Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 04
Elara POV
Dua minggu berlalu, kehidupanku yang seperti neraka aku lalui dengan besar hati. Jika tidak begitu, aku mungkin sudah mati berdiri.
Wanita itu semakin menunjukkan warna sesungguhnya dengan mengikuti semua cara berpakaianku. Tukang plagiat yang berusaha merubah takdirnya dari burung gagak menjadi phoenix, ia ingin menjadi sepertiku...? jangan bermimpi.
Hari ini jadwal kelas kepribadian untuknya. Aku hanya menatap malas pada dirinya yang menghampiriku berusaha berjalan anggun dengan highhels di kakinya meski terseok-seok. Inginku tertawa lepas melihat kekonyolannya. Butuh waktu yang lama untukmu terbiasa berjalan sesuai ritme, lagi pula untuk apa memakai sepatu 7 senti di dalam rumah?
Aku sedang minum teh didampingi Martha, ia berdiri menghalangi sinar matahari pagi yang sangat berharga dibanding keberadaannya di sini.
"Ka-"
Aku memicingkan mata saat mulutnya hendak memanggilku dengan sebutan menjijikkan. Ia pun menelan salivanya lalu melanjutkan kata.
"Ehm... Nyonya Elara... aku akan belajar menjadi anggun sepertimu, mendampingi Tuan dengan pantas."
Apa maksud dengan perkataannya? Aku menyesap teh ku dan mengerutkan kening karena tiba-tiba rasanya menjadi kecut. Apa karena keberadaannya? Sungguh menyebalkan.
"Aku tidak peduli, seberapa pun kerasnya kamu mencoba mencari perhatianku, aku katakan semua itu percuma." Aku menggedikkan daguku. "Pergilah, kau menghalangi cahaya matahari yang sangat berharga," sarkasku mengusirnya.
Ku lihat ia mengepalkan tangan, lalu berbalik sambil menghentak langkahnya pergi. Aku tersenyum manis melihat kemarahannya.
"Nyonya, kenapa anda begitu tenang? Bahkan membiarkan Tuan tidur bersama gundik itu," Martha berkata dengan berapi-api.
"Jaga bahasamu sayang, aku memang tidak tau asal usulnya. Tapi sebutan guntik terlalu kasar dan mengotori mulut terpelajarmu," tegurku.
Aku tidak mau Martha menjadi sama liarnya dengan wanita itu. Biarkan saja dia mau melakukan apa, aku hanya akan bertindak saat dirinya mengusik atau menggangguku lebih dari ini. Martha berasal dari keluarga baik-baik, ayah dan ibunya adalah kepala pelayan di keluargaku. Martha seorang sarjana di universitas dalam negeri, dan mengabdi padaku atas keinginannya sendiri. Jika wanita itu merasa lebih tinggi dari Martha, maka dia salah besar.
Aku beranjak dari kursiku, aku harus menghadiri acara amal hari ini. Seperti biasa... menemani Ares di depan publik.
🍁🍁🍁
Author POV
Sophie melempar buku tebal yang harus dibacanya dari guru kepribadian.
"Hanya berjalan, kenapa susah sekali. Harus membaca buku yang seperti kamus itu, menyebalkan!" keluhnya.
Sophie melompat ke atas ranjang empuk hendak tidur. Namun, ia segera bangkit dari duduknya ketika Ares memasuki kamar. Tampak pria tampan itu sudah rapi dengan jas armani membalut tubuh atletisnya. Sophie tidak berkedip melihat pesona Ares yang menghipnotis.
Wanita itu berjalan mendekat dengan senyum andalannya. "Tuan sudah rapi dan tampan, Tuan mau kemana?" ucapnya selembut mungkin.
Ares menoleh dan tersenyum. "Aku akan menghadiri acara amal, kamu di rumah saja ya," pria itu mengusap rambut Sophie.
