Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Bisa Move On
"Kapan kamu mau pertemukan aku dengan kedua orangtuamu?" Tanya Ben pada Una, kini mereka sudah dalam posisi berhadapan.
"Mau ngapain?"
"Mau minta ijin untuk menjadikan kamu masa depan aku," sahut Ben sambil meraih tengkuk Una dan mencium bibir gadis itu, cukup lama sampai Una memukul pelan dada Ben.
Ben tersenyum melihat Una dengan nafas tersengal, menarik ikat rambut Una dan berbisik "Leher kamu terlalu menggoda."
"Ish, apaan sih. Aku balik ke ruangan aja ya, nggak beres kelamaan di sini."
Ben terkekeh mendengar ucapan Una.
Selepas kepergian Una, ponsel Ben berdering. Panggilan dari ayah Clara yang merupakan saudara jauh dan rekan bisnis almarhum ayah Ben, mau tidak mau harus ia jawab.
Setelah menjawab panggilan dari ayah Clara, Ben menghubungi Gerry.
"Halo"
"Gerry, cari tau anggota keluarga Clara di Jakarta juga alamatnya."
"Loh, emang belum pernah ketemu selama di Jakarta?"
"Belum."
"Udah kangen dong."
"Ck, cepet cari tau lalu laporkan hasilnya.
Ben mengakhiri panggilannya dengan Gerry.
Ayah Clara menyampaikan bahwa Clara selama di Jakarta tidak tinggal di kediaman milik keluarganya, juga sulit berkomunikasi dengan putrinya. Sebagai orang yang pernah dekat dengan anaknya, Ben diminta mencari Clara.
***
Hari ini adalah hari penikahan Bian, Ben sebelumnya sudah berniat hadir bersama Una akhirnya harus berubah. Mendapat laporan dari Gerry terkait Clara, akhirnya Ben menuju alamat yang disampaikan.
Suasana ball room hotel tampat Bian melaksanakan resepsi sudah ramai dengan tamu undangan. Aruna yang tadinya akan hadir bersama Ben akhirnya datang bersama Huda. Mengenakan dress perpaduan brukat dan tile selutut berwarna putih dengan tatanan rambut digerai dan polesan make up flawless membuat Aruna terlihat semakin cantik. Melingkarkan lengan pada tangan kiri Huda yang mengenakan batik lengan panjang dan bawahan hitam membuatnya terlihat sangat gagah.
Setelah memberi salam dan ucapan selamat kepada mempelai, Una menghampiri rekan-rekannya, begitu pula Huda.
"Kak Una, itu pacarnya ya?" Tanya Rahmi
"Yang mana?"
"Yang tadi datang bareng Kak Una, gagah bener sih. Kenalin dong kak,"
"Itu abang aku, sudah punya istri, kamu kenalan dengan yang lain aja,"
"Kenapa sih, yang keren-keren pasti ada yang punya,"
"Pak Dimas tuh available," seru Abil sambil terkekeh, saat ini dia hadir membawa kekasihnya.
"Na, Pak Ben ke mana? Belum kelihatan?" tanya Abil
Aruna mengedikan bahu, "Katanya nanti menyusul, ada hal urgent."
Vino yang hadir membawa Meisya dan Chika sedang bercakap-cakap dengan yang lainnya, sedangkan Meisya mengikuti Chika mencari jamuan yang dia inginkan.
Ben akhirnya datang, dengan balutan jas pesta tampak mempesona para wanita. Setelah menyapa mempelai ia bergabung dengan Vino CS. Matanya memindai sekitar mencari seseorang, sudah pasti Aruna. Vino yang paham maksud dari gerak gerik mata Ben berkata "Sudah datang kok pak, tadi sih saya lihat di sebelah sana."
Ben hanya mengangguk sambil menoleh ke arah tempat yang ditunjuk oleh Vino. Vino memperkenalkan istrinya pada Ben dan rekan lainnya.
