"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Ahh... kak!" Evelyn terpekik kala lidah Devano yang sangat teramat lembut itu masuk lebih dalam lagi, menusuk lubang miliknya.
Lidah Devano menari-nari menjilati titik sensitifnya, lalu menghisapnya dengan kuat. Membuat erangan Evelyn semakin parau
Tubuh Evelyn menggelinjang. Sekuat tenaga dia mencoba mendorong kepala Devano dari miliknya, tapi usaha yang dia lakukan sia-sia karena pangkal pahanya terkunci kuat oleh cengkraman Devano. Devano semakin buas mencumbui miliknya. Pria itu semakin membuatnya gila.
"Mmmhh... mmmhhh..." Jari-jari kaki Evelyn menekuk, punggungnya beberapa kali melengkung ke atas. Sensasi geli bercampur nikmat yang diterima oleh Evelyn benar-benar telah memporak-porandakan pertahanannya. Tangannya meraih apapun yang ada disekitarnya, lalu mencengkeram kain seprai dengan sekuat tenaga.
Bahkan tanpa Evelyn sadari dia telah mende-sah menyebut nama kakak tirinya itu, "Ahhh... Kak Devano..."
Devano tersenyum samar, dia telah berhasil memancing gairah Evelyn. Walaupun Evelyn tidak mau mengaku, tapi bahasa tubuhnya mengakui semua itu.
Evelyn semakin tidak tahan. Tangannya reflek mencengkram rambut Devano, dia melebarkan kedua pahanya membuat Devano semakin dalam memainkan lidahnya pada milik Evelyn.
Badan Evelyn terjungkat tinggi. Dia menengadahkan kepalanya ke atas. Badannya bergetar. Ketika dia merasakan ada yang mendesak ingin keluar dari miliknya. Membuat Evelyn semakin kuat mencengkram rambut Devano dan menekan kepalanya, membuat lidah Devano menusuk jauh lebih dalam.
"Mmhhh... kak... ahhh... ahhh..."
Evelyn memekik keras, terombang-ambing dalam sebuah kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Di bawah sana telah mengeluarkan banyak cai-ran yang begitu banyak. Membuat nafasnya tersengal-sengal.
Tak berhenti disitu saja, Devano kembali menggoda Evelyn. Dia menjilati cai-ran tersebut, menghisap cairan itu sampai habis. Dengan meliuk-liukkan lidahnya, membuat tubuh Evelyn meremang.
"Ahhh... Kak, stop!"
Tubuh Evelyn menggelinjang tak tertahankan. Dia merasakan separuh nyawanya telah ikut terhisap oleh kakak tirinya itu. Membuat dia telah kehilangan akal sehatnya. Tak mampu untuk melakukan perlawanan lagi.
Devano memandangi Evelyn, gadis telah dikuasai oleh gairah, membuat dadanya naik turun dan nafasnya tersengal-sengal. Seakan sedang memohon kepadanya untuk segera melakukan penyatuan.
Sehingga Devano segera melucuti semua pakaian yang dia kenakan, lalu memposisikan dirinya berada di antara kedua pangkal paha Evelyn.
Devano melebarkan kedua paha Evelyn, dengan sekali hentakan yang cukup kasar. Membuat sang anaconda yang berukuran besar itu telah terbenam sempurna di dalam milik Evelyn.
"Ahhh..." Evelyn sedikit meringis merasakan sesuatu yang keras dan panjang itu memenuhi miliknya.
"Oh Evelyn!" Devano menggeram. Dia merasakan sang jantan dikoyak, dihisap dan dijepit oleh milik Evelyn.
Sangat terasa nikmat merasakan kedutan hangat milik gadis itu. Membuatnya gila. Jauh lebih nikmat dari pertama kali mereka melakukannya.
Devano menarik pinggulnya ke belakang, lalu menghujamkannya lagi dengan kencang.
"Ahhh... kak!"
Evelyn tidak kuasa menahan desa-hannya kala dia dihujani kenikmatan yang bertubi-tubi oleh Devano.
Devano mencium bibir Evelyn, dengan dikuasai oleh hawa na-fsu pria itu menggerakkan pinggulnya dengan brutal. Menghentakkannya lebih dalam mencari ke titik kenikmatan yang mulai kian terasa.
