Susuk Kalajengking

"Sariiiii."

Teriakan Bu Mima menggema dalam hutan ketika melihat anak nya di siksa oleh Pangeran kalajengking, Tubuh Sari terangkat keatas karema terus di tusuk oleh ekor kalajengking yang sangat runcing tersebut.

Darah berserakan membasahi daun kering, Bahkan kepala Sari juga sampai terlepas dari raga nya karena di potong dengan sadis nya oleh sang suami, Kolo Pati memang tidak akan pernah melepaskan mangsa nya.

Perlahan tubuh Sari kembali menyatu dengan sendiri nya, Kolo Pati agak kaget melihat proses nya yang bisa secepat itu. Kini dia baru menyadari bahwa ada iblis lain yang berdiam diri dalam raga Sari.

"Ternyata kau! Jangan berani kau ikut campur dengan urusan ku ini." Gertak Kolo Pati pada arwah Juragan.

"Tentu tidak, Tuan! Aku hanya ingin menumpang dalam raga nya saja, Ada yang harus ku balas." Jawab Juragan.

"Baik lah! Bila kau nanti sampai macam macam dengan nya, Akan ku musnahkan diri mu." Ancam Kolo Pati.

"Tentu saja hamba tidak akan berani, Tuan! Hamba begini karena ingin membalas dua anak yang kurang ajar itu, Apa kah Tuan tidak tertarik pada mereka?" Juragan malah ingin mengajak kerja sama.

Pangeran kalajengking langsung menolak tawaran nya Juragan, Dia tidak mau bila sampai ada urusan dengan mahluk lain. Dia juga bisa merasakan bahwa dua anak itu bukan lawan yang mudah untuk nya, Bila salah langkah dalam menghadapi mereka.

Maka nyawa lah taruhan nya, Yang dia punya hanya nyawa di alam ghaib saja. Dia sudah merasa puas dengan apa yang di miliki, Karena Kolo Pati adalah anak seorang selir kerajaan pada zaman dahulu, Harta nya juga berlimpah.

Bu Mima mendekati putri nya yang sudah menyatu kembali tubuh nya, Bahkan Sari tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sadarkan diri. Dia segera membuka mata dan memegang erat tangan Ibu nya.

"Perut ku sakit sekali, Bu." Rintih Sari.

"Ayo kita pergi, Nak! Cepat lah kamu bangun." Bu Mima menarik tangan putri nya.

"Aku tidak kuat berjalan! Aakhh rasa nya sakit sekali." Sari menjerit sambil menekap apem nya.

Darah membasahi tangan yang memegang apem itu, Rasa sakit nya seribu kali lipat dari orang melahirkan. Bahkan darah terus saja mengalir. Seolah tidak ada habis nya, Sari sungguh tersiksa dengan rasa sakit yang tidak tertolong ini.

"Ku rasa nanti nya aku akan seperti Bu Kiki ya, Bu?" Rintih Sari sambil berjalan.

"Jangan pikirkan itu dulu, Yang penting kita keluar dari hutan." Sergah Bu Mima yang terus saja merinding.

"Sakit, Bu! Tidak kuat aku berjalan, Aakhhk!"

Memang Sari sudah tidak kuat lagi mau berjalan meninggalkan hutan yang sangat seram ini, Dia terjatuh di tanah dengan rasa sakit yang membuat nya putus asa.

"Aku lebih baik mati saja, Bu! Rasa nya sakit sekali, Seperti ada yang menusuk nusuk rahim ku." Pekik Sari bergulung di tanah.

"Astaga bagai mana ini? Litaaaaa!"

"Tolong aku, Bu! Aaggkk sakit, Bu." Sari terus meronta ronta kesakitan.

Bu Mima di buat panik karena bingung harus bagai mana menolong putri nya, Sedangkan Kolo Pati malah tertawa sangat kencang karena puas sudah bisa menyakiti istri yang tega membunuh anak nya sendiri.

