NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Entah apakah kehadiran Adrian untuk meminangnya ini adalah hadiah Tuhan untuk menggantikan pengkhianatan Aji, atau ada sesuatu yang tak beres. Binar seakan tak diberikan andil untuk membuat keputusan. Ibunya begitu mendesaknya untuk segera menikah dengan Adrian.

Vira, teman kerja Binar, juga malah mendukung Binar menerima pinangan Adrian. “Semua wanita ingin sepertimu, Bin. Tiba-tiba dilamar lelaki kaya dan masih muda, meski usianya 34 tahun. Usia yang cukup matang untuk dijadikan suami. Dari pada si Aji, tampangnya biasa saja tapi doyan main perempuan”

Sama halnya dengan Amel, yang juga menganggap sang kakak sangat beruntung. “Aku saja harus berjuang keras untuk dapat banyak uang dan barang-barang mewah. Kakak, malah tiba-tiba didatangi sumber rezeki tanpa harus bekerja keras sepertiku. Kalau Kakak masih pikir-pikir, aku rasa ada yang salah dengan otak Kakak.”

Kalau dipikir-pikir, opini mereka ada benarnya juga, tapi Binar belum mengenal Adrian lebih jauh, oleh karena itu ia masih ragu jika harus langsung menikah.

“Ibu tidak mau tahu! Tidak ada penolakan. Jangan jadi anak durhaka kamu ya! Masih untung Ibu tidak memaksamu menikah dengan pria peyot. Disuruh nikah sama lelaki mapan dan tampan malah sok pikir-pikir.” Begitu lah yang selalu Mira ucapkan pada Binar.

Sejujurnya, keadaan ini begitu dilematis baginya. Di satu sisi, ia mendambakan kehidupan percintaan yang mulus. Tapi di sisi lain, ia harus tahu dulu alasan Adrian tiba-tiba mengajaknya menikah, padahal mereka tak saling mengenal sebelumnya.

“Apa bisa kita bertemu? Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan,” ajak Binar dalam panggilan teleponnya bersama Adrian.

Tak menolaknya, Adrian bergegas menemui Binar di bakery.

20 menit menunggu, Binar mempersilakan Adrian yang baru saja datang, untuk duduk di salah satu meja tempat para pengunjung yang ingin makan kue di sana.

“Ada apa, Binar? Apa kamu masih ragu menerimaku?” tanya Adrian begitu lembut.

Ini juga lah yang membuat Binar semakin bimbang. Adrian tak menunjukkan sikap buruk di matanya. Lelaki itu begitu sopan dan santun dalam berinteraksi dengan wanita.

Mengangguk, Binar mengaku ia masih belum paham apa alasan sebenarnya lelaki itu tiba-tiba ingin melamarnya.

“Binar, aku sudah pernah bilang waktu ke rumahmu dulu untuk yang pertama kalinya. Aku tidak sengaja melihatmu di jalan. Saat melihatmu, aku merasa jatuh cinta pada pandangan pertama. Dari situ, aku mencoba mencari tahu tentang kamu, di mana rumahmu, di mana tempat kerjamu. Diam-diam, aku selalu mengikutimu karena aku cukup mengagumimu. Apa aku tidak sesuai dengan kriteriamu?” tanya Adrian membuat Binar tak enak hati.

“Bukan, bukan begitu. Maksudku, kenapa kamu bisa menyukai wanita sepertiku? Aku hanya pekerja toko kue dan bukan anak orang kaya. Sedangkan kamu adalah seorang pengusaha hebat, yang seharusnya punya pandangan lain terhadap wanita impianmu,” jelas Adrian.

Hanya tersenyum, Adrian kembali menjelaskan bahwa cinta itu tak memandang asal usul. Semua dikontrol oleh hati dan perasaan. “Apa wanita itu wajib bekerja? Bukankah laki-laki yang bertanggung jawab soal finansial keluarga? Terus, kenapa aku harus mencari wanita kaya?”

Terdiam, Binar tak bisa membantahnya lagi. Ia sungguh dibuat terpesona dengan cara Adrian berbicara dengan kharismanya. Meski ia belum mencintai lelaki itu, tapi rasanya tak akan sulit untuk menumbuhkan benih-benih cinta secepat kilat jika Adrian lah orangnya.

“Usiaku sudah 34 tahun, aku juga ingin segera punya anak. Aku ingin menikah dengan disaksikan ibuku yang tengah terbaring sakit, sebelum terlambat. Bagiku, sudah tak ada waktu lagi untuk pacaran,” lanjut Adrian, membuat Binar semakin takjub.

Binar lalu menanyakan sakit apa yang diderita sang calon ibu mertua.

“Ibuku lumpuh, karena kecelakaan beberapa bulan lalu yang juga menewaskan ayahku. Kami sudah membawanya ke luar negeri untuk pengobatan, tapi memang tak ada solusi lain selain menerima keadaannya sekarang. Bisa bertahan hidup sampai detik ini saja sudah syukur.

