NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.31 ( Ungkapan perasaan yang tersirat)

Arumi sedang berada di tenda medis di temani oleh kedua rekannya, Risma dan Kiki. Telunjuk Arumi sedang di obati oleh seorang petugas medis. Arumi terlihat sedang melamun. Seperti sedang memikirkan sesuatu yang mengusik pikirannya. Ia masih membayangkan raut wajah Alfaro yang terlihat sangat khawatir saat di dapur umum tadi.

Arumi tidak bisa membohongi dirinya, jika getaran itu ada, dan memang nyata. Apa ia sudah benar-benar mencintai Alfaro. Sekuat apapun ia membatasi dinding hatinya, agar nama itu tidak masuk dan tertulis di hatinya, tapi jika takdir yang tertulis malah sebaliknya, apa dayanya yang juga hanya manusia biasa.

"Kelihatannya Tuan Al sangat khawatir saat kamu terluka tadi, apa benar kamu tidak dekat dengannya?" tanya Kiki penasaran.

"Ya, te-tentu saja ... mungkin tadi hanya kebetulan saja," ucap Arumi mencari Alasan.

Apa dia benar-benar tulus khwatir dengan ku, aku ini kenapa, apa aku benar-benar menyukainya, batin Arumi.

"Rumi! Kok malah bengong, awas kesambet," ucap Risma sambil menepuk pundak Arumi.

"A-apa?"

"Tangan kamu sudah selesai di obati, yuk ke makan malam, laper nih," ajak Kiki.

"Oh iya, ayo pergi."

Arumi dan kedua rekannya melangkah keluar dari tenda medis. Namun sepertinya langkah mereka harus terhenti karena tiba-tiba saja Bima datang, berlari menghampiri Arumi , dengan raut wajah khawatirnya. Bima langsung meletakkan tangannya di kedua sisi pundak Arumi, memperhatikan kondisi tubuh Arumi yang sangat ia khawatirkan.

"Pak ketua tim bilang tadi kamu terluka?" tanya Bima.

"Hanya luka kecil, aku tidak apa-apa," jawab Arumi lalu tersenyum kepada Bima.

"Syukurlah ... Rumi, setelah makan malam, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Bima.

"Bicara? Apa yang ingin kamu bicarakan?"

"Nanti akan aku jelaskan, aku tunggu kamu di area api unggun ."

Bima beranjak pergi dari hadapan Arumi dan kedua temannya. Arumi memadangi kepergian Bima dengan bingung, ia begitu penasaran, apa yang akan di katakan Bima kepadanya. Dua pria yang kini di hadapkan padanya adalah bagian dari takdir, takdir yang akan membawa ia memilih salah satunya.

"Rumi, itu siapa?" tanya Risma penasaran.

"Oh itu teman satu tim ku namanya Bima," jawabnya.

"Tadi tuan Al, sekarang Bima, aku jadi iri, kamu di kelilingi pria-pria tampan," ucap Kiki dengan gaya lebaynya.

"Sudahlah, ayo kita makan." Tak ingin kedua rekannya semakin banyak bertanya, Arumi menarik tangan mereka, melangkah pergi, menuju tempat untuk mengambil makanan.

...***...

Sementara di luar sana para peserta camping harus mengantri untuk mengambil makanan, Alfaro tinggal duduk santai di dalam tenda karena makanan sudah tersaji di hadapannya. Namun sejak tadi Alfaro hanya diam sambil terus mengaduk-Aduk makanan yang ada di piringnya.

Alfaro bingung pada dirinya sendiri. Kenapa semakin kemari, pikirannya hanya di penuhi dengan Arumi. Ia tak pernah lagi memikirkan Sarah, yang jelas-jelas belum bisa ia lupakan. Apa ini bagian dari cinta yang mulai tumbuh. Layaknya pria pada umumnya, Alfaro cenderung tidak peka bahkan kepada perasaannya sendiri.

Aril sudah selesai dengan makananya. Di pandanginya sang Bos yang saat ini sedang termenung. Ia tahu kegundahan yang di rasakan sang Bos. Apalagi saat Arumi di bawa ke tenda medis, Alfaro hanya bisa memandangi kepegian Arumi saja tanpa bisa ikut menemani sang istri.

"Tuan, apa anda yakin hati anda baik-baik saja," tanya Aril ragu-ragu.

"Apa maksud kamu?"

"Saya perhatikan, anda mulai menyukai Nona Arumi, apa dugaan saya salah?"

"Aku ... aku juga tidak tau, perasaan apa yang aku rasakan sekarang, "jawab Alfaro kemudian meneguk minumannya sampai habis.

"Seseorang yang hanya mengenal ***** dan keinginannya, tidak akan pernah mengenal apa itu cinta. Tuan menikahi Nona hanya sebatas kebutuhan batin saja bukan? Jika Tuan sudah mulai keluar dari batas itu, coba anda buka hati anda untuk Nona Arumi, saya yakin anda akan menemukan jawabannya," tutur Aril.

Alfaro hanya diam seraya mencerna kata-kata Aril tadi. Ya, mungkin Aril benar jika terus seperti ini, ia hanya akan terus tersesat tanpa menemukan jawaban yang jelas. Jika benar nama Sarah sudah sepenuhnya hilang dari hati dan pikirannya, itu pasti karena perlahan nama itu telah tergantikan oleh Arumi.

...***...

Setelah selesai makan malam, Arumi berjalan menuju area api unggun, tempat dimana ia dan Bima berjanji akan bertemu. Sesampainya di sana ia bisa melihat Bima duduk di sebuah batang pohon Pinus yang telah tumbang.

"Bima," ucap Arumi sambil menepuk pundak Bima dari belakang.

"Kamu sudah datang, sini duduk."

Arumi melangkah duduk di samping Bima. Ia menoleh kearah Bima, untuk menanyakan maksud Bima mengajaknya bertemu hanya berdua saja, ia pikir pasti ada sesuatu yang serius yang ingin Bima katakan padanya.

"Ayo katakan, aku jadi penasaran," desak Arumi.

Bima terlihat sangat gugup, karena malam ini juga ia akan menyatakan perasaannya kepada Arumi. Persaan yang tidak bisa ia sembunyikan lagi. Ia ingin memiliki Arumi dan menjadi pria yang Arumi cintai.

"A-aku ... aku ... sebenarnya aku su--"

"Bima!"

Ucapan Bima terpotong saat dari arah belakang terdengar suara memanggil namanya. Sontak Arumi dan Bima langsung berbalik. Ternyata orang itu adalah ketua tim perencanaan, Bima menghembuskan nafasnya dengan berat, gagal sudah rencananya, padahal ia sudah latihan sejak siang tadi, momen yang sangat mendukung sekarang jadi gagal total.

"Kenapa pak?" tanya Bima pada ketua tim.

"Bantu bapak menyalakan api unggun, sebentar lagi ada acara live musik," tutur pak ketua.

"Oh baik pak," ucap Bima dengan senyum yang di paksakan.

"Kalau begitu saya akan memanggil yang lain untuk membantu pak," sahut Arumi.

"Bagus, pergilah."

Arumi langsung melangkah pergi dengan cepat, Bima hanya bisa memandangi kepegian Arumi. Rasanya sangat menyebalkan saat sesuatu yang hampir terucap kini harus tertunda.

Aku akan mencobanya lagi besok dan aku harap tidak ada halangan apapun, batin Bima.

...***...

Pukul sembilan malam, semua peserta camping kini sudah duduk mengelilingi api unggun besar yang menyala dan menghangatkan suasana. Acara malam ini adalah live musik akustik yang akan di meriahkan oleh bakat-bakat menyanyi para peserta camping yang bersedia menyumbangkan suaranya.

"Eh itu Tuan Al," ucap Risma kepada Arumi dan Kiki.

Arumi mengikuti arah telujuk Risma. Ya, benar saja Alfaro memang sudah berada di seberang sana, duduk di samping Clara yang tak henti-hentinya menempel kepada Alfaro.

"Si Clara itu kenapa sih, nempel terus sama Tuan Al," ucap Kiki.

"Tau tuh, seorang presedir WB grup itu pasti seleranya sekelas anak menteri atau putri pemilik perusahaan besar sok cantik banget sih dia," tutur Risma.