Ben mengernyitkan dahi menatap putri Vino, 'Wajahnya tidak asing' batin Ben.
"Bundaaa," teriak Chika. Membuat Ben dan yang lainnya menoleh ke arah Chika dan orang yang dipanggilnya, sedangkan Meisya hanya tersenyum sambil memeluk lengan Vino.
"Halo sayang," sapa Una lalu menunduk mencium kedua pipi Chika.
"Dari mana sih baru muncul," ujar Meisya
"Ada deh." Jawaban Una yang membuat wajah Ben yang tadinya tersenyum berubah datar. Laki-laki itu akhirnya mengingat di mana pernah melihat putri Vino.
"Bunda?" Ucap Ben seakan butuh jawaban.
"Anak saya dekat dengan Aruna, makanya manggil Bunda," jawab Vino.
Awalnya Ben mengira bocah tersebut adalah putri dari Aruna, akhirnya terjawab sudah.
Chika menghampiri Meisya dengan tangan dituntun oleh Una.
"Na, sekarang jarang banget ke rumah, sibuk banget ya?"tanya Meisya
"Iya, sibuk banget," canda Una sambil tersenyum.
Ben yang berdiri disebelah Una, mendekat dan membisikan sesuatu di telinga Una, gadis itu hanya mengangguk tanpa menjawab. Meisya yang melihat interaksi tersebut menatap Una, seakan berkata ia butuh penjelasan.
Bara mengajak Ben dan yang lain menikmati hidangan, saat menuju meja hidangan Ben berjalan dengan menggenggam jemari Una.
"Ehem, loe hutang cerita ke gue ya," ujar Meisya pada Una.
"Iya, bawel."
Ben menghabiskan orange juicenya sambil menatap pada Una yang baru saja menghabiskan baksonya.
"Iya, tau ini nggak sehat, kan nggak tiap hari makannya," ujar Una seakan tau apa yang akan disampaikan oleh Ben.
"Kamu makin cantik," bisik Ben
"Gombal."
Ben tersenyum lalu merangkul pundak Una dengan tangan kirinya. Moment tersebut menjadi perhatian para karyawan Ben yang menjadi tamu undangan saat itu.
"Tadi, ke mana dulu Om?" tanya Una. Jika berada di kantor atau bersama rekan yang lain dia akan memanggil Ben dengan sebutan Bapak untuk menghormati atasannya tersebut.
"Mengunjungi rumah kerabat ku,"
"Hmm."
"Kenapa? Kangen," ucap Ben. "Habis ini ikut aku!"
"Ke mana?"
Ben tidak menjawab hanya menatap netra Una lekat.
"Bunda, aku mau es klim," Chika merengek pada Una.
"Ayo, kita ambil es krim. Mau rasa apa?"
"Stobeli."
Ketika Una menemani Chika mengambil es krimnya, Ben menerima panggilan di ponselnya.
"Hmm"
.....
"Sudah kau pastikan."
....
"Tunggu di sana, aku menyusul"
Ben menatap sekitar mencari Una lalu menghampirinya. Una dan Meisya sedang menemani Chika yang terlihat menikmati es krimnya.
Mendekat dan berbisik di telinga Una,"Perginya di pending dulu, ada hal yang perlu aku selesaikan."
"Oke,"
"Pulang dengan kakakmu, nanti malam aku telpon," ucap Ben. Una hanya mengangguk, Ben mencium kening Una lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan.
"Sejak kapan?" tanya Meisya.
"Apanya?"
"Sejak kapan deket sama atasan loe?"
"Belum lama,"
"Alan gimana ?"
"Ke laut kayaknya, lagi berenang bareng dugong,"
"Hahaha, udah bener-bener move on dari om-om galak nih,"
"Kalau udah move on, gak bakal gue deket sama Pak Ben."
"Maksud loe ?"
____
Gaes, jgn lupa like, coment and votenya
Tunggu kelanjutannya
lanjut silaturahmi \=\=>ig : dtyas_dtyas
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun