Luka Berbalut Cinta

Zalina menggeleng,

" tidak...aku mencintaimu Alex "

" kalau begitu buktikan Alin...aku ingin bukti cintamu kepadaku sekarang agar aku yakin kau memang mencintaiku dan kau memang hanya milikku "

" ta..tapi Alex...a...aku...takut...."

" takut apa ?! Aku akan melakukannya dengan pelan "

" kau...kau tidak akan meninggalkan aku kan setelah aku memberikan yang kau mau ?! " cicit Alin dengan wajah takutnya kepada Alex.

Sebucin itu memang seorang Zalina Akira Sadewa kepada seorang Alexiz Arron Megantara hingga ia terkesan bodoh karena takut dengan kemarahan seorang Alex sekaligus takut di putuskan oleh laki laki itu.

Alex tersenyum lembut kemudian mengecup perlahan bibir Zalina.

" tidak akan..." bisik Alex sambil melepaskan pegangan tangannya di kedua pergelangan tangan Zalina dan kembali mencium bibir Zalina. Tangannya yang tadi berada di bawah sana beralih ke atas dan melepas kaos olah raga Zalina.

Kini kaos itu terlepas dan meninggalkan sesuatu yang menutupi bukit kembar Zalina, benda kenyal itu nampak menyembul dari kain penyanggahnya dan membuat Alex seakan tidak sabar untuk melepasnya.

Jemarinya pun bergerak lincah melepas kaitan bra Zalina dan kemudian menarik bra itu dari ke dua bukit kembar Zalina.

Sontak mata elangnya menatap nanar pemandangan yang begitu indah milik Zalina di hadapannya itu.

Bulat dan besar meski tak begitu besar sekali namun terasa pas di tangannya dan warnanya seputih susu, kedua pucuknya nampak kemerahan dan sukses membuat Alex terpesona.

Ia sangat suka melihat ke dua bukit kembar Zalina itu.

Ini bukan yang pertama baginya melihat keindahan tubuh seorang gadis bagian atas, tapi entah kenapa milik Zalina terasa berbeda baginya.

Jantungnya hingga terasa berdetak kencang ketika ia menatapnya tanpa kedip.

Zalina berusaha menutupi kedua miliknya dengan kedua tangannya itu karena malu tapi Alex justru menyingkirkan kedua tangannya.

" jangan di tutupi, aku ingin melihatnya Alin...akhh....Alin...." kata Alex pelan setengah mendesah lirih menahan hasrat terlarang yang tak layak untuk remaja seumuran mereka.

Alex seketika merasa ia seperti melayang ketika wajahnya berhasil menyentuh benda kenyal seputih susu itu yang terasa sangat halus dan lembut ketika menyentuh wajahnya.

" akhh....Alex....eughh....sa...kit...." rintih Zalina menahan sakit ketika Alex mulai menyesap kedua bukit kembarnya secara bergantian dan kemudian berhenti di pucuk bukit kembar itu yang kini nampak semakin memerah dan seperti tegak seolah menantangnya untuk menyesapnya.

Tangan pemuda itu tak henti meremas dan memlintir pucuk lainnya ketika ia pun menyesap pucuk lainnya pula.

Zalina mulai mendesah pelan ketika Alex menyusupkan wajahnya pada ceruk lehernya.

meninggalkan jejak kemerahan hingga keunguan.

" akhh....Alex..." Kembali Zalina berbisik lirih, ia ingin berhenti, tapi rasanya ia tak mampu.

Selain itu ia percaya dengan kata kata Alex.

Sementara Alex terus sibuk dengan kesenangannya yang salah.

" akhh....eughh...." Zalina kembali terdengar melenguh dengan tubuh yang melengkung ketika Alex menyesap dan meninggalkan jejak di perutnya.

Sore itu,

Zalina benar benar menyerahkan kehormatan dan mahkotanya kepada seorang Alexiz.

Alex yang entah sejak kapan telah berada di atas tubuh Zalina tanpa sehelai benang nampak bergerak pelan dan perlahan cepat memacu tubunya di atas tubuh Zalina yang telah ia buat polos.

Keringat mengucur deras membasahi tubuh laki laki itu.

Alex benar benar membutuhkan banyak tenaga ekstra untuk bisa menjebol gawang milik Zalina.

Tentu saja karena ini juga yang pertama baginya.

Entah berapa jam sudah berlalu, Alex nampak tidur miring sambil memeluk tubuh Zalina yang tidur di lengannya.

Selimut menutupi tubuh polos keduanya.

" Alex..." panggil Zalina pelan.