Arumi menundukkan pandangannya. Ucapan Risma ada benarnya. Untuk seseorang yang bisa berada di sisi Alfaro selamanya, itu haruslah orang yang sederajat, bukan wanita miskin dan yatim piatu sepertinya. Matanya mulai memanas, dinding pertahanan dirinya akhirnya roboh juga. Ya, ia sudah jatuh hati kepada pria yang menjadikannya sebagai penghangat ranjang.

"Ayo siapa lagi yang ingin menyumbangkan suaranya," ucap pembawa acara itu dengan sebuah mic di tangannya.

Entah apa yang merasuki Arumi, tiba-tiba saja ia mengangkat tangannya. Risma dan Kiki bertepuk tangan dengan heboh karena salut dengan keberanian Arumi. Sebenarnya Arumi mempunyai suara yang bagus, hanya saja saat bersama Dinda sang sahabat di tempat karauke, ia tidak pernah ingin bernyanyi dengan serius, ia hanya berteriak-teriak tidak jelas dengan menggunakan mic dan locat sana sini, padahal jika ia serius bernyanyi, suaranya sangat bagus.

Sekarang Arumi sudah berada di tengah-tengah dua ratus orang peserta yang kini melihat kearahnya. Tapi padangan Arumi hanya mengarah pada satu titik yaitu Alfaro. Pandangan mereka saling beradu dari jarak sepuluh meter. Lagu yang akan ia bawakan sekarang adalah bentuk ungkapan perasaannya sebagai seorang istri yang tidak terlihat.

Apa dia benar-benar akan bernyanyi, lalu kenapa dia menatapku seperti itu, batin Alfaro.

Setelah berdiskusi dengan pemain musik, akhirnya Arumi siap untuk bernyanyi. Mic itu sekarang sudah berada di depan mulutnya dengan pandangan yang tidak pernah lepas dari Alfaro. Petikan gitar akustik mulai terdengar, dan suara Arumi mulai terdengar.

🎶

Aku cinta kamu

Tapi kamu tak cinta aku

Ku tak pernah tahu apa salahku

Hingga kamu tak suka aku

Tak mau aku

Mungkin di matamu

Aku tak pantas untukmu

Tapi tak mengapa

Aku sadari kekuranganku ini

Aku rela oh aku rela

Bila aku hanya menjadi

Selir hatimu untuk selamanya

Oh, aku rela, kurela

Aku sudah bilang

Ku 'kan terus mengagumi

Ku 'kan terus cinta

Terus merindu

Meski kau diam saja

Kau diam saja

Aku rela oh aku rela

Bila aku hanya menjadi

Selir hatimu untuk selamanya

Oh, aku rela, kurela

Aku rela oh aku rela

Bila aku hanya menjadi

Selir hatimu untuk selamanya

Oh, aku rela, kurela

Oh, aku rela, kurela

Aku rela oh aku rela

Bila aku hanya menjadi (hanya menjadi)

Selir hatimu untuk selamanya

Oh, aku rela kurela

🎶

Riuh tepuk tangan menggema saat Arumi selesai bernyanyi. Namun Alfaro hanya diam tak bergeming, lagu yang di bawakan Arumi begitu menusuk hingga ke relung hatinya. Arumi juga masih berada di sana, memandangi Alfaro yang juga masih memandanginya. Meski diam tanpa kata tapi seolah Secara tidak langsung hati mereka saling berbicara, mengungkapkan perasaan yang sama-sama mereka rasakan.

Bersambung 💓

Note: Lagu yang dinyanyikan Arumi adalah lagu di populerkan oleh grup band TRIAD berjudul Selir Hati.

Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊.

1
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
Ririn Nursisminingsih
hadech kok malah saling berbohong mending arumi bilang aja udah nikah
Ririn Nursisminingsih
ayoo arumi srmangat tunjukan kmu wanita cerdas,kuat,ndak mudah ditindas
Ririn Nursisminingsih
ambil aja arumi buat alvaro bucin sama kmu...biar tau rasa dia
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
Luar biasa
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mampir di arumi
Novie Yanti
iy senyum senyum sendiri.. sweet banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!