Rega Zalzala adalah putra ke empat dari keluarga Duke Zalzala.
Dia satu-satunya anak yang tidak memiliki kekuatan apapun. kelahiran nya di anggap aib oleh keluarga.
Di usia 18 tahun, keluarga nya memilih untuk membuang Rega seperti seekor anjing.
Namun tanpa di sangka, di detik terakhir hidup nya... dia mendapatkan sistem Dewa.
sebuah sistem yang akan mengubah hidup nya dari seorang pecundang menjadi seorang Raja.
ini adalah perjalanan Rega Zalzala membalas dendam dan menjadi Kesatria terkuat di kerajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bonggiw01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Sementara itu, Di balik pilar-pilar megah dan dinding batu putih bersih istana keluarga Zalzala, suasana ruang utama terasa membeku.
Silva Zalzala, pemimpin keluarga sekaligus Duke yang dihormati dan ditakuti, duduk tenang di atas singgasana perak.
Sorot matanya tajam dan dingin, memancarkan aura penguasa mutlak.
Di hadapannya, ketiga anak tertuanya, Ken, Hazel, dan Sarah yang berdiri dengan sikap angkuh dan penuh kepercayaan diri.
Sementara seorang gadis muda berdiri paling belakang, tubuhnya gemetar, wajahnya diliputi kesedihan.
“Apakah kalian sudah memastikan anak gagal itu disingkirkan?” suara Silva terdengar datar, tapi penuh tekanan. Tak ada kemarahan… hanya dingin yang menusuk.
“Sudah Ayah.” Hazel menjawab cepat. “Kami pastikan dia mati di hutan. Bahkan jika dia masih hidup, tubuhnya pasti sudah dimakan hewan liar. Dia sudah lumpuh dan tidak akan kembali”
Sarah ikut menambahkan, “Dia tak akan bisa bangkit lagi, Ayah. Luka yang kami berikan akan membuatnya cacat seumur hidup… ya, itu pun jika dia masih hidup.”
Ken, sang sulung, menyilangkan tangan. “Kami telah menuntaskan semuanya sesuai perintah, Ayah. Rega tidak akan pernah muncul lagi. Bahkan jika dia masih bernapas, dia hanya akan menjadi bayangan menyedihkan tanpa nama. Kita tidak akan melihat nya lagi.”
Di sudut ruangan, gadis berambut cokelat panjang mengepalkan tangan. Suaranya pecah, menahan amarah dan tangis.
“Kalian… bagaimana mungkin kalian bisa sekejam itu?! Dia kakakku! Dia saudara kalian!! Dia… masih anggota keluarga kita!!” teriak Sheila Zalzala, anak bungsu yang baru berusia lima belas tahun.
Sarah menatapnya tajam. “Sheila! dia bukan bagian dari keluarga ini! Dia aib. Sampah gagal yang bahkan tidak mampu membangkitkan Qi-nya selama tujuh tahun penuh.”
“Itu kejam, Kak Sarah! Kak Rega… dia selalu baik padaku!” isak Sheila. “Dia satu-satunya yang pernah membelaku di rumah ini…!”
Hazel mendengus keras. “Berhenti membela orang lemah, Sheila! Rega pantas disiksa, dibuang, dan dilupakan. Dia tak punya tempat di keluarga Zalzala.”
Sheila ingin membalas, namun....
“Diam!” Suara Ken memotongnya tajam, penuh tekanan. “Kau hanya anak kecil. Tidak ada tempat untuk mu berpendapat di ruang ini!"
Air mata Sheila jatuh membasahi pipi, namun tak ada yang peduli.
Tidak satu pun dari ketiga kakaknya menoleh padanya. Hanya kebekuan, hanya ketegasan.
Silva akhirnya angkat bicara lagi.
Tatapannya menyapu anak-anaknya, suaranya tak berubah... tetap dingin dan tenang seperti pedang tanpa sarung.
“Ken. Pastikan tak seorang pun di luar tembok ini mengetahui keberadaan Rega. Namanya harus dihapus dari seluruh catatan keluarga.”
Ken membungkuk. “Ya, Ayah. Aku sudah mengatur semuanya. Tidak ada satu pun pelayan atau penjaga yang tahu siapa yang kami buang ke hutan malam itu.”
“Bagus.” Silva mengangguk tipis. “Mulai saat ini, tidak pernah ada anak bernama Rega dalam keluarga Zalzala.”
“Baik, Ayah!” seru Ken, Hazel, dan Sarah serempak.
Sheila hanya bisa berdiri di sana. Tubuhnya gemetar, bibirnya menggigit, air matanya jatuh tanpa suara. 'Kak Rega… maafkan aku…'
Di istana yang indah ini, darah dingin lebih berkuasa daripada kasih.
-------++-
Ciiiirrr...
Gemericik air sungai mengalun lembut, membasahi tubuh seorang pemuda yang berdiri tegak di tengah aliran dangkal.
Di bawah cahaya pagi, kulitnya yang basah berkilau keperakan.
Tubuhnya kini sempurna... tinggi, ramping, dan berotot seperti pendekar muda yang telah ditempa bertahun-tahun.
Rega menatap pantulan dirinya di air. “Ini... benar-benar luar biasa,” gumamnya pelan.
Wajahnya kini tampan dan tajam, sorot matanya lebih hidup, tubuhnya tidak lagi terlihat seperti anak yang tertindas tapi seperti pemangsa yang sedang menunggu waktunya untuk menerkam.
“Semua ini berkat Pil Penyempurna Tubuh yang aku telah di awal.” lanjutnya sambil menyentuh otot lengannya yang keras seperti batu.
