Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 18
Fyuuuh
"Kenapa Gus, kok kayaknya capek bener?"
"Anakku, pengen punya ibu. Dia minta dibawain bunda."
Hahhaha
Ridwan tertawa keras ketika mendengar ucapan temannya itu. Selama ini Bagus memang tidak pernah membicarakan soal wanita ataupun terkait keinginannya mencari istri baru, maka dari itu Ridwan tertawa ketika Bagus bicara demikian.
Ridwan teman Bagus yang sudah kenal selama bertahun-tahun ditambah sekarang menjadi asistennya itu, tentu tahu betul siapa Bagus. Dari kaca mata Ridwan, Bagus adalah pria yang sangat setia. Sehingga sudah 3 tahun istrinya tiada, Bagus tetap betah menduda.
"Kenapa tiba-tiba banget sih Chan pengen punya ibu?"tanya Ridwan penasaran.
"Itu semua gara-gara baby sitter nya. Dia sayang bener sama baby sitter nya itu."
"Eh kok bisa?"
Akhirnya Bagus bercerita tentang apa yang terjadi. Tentunya hanya garis besarnya saja. Dan dia menceritakan poin utamanya terkait Chan bukan Raina.
Ridwan menjadi paham namun akhirnya muncul ide usil juga dalam kepala pria tersebut.
"Dah nikahin aja baby sitter nya Chan. Tunggu sampai masa iddah selesai, langsung di ijab."
"Gila kamu ya? Nggak bener banget ngasih ide."
Bagus mengerutkan alisnya sambil menatap sinis ke arah sang teman. Bagi Bagus itu merupakan ide yang paling tidak masuk akal. Bagaimana bisa dia menikahi pengasuh putranya sendiri. Apalagi Raina saat ini sedang berada di masa krisis kepercayaan terhadap pria dan cinta.
"Buset deh, nggak bener gimana? Nih ya Gus. Raina, baby sitter Chan itu jelas baget sayang sama Chan. Dia ngerawat Chan udah setahun ini. Chan pun suka dan sayang sama dia. Itu berarti bonding antara Chan dan Raina itu kuat banget. Nah sekarang kalau kamu nyari wanita baru. Oke aja sih mereka mah pasti seneng-seneng aja ketemu ma duda mateng, mapan, dan ganteng kayak kamu. Tapi pertanyaannya, apa bener mereka bisa sayang sama Chan. Jadi ibu dari seorang balita itu nggak mudah lho Gus. Ibu kandung aja sering tantrum ngadepin anaknya sendiri. Contohnya tuh bini ku. Lha ini dia harus ngurus anak yang nggak lahir dari perut dia, apa nggak lebih tantrum."
Degh!
Bagus tercengang mendengar ucapan Ridwan yang panjang lebar tersebut. Semua poin yang diucapkan Ridwan benar adanya.
Mengasuh anak dibawah usia 5 tahun itu sangat tidak mudah. Untuk mendapatkan chemistry dengan Chan juga tidak mudah.
Bagus ingat betul, butuh beberapa baby sitter sampai Chan merasa cocok dan itu adalah Raina. Sebelum Raina, mereka hanya bertahan paling lama 3 bulan saja. Barulah saat bertemu dengan Raina, Chan merasa cocok.
"Nah, diem kan kamu? Apa yang aku bilang bener kan?"
"Iya Rid, bener. Tapi masa iya sih aku harus jadiin Raina ibu dari Chan?"
"Apa masalahnya, kalian sama-sama single. Kamu duda, dan dia janda. Nggak usah buru-buru, lakuin pendekatan dulu aja. Dan kamu perlu ingat Gus, jangan sekedar mencari ibu untuk Chan, tapi kamu juga harus mencari istri untukmu."
Ucapan Ridwan tentu Bagus paham betul. Memang benar bahwa wanita yang akan dia bawa ke rumah nanti haruslah ia cintai, mencintai Chan dan juga mencintainya juga. Itu baru lengkap dan bisa dikatakan menjadi sebuah keluarga.
Jika tidak ada cinta, maka itu namanya hanya tinggal bersama bukannya hidup bersama.
Pluk
Ridwan menepuk bahu Bagus dengan pelan sambil berkata,"Jangan hanya memikirkan kebahagiaan Chan saja. Kamu juga perlu bahagia Gus."