Tanpa kata Sophie langsung memeluk Ares. "Aku ingin ikut Tuan, aku tidak akan mengganggu. Aku hanya ingin bersamamu," bujuknya manja. Ares sempat terkejut dengan sikap Sophie.
Ares mengusap punggung Sophia dengan sayang. "Maaf, aku tidak bisa membawamu. Karena semua orang tau jika istriku hanya Elara. Bersabarlah... semua ini demi menjaga perusahaan agar tetap stabil."
"Aku cemburu Tuan... Nyonya bisa kapan saja dekat dengan Tuan, sedangkan aku? Hanya bisa menunggu di sini. Aku kesepian... aku butuh Tuan," Sophie menatap dalam manik Ares. Ia mendekati wajahnya pada pria itu lalu mendaratkan kecupan pada bibirnya.
Ares yang terhenyak sesaat akhirnya terbuai. Sophie begitu lemah dan lembut di matanya. Sosok yang tidak ada pada diri Elara. Saat nama istrinya terlintas, Ares menarik dirinya dari ciuman tersebut.
"Kenapa Tuan?" wanita itu tampak kecewa.
Ares nenoleh pada pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Tidak ada siapa-siapa di sana. Ia pun kembali memandang Sophie yang masih memeluknya.
"Sudah terlambat, aku harus pergi." ucapnya pelan lalu melepas rangkulan Sophie.
"Baiklah, malam ini aku harap Tuan tidak lelah... sejak malam itu... Tuan belum menyentuhku," cicitnya.
Ares terdiam sesaat. Selama tidurnya terpisah karena Elara yang menolaknya, dengan terpaksa dirinya tidur bersama Sophie. Meski tidak terjadi apapun karena Ares seolah enggan melakukannya. Ares memilih mengacak rambut Sophie.
"Berdo'alah agar aku tidak lembur, aku pergi," Ares melenggang pergi.
Sophie menatap sinis, kesal karena sikap Ares yang seolah tidak terpancing rayuannya. Dia tidak akan pernah melupakan malam panas yang ia lalui bersama Ares, meski pria itu tidak mengingatnya karena saat itu Ares dalam keadaan mabuk berat.
Pengakuan Sophie akan dirinya yang telah terenggut kegadisannya mengharuskan Ares menikahinya. Hingga di sini Sophie berada, di rumah Ares sebagai istri ke-dua. Ditambah kabar kehamilannya membawa angin segar untuk Ares yang telah menanti penerus sejak lama.
🍁🍁🍁
Elara POV
Ares mengeryit ketika melihatku menunduk kepala di dalam mobil. "Kau kenapa?" tangannya hendak meraihku namun aku segera menghindar.
Tangan itu menggantung lalu terkepal sebelum kembali ke tempatnya.
Aku menengadah dengan hidung yang memerah serta mata yang basah. Aku masih saja menangisi pria brengsek di sampingku. Saat ingin memanggilnya untuk ke mobil, aku melihatnya mencium wanita itu. Rasanya teramat sakit, Ares yang terlihat menikmatinya menjadi pemandangan pedih untukku. Apa lagi yang bisa aku harapkan?
"Aku tidak apa-apa, menjauhlah," tegasku lalu memalingkan muka.
"Kau ada masalah denganku?" Ares tersinggung dengan perkataanku.
"Semua masalah memang berawal darimu," ucapku datar. "Jangan bahas ini lagi jika kamu tidak ingin mempermalukan diri sendiri." Aku menuruni mobil hendak menuju aula tempat acara itu di laksanakan.
Ares menghela nafas kasar, mungkin sikapku diluar ekspektasinya. Aku sengaja menjaga jarak dengannya, bahkan terkesan tidak peduli, padahal sebelumnya dirinya lah prioritasku selama ini. Sikapku memang tidak lembut, Aku menyadari itu.Banyak yang bilang jika aku mempunyai karakter yang tegas dan kuat dan hal itu membuat Ares menginginkan diriku yang lain. Yang ia temukan di dalam diri Sophie.
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "