Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Mengetahui Yang Sebenarnya
Tibalah saatnya Cinta, Lucy, dan Hugo berangkat ke kampung Asoka. Mereka berangkat menggunakan helikopter karena jalur darat tidak memungkinkan untuk dilewati jalannya rusak parah dan becek karena habis hujan. Sesampainya di kampung Asoka, mereka bertiga disambut riang bahagia oleh warga di sana.
"Selamat datang kembali dokter di kampung Asoka," seru Pak Yosep.
"Terima kasih, Pak," sahut Cinta dengan senyumannya.
Dua orang pria menghampiri Cinta dan Cinta reflek memundurkan langkahnya dan bersembunyi di belakang tubuh Hugo. "Jangan takut Bu dokter, saya sudah insyaf sekarang bahkan selama kalian tinggal di sini, saya dan Jonas akan menjaga kalian," ucap Yacob.
"Maafkan kita yang sudah membuat Bu dokter hampir mati," sambung Jonas dengan penuh penyesalan.
Cinta tersenyum dan tidak bersembunyi di balik tubuh Hugo lagi. "Ya, sudah jangan ungkit lagi yang sudah terlewati sekarang kita jalani saja hidup ke depannya dengan membangun kampung ini supaya tidak mengalami ketertinggalan. Kita harus bekerja sama dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa ini," ucap Cinta.
"Siap, Bu dokter," sahut Jonas dan Yacob bersamaan.
Mendengar Cinta dan kedua sahabatnya akan datang lagi ke kampung Asoka, warga di sana beramai-ramai renovasi sebuah rumah yang sudah tidak ditinggali menjadi lebih bagus lagi. Semua warga sudah terlanjur suka kepada sosok dokter cantik nan baik hati itu, makanya mereka segera merenovasi rumah itu supaya Cinta bisa betah tinggal di kampung mereka.
"Bu dokter, rumah untuk Bu dokter dan teman-teman Bu dokter sudah kami siapkan semoga kalian betah dan nyaman," ucap Ibu Maria.
"Terima kasih, Bu," sahut Cinta.
"Bu dokter, nanti setiap hari aku bawakan ikan untuk Bu dokter," celetuk Duma.
"Serius? awas ya, kalau kamu bohong," canda Cinta.
"Saya tidak pernah berbohong Bu dokter," sahut Duma.
"Ok, Bu dokter percaya barusan Bu dokter hanya bercanda saja," ucap Cinta sembari mengusap kepala Duma.
Maria dan Yosep pun menunjukan rumah itu dan benar saja rumah yang awalnya sudah rusak, sekarang tampak seperti rumah baru. "Wah, hebat juga kalian," ucap Hugo.
"Semoga Bu dokter dan Pak dokter nyaman dan betah, sekarang silakan kalian istirahat nanti kalau ada apa-apa kalian bisa panggil kita," ucap Pak Yosep.
"Baik Pak, kita pun mengucapkan terima kasih karena kalian sudah menerima kita dengan sangat baik. Kalian juga jika ada keluhan apa pun, jangan sungkan untuk segera menemui kita di sini," sahut Cinta.
"Baik Bu dokter, kalau begitu kami pamit dulu," ucap Bu Maria.
Cinta dan kedua sahabatnya menganggukkan kepala. Ketiganya langsung masuk ke dalam rumah, dan memang benar rumah itu terlihat bersih dan nyaman. Ketiganya masuk ke dalam kamar masing-masing. Hugo seorang diri di kamar, sedangkan Cinta dan Lucy satu kamar karena rumah itu mempunyai dua kamar, itu pun tidak terlalu besar.
Cinta membuka jendela kamarnya, ternyata view yang Cinta lihat kala membuka jendela adalah pos pengamanan dan terlihat Bapak-bapak Tentara yang sedang istirahat. Tugas para Tentara saat ini sudah mulai santai karena mereka ditugaskan untuk menjaga perbatasan dan keamanan saja. Sudah tidak ada pemberontak lagi yang sangat meresahkan dan membahayakan.
"Dulu, aku lihat Kapten dan yang lainnya di sana tapi kok sekarang gak ada? apa mereka sudah dipindah tugaskan?" batin Cinta.
Cinta memang sama sekali tidak tahu jika Reynold saat ini berada di Lebanon. Hanya Lucy dan Hugo yang tahu, tapi mereka tidak memberitahu Cinta.
"Kamu lihat apa?" tanya Lucy menghampiri Cinta.
"Aku senang, akhirnya Bapak-bapak Tentara itu sekarang bisa tenang dan santai," sahut Cinta dengan senyumannya.
"Pasti lagi nyari Kapten Reynold ya," goda Lucy.
"Ih apaan sih, kok jadi ngomongin Kapten," sahut Cinta dengan wajah yang memerah.