Setelah mengenakan pakaian, langkahnya mantap menuju tanah lapang tempat Atar datang tergesa-gesa.
“Aniki!” seru Atar, napasnya memburu. Di tangannya tergenggam karung berisi tanaman obat.
“Aku menemukan banyak sekali! Sepertinya daerah ini kaya dengan bahan langka!”
Rega hanya mengangguk. “Bagus. Berikan padaku.”
WUUSSH!
Dengan satu gerakan tangan, semua tanaman masuk ke dalam Cincin Dimensi.
"Berapa lama lagi ke ibu kota?” tanya Rega.
Sebagai anak Gagal, dia tidak pernah meninggalkan kediaman keluarga Zalzala, ini pertama kali nya dia berada di luar rumah.
“Sekitar lima hari, Aniki. Jika berjalan terus tanpa henti.”
“Bagus. Kita akan percepat. Aku ingin segera melihat sendiri seperti apa dunia luar.” ucap Rega, lalu berjalan lebih dulu.
Atar mengikuti di belakang, menatap punggung Rega dengan kekaguman yang dalam. ‘Tubuh, kekuatan, dan ketegasannya… Aniki seperti Ksatria kuat...’
Satu jam kemudian…
Di kejauhan, sebuah desa kecil muncul, tersembunyi di pinggiran hutan.
Asap dari cerobong, bau kayu terbakar, dan suara ayam terdengar samar.
“Aniki, lihat! Ada desa!” Atar menunjuk. “Kita bisa mampir untuk menambah perbekalan.”
‘Desa? Apa ini masih bagian dari wilayah keluarga Zalzala?’ pikir Rega tajam. Ia menyipitkan mata.
“Ayo Atar, Kita ke sana.”
Namun, belum jauh mereka melangkah masuk ke desa…
“DENGAR WAHAI WARGA!!” Teriakan lantang menggema di alun-alun desa.
Seorang pria berbaju zirah ringan berdiri di atas kotak kayu, lambang keluarga Zalzala terpampang di dadanya.
Wajahnya menyeringai, dan matanya menyapu penduduk dengan tatapan merendahkan.
“Demi keperluan Istana Keluarga Zalzala, kami memerlukan satu gadis muda dan cantik untuk dijadikan pelayan khusus!”
Kerumunan warga mendadak hening. Ketegangan menggantung di udara.
Darman, kepala desa yang sudah tua, maju dengan sopan.
“Maaf, Tuan... bukankah Minggu lalu kami telah mengirim satu gadis dari desa kami? Kami benar-benar tak punya siapa-siapa lagi…”
Prajurit itu menyipitkan mata. “Apa kau mencoba membangkang, tua bangka?! Jika tidak menyerahkan satu gadis hari ini, kalian akan dianggap sebagai pengkhianat!”
Di belakangnya, lima prajurit lain terkekeh dengan senyum licik.
Warga saling pandang, ketakutan merayap ke wajah mereka.
Semua orang tahu, perintah ini adalah perintah palsu.
Para prajurit meminta Gadis Cantik Muda untuk menjadi memuaskan n4fsu bej4d para prajurit.
Darman tetap berusaha tenang. “Tuan… kami benar-benar tidak memiliki gadis muda yang tersisa...”
“APA?! Berani sekali kau menipuku, Tua Bangka?!”
BRAAAK!
Prajurit itu menendang meja kayu di depannya hingga pecah Dan membuat warga ketakutan.
Namun Tiba-tiba...
“Eh? Ada apa ini?”
Suara lembut terdengar dari jalan setapak di sisi desa.
Seorang gadis muda muncul dari balik pepohonan, mengenakan pakaian sederhana dan membawa keranjang penuh jamur dan herbal.
Rambut panjangnya tergerai, kulitnya putih bersih, dan mata bulatnya terlihat polos.
Itu Naila. Usia nya 17 tahun, dan Nilai kecantikan 9,3.
Langkahnya terhenti. Ia melihat kerumunan yang menatapnya dengan tegang.
“Kenapa… semua orang menatapku?” gumamnya pelan, bingung.
“Hoho… ternyata kalian menyembunyikan berlian ya…” ucap prajurit dengan tatapan liar. “Cantik sekali. Kenapa Minggu lalu aku tak melihatmu, gadis kecil?”
Naila mundur satu langkah. Wajahnya pucat.
“Jangan dekati dia!” seru Darman, bergetar. ‘Sial… tidak mungkin aku membiarkan cucuku dibawa pergi oleh para bajingan ini…!’
Prajurit itu mengayunkan tangan. “Tangkap gadis itu dan Bawa ke gerobak. Kita akan membawa nya!"
Warga hanya bisa terdiam. Kaki mereka lumpuh oleh rasa takut. Mata mereka hanya bisa melihat… tapi tak berani bergerak.
Tiba-tiba...
Tak! Tak! Tak!
Langkah seseorang terdengar jelas di atas tanah desa yang sunyi.
Rega berjalan pelan ke tengah kerumunan, berdiri di antara para prajurit dan Naila. Sorot matanya dingin.
Prajurit memicingkan mata. “Siapa kau, Bajingan?! Menyingkir! Urusan ini bukan untuk campur tangan orang asing!”
Rega menatapnya... lalu mengangkat dagunya sedikit.
“Dari Prajurit, pelayan, hingga Tuan Kalian. Seluruh keluarga Zalzala menang sampah" Ucap dingin.
brrti bner ini inspirasinya dri black clover😃😃😃