NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Empat

Dokter sedang memeriksa Nisa dengan wajah penuh harapan. Nurani mereka ikut berduka melihat anak sekecil itu mengalami syok hingga membuat kesadarannya terganggu.

Nisa memeluk kotak boneka Barbie itu dengan erat. Namun, mulutnya tidak berkata apa-apa. Dia menunduk dengan mata yang terus menatap ke arah bonekanya.

"Bagaimana, Dok?"

"Perkembangannya cukup baik. Perlahan anda harus menstimulasi pasien. Saya rasa dia bisa mencapai kesembuhan dengan usaha anda yang konsisten. Kekosongan kesadaran biasanya terjadi karena letupan emosi yang terpendam. Meski masih anak-anak kemungkinan besar adik Nisa ini selalu memendam semuanya sendiri, entah marahnya, kecewanya semua dia tahan sendiri," tutur Dokter.

Setelah mendengar keterangan Utari kemarin, Dokter baru tahu jika Bian dan Utari bukanlah pasangan suami istri. Namun, Dokter dan beberapa perawat memiliki pandangan yang positif terhadap pria itu, mereka merasa Bian adalah sosok yang luar biasa.

Setelah dokter dan perawat pergi. Bian kembali duduk di dekat brankar Nisa, ia secara perlahan menggenggam tangan Nisa dan mengusapnya.

"Nisa, apa kamu mau memainkan bonekanya?"

Nisa menatap lama box bonekanya dan lalu tiba-tiba menoleh menatap Bian. Bian tersenyum, akhirnya bocah ini menunjukkan banyak kemajuan.

"Mau ga om bantu buka boxnya? Kata yang jual, boneka Nisa bisa nangis, bisa tertawa. Apa Nisa mau lihat?"

Nisa mengangguk, tapi pegangan tangannya di box bonekanya semakin erat.

"Om cuma mau bantu Nisa buka box ini. Om ga akan ambil mainan Nisa. Kalau perlu besok om akan belikan Nisa mainan yang lainnya, gimana?"

Sedikit demi sedikit cengkeraman tangan Nisa di box bonekanya mengendur. Bian tersenyum dan dia membantu Nisa melepaskan bonekanya.

"Nisa suka?" tanya Bian dengan suara bergetar. Rasanya baru kemarin dia mendengar suara celoteh Nisa yang menggemaskan, tapi sekarang dia seolah seperti cangkang yang kosong.

Nisa mengusap usap bonekanya dan lalu memeluk boneka itu erat.

Di tempat kerja, Akmal datang terlambat. Ia langsung ditegur oleh supervisornya. Dia semakin kesal dan membenci Utari. Istri sialnya itu benar-benar membuat harinya berantakan.

"Kamu kenapa?" tanya Hana. Saat makan siang keduanya bertemu di ruangan Hana. Akmal terlihat sangat kacau.

"Tadi aku ditegur Husein gara-gara telat."

"Kok bisa telat? Kan kamu dari rumah tadi udah berangkat pagi. Kamu pasti ngapa-ngapain dulu sama Utari, ya?" Hana bertanya dengan nada kesal.

"Kamu bisa ga, ga usah nambah pikiran aku? Jangan overthinking terus sama aku. Aku ga ada sentuh dia sejak kita bersama."

"Ya terus? Kenapa kamu bisa telat?"

"Aku tadi sampai rumah Utari, aku ketuk pintu sampai lama dia ga ada buka pintu. Entah kemana dia. Ga biasanya dia gini."

"Kamu khawatirin dia?"

"Hana, tolong jangan mulai. Bagaimana juga dia masih berstatus istriku. Kalau dia mamp*s aku juga yang repot ngurus ini itu," kata Akmal.

"Makanya kamu ceraikan saja dia."

Akmal diam dan tidak menyahut. Mereka tidak sadar ada seseorang di luar pintu yang mendengar percakapan mereka. Orang itu sudah lama curiga dengan hubungan keduanya dan sekarang dia sudah mendapat bukti yang konkret. Dia menyimpan rekaman di ponselnya dan lalu berjalan pelan meninggalkan area ruangan Hana.

Utari kembali tersadar, kali ini dia lebih bisa mengendalikan emosinya karena masih ada Nisa yang butuh diperhatikan. Infus Utari dilepas oleh perawat atas keinginannya sendiri. Dia duduk di dekat ranjang Nisa.