Susah payah Bu Mima menarik Sari agar bisa segera keluar meninggalkan hutan ini, Meski nanti nya tubuh Sari pasti tergores oleh kayu kayu karena di seret sedemikian rupa. Namun itu lebih baik dari pada harus tetap di sini dan di perhatikan oleh iblis.

"Ayolah, Sari. Ibu mohon kau harus kuat, Kita tinggalkan tempat ini." Isak Bu Mima.

"Sakit, Bu! Tidak kuat aku kau berjalan dari sini." Rintih Sari.

"Ibu akan mencarikan mu dukun, Nak! Jadi tolong kuat lah dulu." Janji Bu Mima.

"Benarkah? Apakah ada dukun yang bisa menolong ku." Sari agak berbinar.

"Pasti ada! Kita akan bersama sama mencari nya." Bu Mima berkata penuh semangat.

Sari berusaha berdiri tegak dan melangkah kan kaki nya menelusuri jalan setapak yang terlihat sangat menyeramkan ini, Cukup jauh mereka berjalan karena nafas saja terasa engap.

"Itu mobil kita, Bu! Kenapa kita malah kembali lagi di sini?" Pekik Sari.

Lita yang memang masih berada di dalam mobil karena takut mau keluar, Dia pun juga ikut kaget melihat Sari dan Bu Mima yang berjalan terseok seok dengan bentuk yang sangat berantakan itu.

"Astaga! Pasti iblis itu sengaja menyesatkan kita." Geram Bu Mima.

"Hahahaha...Kemana pun kau akan pergi, Aku selalu ada bersama mu! Karena aku sudah di tanam kedalam tubuh mu." Tawa Kolo Pati sangat puas.

Mereka tidak punya pilihan lain lagi sekarang, Mau tidak mau memang harus bermalam di mobil ini saja dan menunggu pagi datang.

☠️☠️☠️☠️☠️

Fatma sudah di terima kerja di tempat laundry milik Arya, Sebisa mungkin dia mengerjakan nya dengan baik. Pakaian nya yang sangat panjang tidak menghalangi pekerjaan nya, Dia menutup semua aurat dalam tubuh nya.

Bicara dengan Purnama pun sebisa mungkin dia yang bagus saja, Takut kejadian salah sangka seperti kemarin akan terjadi lagi. Padahal sama sekali tidak ada sedikit pun niat di hati nya untuk menggoda Zidan.

Dia berbuat baik dengan sering mengantar makanan karena ingin membalas budi, Dulu Laras pun baik kepada nya. Terlebih Purnama juga pernah menyelamatkan nyawa nya yang hampir hilang akibat ulah Kakak tiri nya.

"Punya Bu Parjo sudah siap apa belum, Mbak Fatma?" Arya melihat packingan baju.

"Sudah, Mas. Itu sudah saya siapkan, Tinggal di antarkan saja." Jawab Fatma sigap.

"Terima kasih." Arya mengambil nya dan segera di antar.

"Punya nya Umi ndak di bawa sekalian, Mas?" Tanya Fatma.

"Apa sudah siap?" Arya yang sudah memakai helm pun menoleh.

"Sudah! Tadi malam kan saya lembur, Jadi siap semua." Angguk Fatma.

Arya pun membawa juga memasukan kedalam keranjang motor yang di buat kanan kiri, Dia segera meluncur pergi. Fatma sibuk lagi dengan gosokan nya yang masih bertumpuk dan cucian juga masih di putar.

"Lihat lah di bekerja segiat itu! Awas kau mengompori Purnama lagi." Ujar Maharani.

"Ndak lah, Waktu itu aku khilaf! Wajar lah nama nya juga manusia, Pasti ada salah nya." Jawah Nilam.

"Tolong sadar diri ya! Kau itu sudah jadi kuntilanak." Geram Maharani.

"Eh iya! Tapi kan aku pernah jadi manusia juga." Nilam mau kalah.

"Manusia tidak beruntung, Untuk apa di bangga kan juga." Sewot Maharani.

Nilam mendengus karena ucapan Maharani benar ada nya, Mereka menjadi manusia yang tidak beruntung selama hidup.