" hemm..." jawab Alex masih memeluk gadis itu, rasanya ia masih merasakan tubuhnya seperti melayang layang.

Kegiatannya barusan di atas tubuh Zalina benar benar seperti membuatnya ngefly.

Ia seperti terbang entah kemana.

Rasa nikmat luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dan tak bisa di definisikan dengan sebuah kata kata membuatnya benar benar tak berdaya kini hingga ia seperti tak lagi mampu meski hanya berkata kata saja.

" Alex...aku takut...." cicit Zalina sambil tanpa sadar memeluk erat tubuh Alex yang juga masih polos tanpa sehelai benang.

" takut apa ?! " jawab Alex memaksakan diri untuk bersuara.

Pelukan erat Zalina yang membuat bukit kembar gadis yang tak lagi perawan itu bergesek dengan kulit Alex membuat pemuda itu seperti kembali tersangsang.

Perlahan hasratnya kembali bangkit, tangannya yang tadi diam dan hanya memeluk tubuh polos Zalina kini mulai bergerilnya kembali.

" aku...aku takut hamil..." cicit Zalina lagi.

" tidak akan..."

" kau yakin ?! "

" hemm...."

" kenapa begitu ?! "

" aku mengeluarkannya di luar " jawab Alex semakin merasa seolah kesadarannya kian hilang karena jemarinya yang kembali telah bertengger di atas milik Zalina di bawah sana sementara bibirnya telah kembali menyusup kedua bukit kembar Zalina.

" Alex...ehmmm.....jangan begini.....ehmmm...." Zalina merasa entah sekaligus takut ketika Alex kembali mengulang kegiatannya menyusuri tubuhnya dengan bibirnya sementara tangan Alex yang lain kembali bermain main pada miliknya di bawah sana.

" Alex...."

" aku ingin lagi Zalina..." bisik Alex kacau.

" tapi...."

" jangan halangi aku Zalina.... plis..." pinta Alex dengan wajah yang sudah berkabut hasrat.

Dan Zalina akhirnya hanya bisa pasrah dan mengerang nikmat ketika Alex kembali menjarah dan menabur kenikmatan pada tubuhnya.

" akhh....Zalina....eughh...." Alex mengerang panjang ketika rasa luar biasa akhirnya meledak di bawah sana.

Begitupun dengan Zalina.

" Eughhh....sshhtt...." lenguh Zalina dengan tubuh yang melengkung ke atas dan langsung di terima Alex dengan bibirnya.

Tak lama, Alex pun ambruk di sisi tubuh Zalina.

Satu tangannya melingkar di atas tubuh Zalina yang saat ini sedang terlentang sambil menatap langit langit ruangan.

Tiba tiba dadanya terasa sesak,

Ia bukan gadis liar...tapi sekarang ia telah kehilangan sesuatu miliknya yang paling berharga dan seharusnya ia jaga dengan segenap jiwa dan raganya.

Bulir bulir bening mengalir di sudut matanya, dalam kebisuan...

sesal yang terlambat. Kini ia hanya bisa berharap Alex tidak akan mengingkari janjinya.

Zalina sungguh menyesali perbuatannya. Ia telah mengecewakan kedua orang tuanya.

Tapi...

Nasi telah menjadi bubur. Ia tak mungkin mengembalikan semua yang telah terjadi. Zalina mengusap pelan bulir bulir air matanya yang menetes begitu saja.

" kau menangis ?! " tanga Alex yang tiba tiba menoleh kepada Zalina ketika ia mendengar isak kecil gadis itu.

Tadi gadis itu juga menangis dan hampir berteriak jika ia tak cepat membungkam bibir Zalina dengan bibirnya ketika ia baru berhasil mejebol keperawanannya.

Dan sekarang, kembali ia mendengar isak kecilnya.

Zalina menggeleng pelan.

" kau...menyesal karena telah memberikan kegadisanmu padaku ?! " tanya Alex lagi dengan kening berkerut.

Zalina terdiam.

" Alin...jawab, kenapa diam saja....?! Kau menyesal telah memberikannya untukkku ?! " tegas Alex lagi.

" ti..ti...tidak...tapi..."

" tapi apa ?! jika tidak kenapa kau menangis ?! " raut wajah Alex keruh menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap sikap Zalina.

" kau...tidak akan meninggalkan aku kan Lex ?! " cicit Zalina kemudian dengan wajah sendu.

Alex terdiam dan menatap Zalina dalam. Kemudian ia pun menggeleng sambil menyatukan kening keduanya.

" tidak akan..." jawab Alex kemudian.

Flass off