"Nisa, maafin ibu, Dek. Kalau selama jadi anak ibu, ibu belum bisa memberikan semua yang terbaik untuk Nisa."

Nisa sibuk mengusap rambut bonekanya. Dia seolah tidak mendengar ucapan Utari sama sekali.

Bian masuk membawa sekantong makanan. Dia tersenyum melihat Utari.

"Bi, kamu ga perlu nungguin kami setiap waktu."

"Ga masalah. Aku punya banyak waktu, Tari." Bian sejenak ragu untuk bicara, tapi dia benar-benar ingin membicarakan perihal suami Utari.

"Kamu ga kasih kabar dia soal Nisa?"

"Buat apa, Bi? Aku sudah coba hubungi dia berkali-kali, tapi selalu ditolak. Sejak dulu dia memang ga pernah peduli sama Nisa. Aku pikir, sikapnya selama ini yang selalu cuek sama Nisa, itu karena dia kecapekan kerja, atau dia ada masalah di pabrik. " Utari menghela napas panjang .... "Eh ga tahunya dia emang ga suka sama Nisa."

Utari tidak lagi menangis saat menceritakan suaminya. Sejak tadi dia sudah memikirkannya. Dia melirik Nisa lagi, sepertinya dia sudah membuat keputusan yang bulat.

"Bi, kalau aku minta tolong, kamu bisa nolongin aku ga? Maaf aku selalu merepotkanmu."

"Ga masalah, kamu butuh bantuan apa?"

"Untuk beberapa hari kedepan tolong jagain Nisa buat aku. Aku mau selesaiin masalahku tanpa melibatkan Nisa."

"Gimana kalau Nisa dirawat di rumahku aja? Di sana ada mama dan papaku."

"Aku percaya kamu aja, Bi. Aku ga tahu lagi mau minta tolong ke siapa."

"Jangan sungkan sama aku, Tari. Kita sudah kenal sejak lama. Nanti aku bawa kamu ketemu mama, papa dulu. Kamu ga keberatan, kan?"

Utari menggeleng. Dia memang sudah lama tidak bertemu dengan orang tua Bian. Jadi ga ada salahnya bertemu mereka dulu, sekalian minta ijin menitipkan Nisa pada mereka.

Keesokan harinya, Bian sudah selesai mengurus administrasi kepulangan Utari dan Nisa. Mereka bertiga saat ini berada di mobil. Nisa duduk di pangkuan Utari tanpa suara. Gadis kecil itu memainkan boneka di tangannya.

"Bonekanya cantik sekali, dari siapa?" tanya Utari. Dia juga ingin Nisa pulih kembali menjadi gadis yang ceria.

"Om," jawab Nisa singkat tanpa mengangkat kepalanya. Utari seketika menoleh ke arah Bian. Dia dan Bian saling menatap dengan wajah setengah tak percaya. Nisa benar-benar menjawabnya.

"Nisa," panggil Utari. Dia ingin mencoba lagi peruntungannya. Namun, sampai tiga kali panggilan Nisa kembali dalam keheningan.

Bian mengusap lengan Utari. "Sabar, pelan-pelan aja." Utari mengangguk. Dia mengusap kepala Nisa dengan lembut.

Sore hari di hari sebelumnya, Akmal kembali pulang ke rumah, tapi lagi-lagi setelah lama mengetuk pintu, pintu rumah kontrakannya tidak kunjung terbuka. Akmal benar-benar kehilangan kesabaran. Dia menendang pintu rumahnya dan berteriak mencari keberadaan Utari.

Seorang tetangga yang kebetulan melihat Utari dan Nisa dua hari yang lalu, mendekat dengan ragu.

"Dua hari yang lalu, saya lihat Utari jalan sama Nisa, tapi saya ga tahu kemana."

"Ke arah mana?"

"Aku lihatnya di depan gang, mereka ke timur."

Akmal kembali menutup pintu dan segera pergi. Dia berkeliling sekitaran daerahnya. Namun, dia tidak melihat keberadaan Utari dan Nisa.

"Si*l, kemana mereka pergi, kenapa ga mati sekalian aja, sih, dasar nyusahin."

1
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong kk
kaila
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!