"Jangan bohong, kamu pasti nyariin Kapten Rey 'kan? dia gak ada, dia ditugaskan di Lebanon selama 1 tahun," ucap Lucy sembari merapikan pakaiannya.
"Apa! ke Lebanon? kok kamu tahu?" Cinta sedikit kaget dengan ucapan sahabatnya itu.
Lucy keceplosan. "Lucy, pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan ya, dari aku?" ucap Cinta.
Lucy semakin terdesak, dia tidak bisa menyembunyikannya lagi. Dia pun duduk di atas kasur, lalu menghembuskan napasnya kasar. Cinta ikut duduk di samping Lucy dan bersiap untuk mendengarkan cerita Lucy.
"Cin, sebenarnya semenjak kamu dirawat di Singapura, Kapten Rey hampir setiap hari datang ke rumah sakit menanyakan kabar kamu tapi karena kamu mengatakan jangan bilang sama siapa-siapa, maka aku dan Hugo pun selalu menghindari jika bertemu dengan Kapten Rey." Lucy kembali menghela napasnya.
Cinta kaget dengan cerita Lucy, dia tidak menyangka jika Rey mencari dirinya.
"Kapten Rey merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan kamu waktu itu. Hingga suatu saat pas aku dan Hugo datang ke sebuah restoran dan ngomongin kamu, kita gak sadar jika di sana juga ada Kapten Rey dan mendengar semua tentang kamu. Akhirnya dia memaksa untuk ikut ke Singapura karena ingin menemani kamu operasi," jelas Lucy kembali.
"Apa! jadi, suara yang mirip Kapten itu-----"
"Iya, dia ada di situ dan dia bilang jangan sampai kamu tahu karena dia takut kamu bakalan marah sama dia. Bahkan yang nyuapin kamu waktu itu adalah Kapten Rey," sahut Lucy.
Cinta membelalakkan matanya. Cinta ingat kala dia memegang lengan yang terasa berotot itu dan telapak tangan yang sangat kasar, dan itu ternyata tangan Reynold. Bahkan dengan bodohnya dia percaya jika itu tangan Hugo.
"Dia ingin sekali menemani kamu menjalani operasi tapi malamnya Pak Dean menghubungi Kapten Rey jika mereka ditugaskan di Lebanon selama 1 tahun jadi Kapten Rey terpaksa harus pulang dan tidak bisa menemani kamu menjalani operasi," jelas Lucy.
Cinta sedikit terharu, dia mengipas-ngipaskan tangannya ke wajah dia sendiri. Dia ingin menangis tapi dia berusaha untuk menahannya supaya tidak menetes membuat Lucy tersenyum tipis.
"Dari wajahnya, Kapten terlihat merasa sangat bersalah karena tidak bisa menyelamatkan kamu. Tapi, asalkan kamu tahu waktu itu Kapten juga terluka parah dan tidak sadarkan diri saat menyelamatkan kamu bahkan Pak Tara tewas karena terkena tembak."
Luruh sudah air mata Cinta yang dari tadi berusaha dia tahan. Dia dari awal memang tidak pernah menyalahkan Reynold, bahkan dia tahu jika Reynold akan menyelamatkannya. Tapi dia tidak menyangka jika Reynold akan sekhawatir itu dengan keadaannya sampai bela-belain ikut ke Singapura.
Lucy memeluk Cinta. "Sudah jangan menangis."
Sedangkan Reynold sedang duduk di bawah pohon sembari meneguk minuman kaleng. Entah kenapa setiap hari yang ada dipikiran Reynold hanya Cinta. Reynold terkekeh sendiri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sepertinya aku sudah gila," batin Reynold.
Dean datang dan duduk di samping Reynold. "Sudah, nanti pulang dari sini langsung lamar Dr.Cinta gak usah pakai basa-basi lagi," ucap Dean.
"Gila, memangnya semudah itu? mana aku belum terlalu dekat sama dia, aku takut ditolak lagi," sahut Reynold.
"Yaelah, kamu itu Kapten tim pasukan khusus tidak takut mati tapi giliran sama wanita, nyalimu memble," ledek Dean.
"Itu beda lagi ceritanya, ini menyangkut hati bro," sahut Reynold.
"Ya, sudah tinggal serahkan saja semuanya pada yang di Atas. Kalau nanti kita kembali ke Indonesia, dan kamu dipertemukan lagi dengan Cinta, itu tandanya kalian berjodoh dan kamu harus gaskan dekati dia jangan pantang menyerah," ucap Dean dengan mengepalkan tangannya sendiri memberikan semangat kepada Reynold.
Reynold kembali meneguk minumannya dan geleng-geleng kepala melihat sahabatnya itu.
kalo tentara bukannya tegas dan keras