Merasa iba, Binar tak ingin lagi membahasnya dan kembali bertanya satu hal lagi yang menurutnya penting, yaitu memastikan apakah ia masih boleh bekerja atau tidak setelah menikah nanti.

“Untuk masalah itu, aku bebaskan padamu. Kamu bebas mau tetap bekerja atau tidak, aku tak memaksa, selama tidak membuatmu kelelahan, silakan saja jika bekerja membuatmu senang.” Jawaban Adrian membuat Binar seakan tak sulit membuat keputusan.

Hingga mereka mengakhiri obrolan, karena Binar sudah harus kembali bekerja.

“Nanti aku jemput ya, sampai jumpa,” pamit Adrian bergegas pergi dari toko.

Selepas lelaki tampan itu melangkahkan kakinya keluar, Vira menghampiri Binar. “Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan berpikir dua kali, Bin. Atau kalau kamu tak mau, aku saja yang menikah dengannya.”

***

Atas pemikiran matang Binar dan desakan ibunya, akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan Adrian, yang direncanakan akan digelar minggu depan, sekaligus untuk mempersiapkan semuanya. Alasan pernikahan dilaksanakan secepat ini adalah karena pertimbangan kondisi ibu Adrian. Sengaja acaranya juga hanya akad, sesuai dengan yang telah mereka diskusikan sebelumnya.

Keluarga Binar juga tak keberatan karena Adrian ingin sang ibu hadir dalam pernikahannya, sedangkan kondisi ibunya yang lumpuh, tak mungkin ikut serta dalam pesta resepsi.

Selesai semuanya siap, pagi ini, dengan mengundang perwakilan beberapa tetangga Binar serta kerabat, keluarga, dan teman dekatnya, juga keluarga perwakilan Adrian, akad pun akan segera dilangsungkan di kediaman orang tua Adrian, karena tak mungkin membawa ibunya ke rumah Binar.

Pakde Binar, yang akan menjadi wali nikah menggantikan almarhum ayahnya.

Setelah dipastikan semuanya telah siap, akad pun dimulai.

“Saudara Adrian Kamareza bin Alm. Farid Hasan, saya nikahkan dan kawinkan Anda dengan Binar Anindhita binti Kholiq Sunaryo, dengan mas kawin uang tunai sebesar 100 juta rupiah, dibayar tunai!” ucap Pakde Binar dengan lantang.

“Saya terima nikah dan kawinnya Binar Anindhita dengan mas kawin tersebut tunai!” jawab Adrian dengan mantap.

“Sah!” Disusul sambutan oleh para hadirin.

Meski hanya akad, tapi keluarga Adrian begitu menyajikan hidangan yang memanjakan lidah para tamu.

“Kamu bisa minta apa saja sama kakakmu, sekarang dia sudah jadi istri pengusaha, lihat saja rumah orang tuanya saja sebesar ini. Ayahnya sudah meninggal, ibunya juga pasti tak lama lagi akan menyusulnya. Dia tak punya adik atau kakak, calon pewaris tunggal,” bisik lirih Mira pada Amel, hingga mereka pun cekikikan sambil menyantap hidangan.

Tak hanya itu, Mira juga meminta anak keduanya itu mencari pria kaya untuk menikahinya, agar bernasib sama seperti sang kakak.

***

1 hari setelah akad digelar, Adrian memboyong Binar ke rumah pribadinya, yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

Tak merasa aneh karena tak tinggal di rumah orang tua Adrian, karena ibu mertuanya itu sudah memiliki suster yang mengurusnya. Binar justru bahagia bisa memiliki kehidupan sendiri bersama keluarga kecilnya nanti, tinggal di rumah yang berbeda. Setidaknya, hidupnya juga akan bisa lebih tenang daripada tinggal bersama ibu dan adiknya.

Di rumah Adrian, ada dua orang satpam dan 3 asisten rumah tangga berseragam. Rumahnya cukup besar dan berlantai 3. Benar-benar rumah seorang pengusaha sukses pada umumnya. Seketika Binar merasa beruntung telah dipilih Adrian menjadi istrinya.

Ia lalu diantar oleh seorang asisten rumah tangga, menuju kamarnya di lantai 3.

Dalam benaknya seketika mulai berpikir, bahwa biasanya kamar utama ada di lantai 1 atau 2. Tapi, ia justru dibawa ke lantai paling atas, yang hanya terdiri dari 3 ruangan. 3 ruangan itu di antaranya adalah dua kamar dengan ukuran kecil dan sedang, sedangkan 1 ruangan lagi bertuliskan “gudang”.

Benar saja, ia diantar ke sebuah kamar yang berukuran sedang, dengan keadaan kamar yang tak sesuai dengan kemegahan rumah mewah ini dari depan.

“Silakan, Nyonya bisa istirahat di sini,” ujar asisten rumah tangga bernama Yuli itu, lalu pamit turun ke bawah.

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!