Kata-kata dari Ridwan itu terngiang sampai dia kembali ke rumah. Bagus pulang ke rumahnya bukan ke rumah kedua orang tuanya. Rasanya dia ingin sendiri sekarang ini memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan permintaan sang putra.
Bluk!
Bagus menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia sejenak melirik jam yang ada di atas nakas. Saat ini masih pukul 04.30 sore, dia ingin berada di rumah sebentar baru nanti pergi ke rumah kedua orang tuanya selepas magrib.
"Bahagia, apa aku bisa bahagia tanpa ada nya kamu, sayang?" ucap Bagus sembari membayangkan wajah almarhum istrinya.
Kata-kata Namira kembali terngiang, soal Bagus yang harus kembali menemukan cinta. Meskipun begitu, nyatanya sudah 3 tahun ini dia tidak bisa melirik wanita lain. Nyatanya selama 3 tahun ini tidak ada wanita yang mempu menggetarkan hatinya. Bahkan dia terkesan dingin terhadap wanita yang ada disekitarnya.
Haaaah
"Namira sayang, ada seorang wanita. Dia sayang sekali sama Chan. Dan Chan pun begitu. Ada satu hal yang membuatnya mirip dengan mu, dia yatim piatu. Dia orang yang tidak memiliki siapa-siapa sama seperti kamu. Dia punya masalah, dan aku tergerak untuk membantunya karena aku teringat olehmu. Tapi sungguh aku tidak ingin mendekatinya hanya karena dia memiliki sisi yang mirip denganmu. Bukankah itu hanya akan menyakitinya? Tidak, aku tidak ingin itu."
Akhirnya Bagus bangun dari tidurnya. Dia mempertimbangkan sesuatu yang semua dikatakan oleh Ridwan tadi. Sepetinya, Bagus belum akan mengikuti saran Ridwan. Dia masih akan berusaha untuk mencari wanita yang menyayangi Chan yang bisa jadi ibu dari Chan.
Bagus masih denial rupanya tentang asumsi yang Ridwan berikan. Dia merasa di luar sana pasti masih banyak wanita yang tulus menyayangi Chan. Hanya saja, bagaimana Bagus akan mencari dan sampai kapan dia akan mencarinya?
Drtttzzz
"Ibu nelpon? ada apa ya? Hallo Bu, kenapa?"
"Chan Ibu bawa ke rumah sakit. Cepetan kesini."
"Apa?"
Bagus terkejut bukan main saat mendengar kabar dari Asri. Ia yakin betul tadi pagi dia meninggalkan Chan dalam kondisi baik-baik saja. Chan sehat dan bermain riang dengan Raina.
Drap drap drap
Bruuum
Bagus berlari dan segera mengendarai mobilnya. Dia bahkan tidak jadi ganti baju sehingga masih mengenakan pakaian yang ia pakai saat berangkat kerja tadi. Sepanjang jalan Bagus merasa gusar. Dia takut terjadi apa-apa dengan putranya.
Selama ini Chan selalu sehat. Mentok putranya itu hanya demam biasa. Maka dari itu Bagus sangat terkejut mendapat kabar putranya di rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Bagus berlari dengan sangat cepat menuju ke ruangan tempat dimana Chan berada. Nafas Bagus terengah-engah. Dia berhenti sejenak di depan ruangan agar bisa masuk dan melihat Chan dengan tenang. Dia tidak boleh menunjukkan perasaan takut dan khawatirnya kepada putranya itu.
Cekleek
"Chan ... eh?"
Bagus menghentikan langkahnya ketika melihat pemandangan yang ada di depannya itu. Saat ini Chan sedang tidur dalam dekapan Raina. Ya keduanya tidur dalam satu tempat tidur yang sama. Secara perlahan pun Bagus memilih keluar dari ruang rawat itu. Dan saat keluar dia bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Lho, kok keluar lagi? Udah ketemu sama Chan?"
"Dia lagi tidur ... sama Raina?"
Asri mengerutkan alisnya, tidak mengerti maksud dari Bagus. Dan saat melongok ke dalam, Asri pun mengerti.
"Aah gitu, tadi dia rewel. Nggak mau di suntik, nggak mau dipasang infus. Tapi sama Raina dipeluk, digendong, terus dibujuk dan alhamdulillahnya mau."
"Haaah, alhamdulillah syukurlah."
TBC