya
"Buat apa? Semua kan hanya titipan"
"Iya, sih" sahut Erika
Selina yang memperhatikan Nara dari luar kelas, segera masuk ke dalam kelas Nara yang kebetulan hari ini semua guru belum masuk ke dalam kelas karena menyambut kedatangan pemilik sekolah.
"Heh, loe simpanan Om-Om kan. Gak nyangka gue, muka polos demi memenuhi kemewahan mau-maunya jadi simpanan Om-Om" kata Selina sembari melipat kedua tangannya di dada berdiri di depan Nara
"Apa maksud Kak Selin, aku bukan cewek murahan. Itu tadi Abi aku, yang Kakak hina hanya seorang penulis novel"