Evelyn melenguh, pada setiap hentakan milik Devano menghujani miliknya. Menumbuk titik manis itu berkali-kali, hingga dia merasakan kenikmatan yang teramat.
Tubuh Evelyn benar-benar terlena. Tanpa dia sadari dia membalas ciuman Devano. Membelitkan lidah keduanya dan saling bertukar saliva.
Semakin dalam dan jauh lebih dalam lagi, terus menerus Devano hentakan berkali-kali. Mengenai titik kenikmatan pada milik gadis itu. Ciumannya turun ke bawah dan langsung melahap payu-dara Evelyn.
"Mmhhh..." Evelyn mere-mas rambut Devano yang sedang dia susui. Sungguh jiwanya tak ada lagi disana, dia seakan tersesat di tempat asing yang teramat indah.
Kenikmatan ini sungguh membuat Evelyn kehilangan akal. Dia yang sedang tertidur pulas, tiba-tiba diserang oleh Devano yang memberikannya banyak kenikmatan. Meskipun Evelyn tidak pernah sekalipun menginginkannya. Tapi Devano mampu menaklukkan Evelyn diatas ranjang. Membuat Evelyn terhanyut dengan semua sentuhan yang Devano lakukan pada tubuhnya.
Setelah lama mereka berbagi peluh bersama, hingga akhirnya detik ini mengantarkan mereka menuju puncak pelepasan.
"Ahhh... ahhh..."
Suara erangan keduanya menggema memenuhi kamar. Devano menyemburkan benihnya membanjiri milik Evelyn. Apalagi Evelyn, dia telah dibuat basah berkali-kali.
Tubuh Devano pun ambruk menindih tubuh Evelyn, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis itu, menghirup aroma tubuh Evelyn yang sangat tercium wangi.
Keduanya sama-sama merasakan lelah, sehingga keringat membasahi tubuh mereka.
Ternyata Evelyn hanya diberi waktu sepuluh menit saja untuk bernafas, kini Devano kembali menyerangnya. Mungkin karena Devano ingin melampiaskan hasratnya yang sudah berusaha kuat dia pendam, pada akhirnya dia telah hilang kendali, tak mampu menahannya lagi.
Devano terus menggempur Evelyn sampai dirinya merasa puas, walaupun Evelyn beberapa kali meminta untuk berhenti karena dia sudah sangat kelelahan.
Devano tak mempedulikan penolakan Evelyn, dia belum rela melepaskan tubuh gadis itu.
Ah, mengapa tubuh Evelyn harus secandu ini?
"Arrghhh.... Ahh!"
Devano menggeram ketika sang anaconda kembali menyemburkan be-nih pada milik Evelyn.
Nafas pria itu tersengal-sengal memandangi wajah Evelyn yang sudah terlelap. Dia melihat rambut Evelyn yang sedikit berantakan, membuat wajah gadis itu sedikit tertutupi.
Devano pun segera membenarkan rambut Evelyn dengan lembut, sehingga dia bisa melihat dengan jelas betapa cantiknya wajah adik tirinya itu. Sehingga tanpa dia sadari, dia memandangi wajah Evelyn dengan waktu yang cukup lama.
Perlahan-lahan Devano menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Evelyn.
Namun, dia tahan. Saat mengingat betapa bencinya dia kepada ibunya Evelyn. Dia tidak boleh jatuh cinta kepada gadis itu. Tidak akan pernah.
Devano pun segera menegakkan badannya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia memastikan kejadian malam ini tidak akan pernah terulang kembali. Tidak ada malam ketiga, apalagi malam keempat. Apalagi dia akan kembali ke Indonesia. Dia akan secepatnya melupakan semua kegiatan panas yang dia lakukan bersama dengan Evelyn. Yang memang seharusnya tidak boleh terjadi diantara mereka.
hhuuuuaaaaaaa...
peluk Avel erat²....
dengar ya Vanuan jangan membuat gundah gulana., hidup Avel udah berat....
peluk erat Buah Avel
skrg dev bersaing ama gio tuk mndptkan eve
seruuuu